✔ Memahami Teori Para Andal Dalam Proses Pembelajaran

 Melalui pemahaman teori yang dikemukakan para ahli, guru akan sanggup membuat kreatifitas dan penemuan gres dalam pembelajaran. Berikut ini dijelaskan beberapa teori yang dikemukakan para jago ihwal pembelajaran

A. Teori Belajar dari Thorndike

Guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas perlu memahami teori-teori yang dikemukakan para ahli, sehingga tindakan yang diberikan didasari atas kebenaran yang sanggup dipertangungjawabnya. Melalui pemahaman teori yang dikemukakan para ahli, guru akan sanggup membuat kreatifitas dan penemuan gres dalam pembelajaran. Berikut ini dijelaskan beberapa teori yang dikemukakan para jago ihwal pembelajaran

1. Hukum kesiapan (law of readiness) menjelaskan kesiapan seorang anak dalam melaksanakan suatu kegiatan. Seorang anak yang mempunyai kecenderungan untuk bertindak atau melaksanakan kegiatan tertentu kemudian melaksanakan kegiatan tersebut, maka tindakannya akan melahirkan kepuasan bagi dirinya. Tindakan-tindakan lain yang beliau lakukan tidak mengakibatkan kepuasan bagi dirinya.

2. Hukum latihan (law of exercise) menyatakan bahwa kalau korelasi stimulus respon sering terjadi, karenanya korelasi akan semakin kuat, sedangkan makin jarang korelasi stimulus-respon dipergunakan, maka makin lemah korelasi yang terjadi. Hukum latihan intinya memakai dasar bahwa stimulus dan respon akan mempunyai korelasi satu sama lain secara kuat, kalau proses pengulangan sering terjadi, makin banyak kegiatan ini dilakukan maka korelasi yang terjadi akan bersifat otomatis.

3. Hukum akhir (law of effect) menjelaskan bahwa apabila asosiasi yang terbentuk antara stimulus dengan respon .  Selanjutnya Thorndike mengemukakan aturan komplemen sebagai berikut:

a. Hukum reaksi bervariasi (law of multiple response) Individu diawali dengan proses trial and error yang memperlihatkan bermacammacam respon sebelum memperoleh respon yang sempurna dalam memecahkan dilema yang dihadapi.

b. Hukum sikap (law of attitude)
Perilaku mencar ilmu seseorang tidak hanya ditentukan oleh korelasi stimulus dan respon saja, tetapi juga ditentukan oleh keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya.

c. Hukum kegiatan berat sebelah (law of prepotency element) Individu dalam proses mencar ilmu memperlihatkan respons pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (respon selektif).

d. Hukum respon melalui analogi (law of response by analogy) Individu sanggup melaksanakan respons pada situasi yang belum pernah dialami sebab individu sesungguhnya sanggup menghubungkan situasi yang belum pernah dialami dengan situasi usang yang pernah dialami sehingga terjadi transfer atau perpindahan unsur-unsur yang telah dikenal ke situasi baru.
Semakin banyak unsur yang sama, maka transfer akan semakin mudah.

e. Hukum perpindahan asosiasi (law of associative shifting) Proses peralihan dari situasi yang dikenal ke situasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan bertahap unsur lama.

Implikasi dari aliran pengaitan ini dalam kegiatan kegiatan pembelajaran adalah:
a. Untuk menjelaskan suatu konsep, guru sebaiknya mengambil pola yang sekiranya sudah sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Alat peraga dari alam sekitar akan lebih dihayati.
b.Metode pemberian tugas, metode latihan (drill dan practice) akan lebih cocok untuk penguatan dan hafalan. Dengan penerapan metode tersebut siswa akan lebih banyak mendapatkan stimulus sehingga respon yang diberikan pun akan lebih banyak.

c. Hierarkis penyusunan komposisi bahan dalam kurikulum merupakan hal yang penting.Materi disusun dari bahan yang mudah, sedang, dan sukar sesuai dengan tingkat kelas, dan tingkat sekolah. Penguasaan bahan yang lebih gampang sebagai akhir untuk sanggup menguasai bahan yang lebih sukar. Dengan kata lain topik (konsep) prasyarat harus dikuasai dulu semoga sanggup memahami topik berikutnya

B. Teori Belajar Skinner

Burhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran dan penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar.  Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan dan merupakan tingkah laris yang sifatnya subjektif, sedangkan penguatan merupakan sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah pada hal-hal yang sanggup diamati dan diukur .

Skinner menyatakan bahwa penguatan terdiri atas penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif, kalau penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya sikap anak dalam melaksanakan pengulangan perilakunya itu. Dalam hal ini penguatan yang diberikan pada anak memperkuat tindakan anak, sehingga anak semakin sering melakukannya.

Contoh penguatan positif  ialah kata-kata pujian, hadiah , sikap guru yang bergembira pada siswa. Penguatan negatif kalau respon siswa kurang atau tidak diharapkan sehingga tidak menunjang tujuan pembelajaran, guru harus segera memberikan  penguatan negatif semoga respon tersebut tidak diulangi lagi dan bermetamorfosis respon yang sifatnya positif. Penguatan negatif ini bisa berupa sanggup diberikan menyerupai teguran, peringatan, hukuman yang edukatif .

