✔ Pembelajaran Tuntas Dan Taktik Pernerapannya Di Kelas
1. Pengertian Pembelajaran Tuntas
Pembelajaran tuntas (mastery learning) adalah pola pembelajaran yang memakai prinsip ketuntasan untuk setiap penerima didik secara individual, meskipun aktivitas pembelajaran dilaksanakan secara klasikal, tetapi mengakui dan melayani perbedaan-perbedaan individual peserta didik. Pembelajaran tuntas menekankan sebelum penerima didik tuntas pada kompetensi yang sedang dipelajari tidak dibolehkan untuk melanjutkan pada kompetensi berikutnya, maka konsekuensinya guru harus memperlihatkan proteksi berguru berupa remidi.
Kondisi demikian memungkinkan berkembangnya potensi, minat masing-masing penerima didik secara optimal sehingga memudahkan penerima didik untuk berguru kompetensi berikutnya. Dalam pembelajaran tuntas, guru belum dimungkinkan untuk melanjutkan materi atau kompetensi berikutnya sebelum penerima didik tuntas dalam materi yang sedang dipelajarinya.
Tes yang diberikan guru bukan untuk memilih angka kemajuan belajar, akan tetapi tes dilakukan sebagai dasar umpan balik bagi guru sehingga sanggup diketahui informasi kelemahan dan ketidaksanggupan penerima didik dalam belajar.
Dengan kata lain tes diberikan untuk memilih dimana setiap penerima didik perlu memperoleh proteksi dalam mencapai penguasaan kompetensi yang ditetapkan. Maka dalam berguru tuntas remedial dan pengayaan harus dilakukan dengan baik hingga penerima didik tuntas dalam kompetensi yang ditentukan kurikulum.
2. Asumsi Dasar Belajar tunta
Ide wacana berguru tuntas di topang oleh perkiraan dasar ibarat dikemukakan oleh Muhammad Ali (1992 : 97) bahwa :
a. Semua atau hampir semua penerima didik dapat menguasai apa yang diajarkan kepadanya (apa yang dipelajari) bila pengajaran dilaksanakan secara sistematis
b. Tingkat keberhasilan penerima didik di sekolah ditentukan oleh kemampuan bawaan atau talenta yang dimiliki masing-masing.
Asumsi yang dikemukakan hebat tersebut memperlihatkan bahwa apabila proses pembelajaran dilaksanakan secara sistematis maka hampir semua penerima didik sanggup menguasai materi yang diajarkan. Oleh alasannya ialah itu kemampuan guru dalam memahami karakteristik penerima didik dan peningkatan kualitas pembelajaran sangat penting, dan kesistematisan pembelajaran sangat tergantung kepada faktor : 1) kejelasan pembelajaran atau informasi guru, 2) kebaikan urutan, 3) materi yang disajikan, 4) keefektifan tes yang digunakan sebagai umpan balik. Demikian juga talenta atau kemampuan bawaan besar lengan berkuasa di dalam keberhasilan penerima didik. Bakat bekerjasama dengan waktu yang dibutuhkan untuk belajar, sedangkat kesempatan ialah kondisi yang dimiliki penerima didik untuk belajar.
3. Ciri-ciri Pembelajaran Tuntas
Bloom menggambarkan bahwa ciri-ciri berguru tuntas ialah sebagai berikut :
a. Guru perlu mencari sarana yang memungkinkan penerima didik menguasai secara tuntas materi pembelajaran
b. Perbedaan talenta terhadap mata pelajaran sesuai dengan jumlah waktu yang diharapkan untuk menguasainya secara tuntas
c. Dengan diberikan waktu berguru cukup hampir semua penerima didik sanggup mencapai tingkat penguasaan yang ditentukan;
d. Setiap penerima didik harus memahami setiap kiprah yang dipelajari dan mekanisme yang diikuti dalam belajar;
e. Akan sangat bermanfaat jika disediakan beberapa kemungkinan media pembelajaran dan kesempatan belajar;
f. Guru hendaknya menyediakan dan memperlihatkan umpan balik dan perbaikan bagi kesalahan atau kesulitan berguru peserta didik;
g. Guru harus mencari banyak sekali cara untuk memperoleh waktu yang diharapkan penerima didik untuk belajar
h. Guru menciptakan perencanaan pembelajaran setiap tatap muka
i. Materi pembelajaran lebih baik dipecah menjadi unit-unit kecil dan memperlihatkan tes setiap simpulan pembelajaran;
j. Penilaian simpulan terhadap hasil berguru harus didasarkan pada tingkat penguasaan mata pelajaran (Depdiknas , 2004 : 10)
Dari ciri-ciri berguru tuntas ibarat diuraikan di atas guru sanggup menyebarkan taktik atau metode yang digunakan sehingga proses pembelajaran sanggup berlangsung dengan baik dan penerima didik sanggup mencapai kemampuan yang diharapkan secara keseluruhan.