Penguatan akan berbekas pada diri anak. Mereka yang menerima kebanggaan sehabis berhasil menuntaskan kiprah atau menjawab pertanyaan biasanya akan berusaha memenuhi kiprah berikutnya dengan penuh semangat. Penguatan yang berbentuk hadiah atau kebanggaan akan memotivasi anak untuk rajin mencar ilmu dan mempertahankan prestasi yang diraihnya.

Penguatan menyerupai ini sebaiknya segera diberikan dan tak perlu ditunda-tunda. Karena penguatan akan berbekas pada anak, sedangkan hasil penguatan diharapkan positif, maka penguatan yang diberikan tentu harus diarahkan pada respon anak yang benar. Janganlah memperlihatkan penguatan atas respon anak kalau respon tersebut gotong royong tidak diperlukan.

Skinner menambahkan bahwa kalau respon siswa baik (menunjang efektivitas pencapaian tujuan) harus segera diberi penguatan positif semoga respon tersebut lebih baik lagi, atau minimal perbuatan baik itu dipertahankan.

C. Teori mencar ilmu Bandura

Bandura mengemukakan bahwa siswa mencar ilmu melalui meniru. Pengertian menjiplak di sini bukan berarti menyontek, tetapi menjiplak hal-hal yang dilakukan oleh orang lain, terutama guru. Jika goresan pena guru baik, guru berbicara sopan santun dengan memakai bahasa yang baik dan benar, tingkah laris yang terpuji, pertanda dengan terang dan sistematik, maka siswa akan menirunya. Jika contoh-contoh yang dilihatnya kurang baik ia pun menirunya. Dengan demikian guru harus menjadi insan model yang profesional.

Bandura memandang tingkah laris insan bukan semata-mata refleks otomatis atas stimulus, melainkan juga akhir reaksi yang timbul sebagai hasil interaksi antara lingkungan dengan sketsa kognitif insan itu sendiri. Teori mencar ilmu sosial dari Bandura ini merupakan campuran antara teori mencar ilmu behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi perilaku. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura didasarkan pada tiga konsep, yaitu:

1. Reciprocal determinism
Pendekatan yang menjelaskan tingkah laris insan dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara kognitif, tingkah laku, dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengontrol lingkungan, tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu.

2. Beyond reinforcement
Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu bergantung pada reinforcement. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah-pilah untuk direforse satu persatu, bisa jadi orang malah tidak mencar ilmu apapun. Menurutnya, reinforcement penting dalam memilih apakah suatu tingkah laris akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-satunya pembentuk tingkah laku. Orang sanggup mencar ilmu melaksanakan sesuatu hanya dengan mengamati dan kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada reinforcement yang terlibat, berarti tingkah laris ditentukan oleh antisipasi konsekuensi
.
3. Self-regulation/cognition
Teori mencar ilmu tradisional sering terhalang oleh ketidaksenangan atau ketidakmampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep bandura menempatkan insan sebagai pribadi yang sanggup mengatur diri sendiri (self regulation), menghipnotis tingkah laris dengan cara mengatur lingkungan, membuat pertolongan kognitif, dan mengadakan konsekuensi bagi bagi tingkah lakunya sendiri.

Guru seyogyanya memainkan peranan penting sebagai seorang model/tokoh yang dijadikan pola berperilaku sosial dan akhlak bagi siswa. Sebagai pola mula-mula seorang siswa mengamati model gurunya sendiri yang sedang melaksanakan sebuah kegiatan sosial, umpamanya mendapatkan tamu, kemudian perbuatan menjawab salam, berjabat tangan, beramah-tamah, dan seterusnya yang dilakukan model itu diserap oleh memori siswa tersebut.

Teori mencar ilmu sosial mempunyai banyak implikasi untuk penggunaan di dalam kelas, yaitu:
1. Siswa sering mencar ilmu hanya dengan mengamati orang lain, yaitu guru.
2. Menggambarkan konsekuensi sikap yang sanggup secara efektif meningkatkan sikap yang sesuai dan menurunkan yang tidak pantas. Hal ini sanggup melibatkan berdiskusi dengan pelajar ihwal imbalan dan konsekuensi dari aneka macam perilaku.
3. Modeling menyediakan alternatif untuk membentuk sikap gres untuk mengajar. Untuk mempromosikan model yang efektif, seorang guru harus memastikan bahwa empat kondisi esensial ada, yaitu perhatian, retensi, motor reproduksi, dan motivasi
4. Guru dan orangtua harus menjadi model sikap yang sesuai dan berhati-hati semoga mereka tidak menjiplak sikap yang tidak pantas,
5. Siswa harus percaya bahwa mereka bisa menuntaskan tugas-tugas sekolah. Sehingga sangat penting untuk menyebarkan rasa efektivitas diri untuk siswa. Guru sanggup meningkatkan rasa efektivitas diri siswa dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri siswa, memperlihatkan pengalaman orang lain menjadi sukses, danmenceritakan pengalaman sukses guru atau siswa itu sendiri.
6. Guru harus membantu siswa menetapkan keinginan yang realistis untuk prestasi akademiknya. Guru harus memastikan bahwa sasaran prestasi siswa tidak lebih rendah dari potensi siswa yang bersangkutan.
7. Teknik pengaturan diri menyediakan metode yang efektif untuk meningkatkan sikap siswa.