Secara kualitatif tabel berikut ini memperlihatkan perbedaan pembelajaran konvensional dengan berguru tuntas:
Langkah | Aspek Pembeda | Pembelajaran Tuntas | Pembelajaran Konvensional |
A. Persiapan | 1.Tingkat ketuntasan | Diukur dari performance penerima didik dalam setiap unit (satuan kompetensi atau kemampuan dasar). Setiap penerima didik harus mencapai nilai KKM | Diukur dari performance peserta didik yang dilakukan secara acak |
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran | Dibuat untuk satu KD , dan digunakan sebagai pedoman guru dalam melaksanakan pembelajaran | Dibuat untuk satu ahad pembelajar-an, dan hanya digunakan sebagai pedoman guru | |
3. Pandangan terhadap kemampuan penerima didik ketika memasuki satuan pembelajaran tertentu | Kemampuan hampir sama, namun tetap ada variasi, dilakukan pendekatan individual | Kemampuan penerima didik dianggap sama | |
B.Pelaksanaan pembelajaran | 1. Bentuk pembelajaran dalam satu unit kompetensi atau kemampuan dasar | Dilaksanakan melalui pendekatan klasikal, kelompok dan individual | Dilaksanakan sepenuhnya melalui pendekatan klasikal |
2. Cara pembelajaran dalam setiap standar kompetensi atau kompetensi dasar | Pembelajaran dilakukan melalui klarifikasi guru (lecture), membaca secara berdikari dan terkontrol, berdiskusi, dan berguru secara individual | Dilakukan melalui mendengarkan (lecture), tanya jawab, dan membaca (tidak terkontrol) | |
3.Orientasi pembelajaran | Pada terminal performance penerima didik (kompetensi atau kemampuan dasar) secara individual | Pada materi pembelajaran (materi), hasil berguru dan kompetritif | |
4.Peranan guru | Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan penerima didik secara individual | Sebagai pengelola pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan seluruh penerima didik dalam kelas | |
5. Fokus aktivitas pembelajaran | Ditujukan kepada masing-masing penerima didik secara individual | Ditujukan kepada penerima didik dengan kemampuan menengah | |
6. Penentuan keputusan mengenai satuan pembelajaran | Ditentukan oleh penerima didik dengan proteksi guru | Ditentukan sepenuhnya oleh guru | |
C. Umpan Balik | 1.Instrumen umpan balik | Menggunakan banyak sekali jenis serta bentuk tagihan secara berkelanjutan | Lebih mengandalkan pada penggunaan tes objektif untuk serpihan waktu tertentu |
2.Cara membantu penerima didik | Menggunakan sistem tutor dalam diskusi kelompok (small-group learning activities) dan tutor yang dilakukan secara individual | Dilakukan oleh guru dalam bentuk tanya jawab secara klasikal |
4. Sistem penilaian dalam pembelajaran tuntas
Diagnostik progres tes dalam taktik berguru tuntas dilakukan secara teratur setiap selesai dipelajari sejumlah materi. Tes yang diberikan memakai system penilaian teladan patokan (PAP) yaitu, tes yang diberikan berdasarkan patokan atau criteria yang ditetapkan sebelumnya.
Dari hasil tersebut guru sanggup mengetahui penerima didik mana yang bisa mencapai tujuan sesuai dengan patokan atau kriteria dan penerima didik mana yang gagal mencapainya. Hasil tes kemudian dianalisis untuk memperoleh letak kegagalan penerima didik untuk sanggup diberikan bantuan.
Pemberian proteksi dimaksud, sehingga dengan mastery learning (belajar tuntas) seluruh penerima didik sanggup mencapai tujuan atau menguasai materi pelajaran minimal yang telah ditetapkan.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh masing-masing sekolah dengan didasarkan pada : 1) tingkat kompleksitas materi, 2) Sarana atau daya dukung pembelajaran, 3) intake penerima didik. Tugas guru dalam kurikulum tersebut ialah merumuskan indikator tiap kompetensi dasar yang dituangkan dalam silabus dan penilaian berkelanjutan.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dihitung dari tiap indikator yang telah dirumuskan dan untuk melaksanakan agenda perbaikan dilihat dari ketuntasan tiap indikator yang telah dirumuskan.
5. Merencanakan agenda remedial dan pengayaan
Bagi penerima didik yang belum tuntas, guru menyusun agenda perbaikan. Dalam agenda harus terang terlihat masing-masing nama penerima didik yang belum tuntas dan indikator yang belum tercapai. Bentuk pembelajaran dalam remidi sanggup dilakukan pembelajaran ulang secara klasikal dengan pendekatan/metode yang berbeda dengan sebelumnya, atau pembelajaran bersifat individual maupun tutor sebaya.
Program pengayaan disusun untuk penerima didik yang telah tuntas dalam mencapai kriteria yang ditentukan. Bentuk agenda pembelajaran pengayaan dapat berupa :
1) Memperdalam atau memperluas konsep yang telah dipelajari dalam materi pelajaran yang disajikan
2) Menambah beberapa aktivitas yang belum terdapat dalam pelajaran pokok
3) Memotivasi, menarik dan menantang penerima didik untuk memperoleh pengetahuan tambahan. Untuk memperoleh pengetahuan perhiasan , materi agenda pengayaan ibarat juga agenda perbaikan, sanggup diambil dari banyak sekali macam buku pelajaran, contohnya buku paket, majalah dan lain-lain.
6. Penerapan pembelajaran tuntas
Pembelajaran tuntas yang diterapkan guru dengan baik sangat efektif, dalam membangkitkan minat peserta didik untuk belajar alasannya ialah anak yang lambat belajarnya akan dilanyani dengan agenda remidial dan anak yang cepat belajarnya akan dilanyani dengan agenda pengayaan. Dengan demikian pembelajaran tuntas akan mempertinggi kepercayaan peserta didik terhadap kemampuan dirinya dalam belajar.
Satu hal penting yang harus perlu diperhatikan dalam penerapan pendekatan berguru tuntas adalah penggunaan komunikasi yang sempurna sehinga penerima didik yang lamban tidak merasa rendah diri, dan yang cepat menguasai suatu materi didik tidak menjadi tinggi hati.
Guru perlu memperhatikan kemungkinan imbas bahwa mengulang-ulang suatu materi dan kebutuhan waktu yang banyak untuk menguasai suatu materi didik bagi peserta didik yang lamban sebagai sesuatu yang memalukan harus dihindarkan. Efek pendekatan berguru tuntas (mastery learning) harus dapat diarahkan oleh guru biar menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri peserta didik . Guru harus sanggup meyakinkan bahwa semua peserta didik bisa menguasai suatu materi ajar, walaupun beberapa peserta didik memerlukan alokasi waktu yang lebih banyak dan upaya yang lebih giat.
Guru perlu memperhatikan kemungkinan imbas bahwa mengulang-ulang suatu materi dan kebutuhan waktu yang banyak untuk menguasai suatu materi didik bagi peserta didik yang lamban sebagai sesuatu yang memalukan harus dihindarkan. Efek pendekatan berguru tuntas (mastery learning) harus dapat diarahkan oleh guru biar menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri peserta didik . Guru harus sanggup meyakinkan bahwa semua peserta didik bisa menguasai suatu materi ajar, walaupun beberapa peserta didik memerlukan alokasi waktu yang lebih banyak dan upaya yang lebih giat.
Agar pendekatan pembelajaran tuntas sanggup membangkitkan minat penerima didik dalam berguru maka guru perlu merencanakan sebaik-baiknya metode apa yang harus dilakukan, bagaimana kiprah guru dan kiprah penerima didik.
a. Metode pembelajaran
Strategi pembelajaran tuntas menganut pendekatan individual, dalam arti meskipun aktivitas berguru ditujukan kepada sekelompok penerima didik (klasikal), tetapi juga mengakui dan memperlihatkan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual penerima didik, sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing penerima didik secara optimal. Metode pembelajaran dilarang kaku tetapi bervariasi alasannya ialah tidak ada satu metode pembelajaran yang efektif dan berdiri sendiri tetapi sangat tergantung terhadap situasi, kondisi , materi didik dan karakteristik penerima didik.
Adapun langkah-langkahnya pembelajaran tuntas yang dilakukan penulis adalah :
1) Mengidentifikasi prasyarat materi yang harus dikuasai penerima didik,
2) Membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian, kompetensi,
3) Mengukur pencapaian kompetensi penerima didik.
Metode pembelajaran yang sangat diharapkan dilakukan dalam pembelajaran tuntas ialah pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat (peer instruction), dan bekerja dalam kelompok kecil.
b. Peran Guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada kiprah atau tanggung jawab guru dalam mendorong keberhasilan penerima didik secara individual. Guru bertindak sebagai fasilitator sehingga penerima didik berguru berdasarkan keceptannya.
Karena sistem pembelajaran ketika ini masih klasikal, maka guru perlu berkeliling untuk memperlihatkan perhatian, membantu, memperlihatkan motivasi dan penguatan terhadap penerima didik. Agar hal ini sanggup terealisasi efektif maka maka guru perlu melakukan hal-hal berikut:
1) Melakukan analisis terhadap SK - KD;
2) Menetukan kriteria ketuntasan minimal penerima didik (KKM)
3) Mengembangkan indikator berdasarkan SK- KD;.
4) Merencanakan agenda pembelajaran mulai dari agenda tahunan, semester, silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);
5) Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi;
6) Memfasilitasi peserta didik biar mereka mau belajar, perhatian bimbingan dan motivasi;
7) Memonitor seluruh pekerjaan penerima didik;
8) Menilai perkembangan penerima didik dalam pencapaian kompetensi (kognitif, psikomotor, dan afektif)
9) Menyediakan sejumlah alternatif taktik pembelajaran bagi penerima didik yang mengalami kesulitan dengan cara mengadakan remidi di luar pembelajaran
c. Peran peserta didik
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mempunyai pendekatan berbasis kompetensi sangat menjunjung tinggi dan menempatkan kiprah penerima didik sebagai subjek didik. Fokus agenda pembelajaran bukan pada “Guru dan apa yang akan dikerjakannya” melainkan pada ”Peserta didik dan yang apa akan dikerjakannya”. Oleh alasannya ialah itu, pembelajaran tuntas memungkinkan penerima didik lebih leluasa dalam memilih jumlah waktu berguru yang diperlukan. Artinya, penerima didik diberi kebebasan dalam menetapkan kecepatan pencapaian kompetensinya.
Karena ketuntasan berguru dalam KTSP ditetapkan dengan penilaian teladan patokan (criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar dan tidak ditetapkan berdasarkan norma (norm referenced). Dengan demikian guru harus duluan memutuskan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang harus dicapai oleh penerima didik.
Nilai yang ditetapkan menjadi sasaran yang harus dicapai penerima didik sehingga mereka dinyatakan tuntas dalam belajar. Penentuan ketuntasan ini didasarkan kepada teori berguru tuntas dengan asumsi bahwa :
1) Semua orang bisa berguru apa saja, hanya waktu yang diharapkan berbeda,
2) Standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil penilaian ialah tuntas atau tidak tuntas
3) Ulangan dilaksanakan untuk melihat ketuntasan setiap Kompetensi Dasar
4) Ulangan sanggup dilaksanakan terdiri atas satu atau lebih Kompetensi Dasar (KD)
5) Hasil ulangan dianalisis dan ditindaklanjuti melalui agenda remedial dan program pengayaan.
6) Ulangan meliputi aspek kognitif dan psikomotor
Setiap selesai satu KD guru melaksanakan ulangan harian dimana soal ulangan harian disusun sesuai dengan indikator KD, kemudian hasil ulangan tersebut dianalisis untuk melihat berapa banyak penerima didik yang tuntas dan belum tuntas. Bagi penerima didik yang belum tuntas dianjutkan dengan mencatat indikator-indikator yang menciptakan mereka tidak tuntas. Berdasarkan indikator yang tidak tuntas tersebut dilakukan remidi di luar jam pelajaran, adapun remidi ini dapat dilakukan guru di luar jam tatap muka.
Aspek afektif diukur melalui aktivitas pengamatan, dengan proteksi instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sesuai dengan KTSP, aspek afektif dititik beratkan kepada empat komponen yaitu pengamatan perilaku penerima didik terhada guru, sikap penerima didik terhadap mata pelajaran, perilaku penerima didik ketika proses pembelajaran dan perilaku penerima didik terhadap peraturan yang berlaku di kelas. Sedangkan penilaian terhadap aspek psikomotor tergantung kepada karakteristik mata pelajaran. Khusus mata pelajaran yang penulis ampu tidak ada aspek psikomotor .
Aspek afektif diukur melalui aktivitas pengamatan, dengan proteksi instrumen yang telah dipersiapkan sebelumnya. Sesuai dengan KTSP, aspek afektif dititik beratkan kepada empat komponen yaitu pengamatan perilaku penerima didik terhada guru, sikap penerima didik terhadap mata pelajaran, perilaku penerima didik ketika proses pembelajaran dan perilaku penerima didik terhadap peraturan yang berlaku di kelas. Sedangkan penilaian terhadap aspek psikomotor tergantung kepada karakteristik mata pelajaran. Khusus mata pelajaran yang penulis ampu tidak ada aspek psikomotor .
Peserta didik yang telah mencapai atau lebih