D. Teori Belajar Pavlov

Pavlov populer dengan teori mencar ilmu klasik. Pavlov mengemukakan konsep adaptasi (conditioning). Terkait dengan kegiatan mencar ilmu mengajar, semoga siswa mencar ilmu dengan baik maka harus dibiasakan. Misalnya, semoga siswa mengerjakan soal pekerjaan rumah dengan baik, biasakanlah dengan  emeriksanya, menjelaskannya, atau memberi nilai terhadap hasil pekerjaannya. Dalam menerapkan Teori Belajar Pavlov, guru harus melatih siswa dalam kebiasa-kebiasaan yang baik secara terus menerus.

E. Teori Vygotsky

Menurut pandangan konstruktivisme ihwal belajar, individu akan memakai pengetahuan siap dan pengalaman pribadi yang telah dimilikinya untuk membantu memahami dilema atau bahan baru. King (1994) menyatakan bahwa individu sanggup membuat inferensi ihwal informasi gres itu, menarik perspektif dari beberapa aspek pada pengetahuan yang dimilikinya, mengelaborasi bahan gres dengan menguraikannya secara rinci, dan menggeneralisasi korelasi antara bahan gres dengan informasi yang telah ada dalam memori siswa. Aktivitas mental menyerupai inilah yang membantu siswa mereformulasi informasi gres atau merestrukturisasi

Pengetahuan yang telah dimilikinya menjadi suatu struktur kognitif yang lebih luas/lengkap sehingga mencapai pemahaman mendalam. Vygotsky menyatakan bahwa siswa dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial.

Ada dua konsep penting dalam teori Vygotsky,

yaitu Zone of Proximal Development (ZPD) dan scaffolding. Zone of Proximal Development (ZPD) merupakan jarak antara tingkat perkembangan positif (yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan dilema secara mandiri) dan tingkat perkembangan potensial (yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan dilema di bawah bimbingan orang sampaumur atau melalui kerjasama dengan teman sejawat yang lebih mampu).

Perkembangan potensial ini akan mencapai tahap maksimal kalau pembelajaran dilakukan secara kooperatif (cooperative learning) dalam kelompok kecil dua hingga empat orang dan guru melaksanakan intervensi secara proporsional dan terarah.

Dalam hal ini guru dituntut terampil menerapkan teknik scaffolding yaitu membantu kelompok secara tidak eksklusif memakai teknik bertanya dan teknik probing yang efektif, atau memperlihatkan petunjuk seperlunya.

Proses pengkonstruksian pengetahuan ini terjadi rekonstruksi mental yaitu berubahnya struktur kognitif dari sketsa yang telah ada menjadi sketsa gres yang lebih lengkap. Proses internalisasi (Tahap III) berdasarkan Vygotsky merupakan kegiatan mental tingkat tinggi kalau terjadi sebab adanya interaksi sosial. Jika dikaitkan dengan teori perkembangan mental yang dikemukakan Piaget, internalisasi merupakan proses penyeimbangan struktur-struktur internal dengan masukan-masukan eksternal.

Proses kognitif menyerupai ini, pada tingkat perkembangan yang lebih tinggi diakibatkan oleh rekonseptualisasi terhadap dilema atau informasi sedemikian sehingga terjadi keseimbangan (keharmonisan) dari apa yang sebelumnya dipandang sebagai kontradiksi atau konflik. Pada level ini, diharapkan intervensi yang dilakukan secara sengaja oleh guru atau yang lainnya sehingga proses asimilasi dan fasilitas berlangsung dan mengakibatkan terjadinya keseimbangan (equilibrium).

Kesimpulan :

1.      Teori Belajar Thorndike menyatakan bahwa mencar ilmu merupakan insiden terbentunya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut dengan stimulus (S) dan respon (R) yang diberikan atas stimulus tersebut. Selanjutnya, Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon ini mengikuti tiga hukum, yaitu a) aturan latihan (law of exercise); b) aturan akhir (law of effect); dan c) aturan kesiapan (law of readiness).

2.      Teori Belajar Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses belajar. Terdapat perbedaan antara ganjaran dan penguatan. Ganjaran merupakan respon yang sifatnya menggembirakan dan merupakan tingkah laris yang sifatnya subjektif, sedangkan penguatan merupakan sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah kepada halhal yang sifatnya sanggup diamati dan diukur.
3.      Teori mencar ilmu Bandura mengemukakan bahwa siswa mencar ilmu melalui meniru

4.      Teori mencar ilmu Pavlov mengemukakan konsep adaptasi (conditioning).

Belum ada Komentar untuk "✔ Memahami Teori Para Andal Dalam Proses Pembelajaran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel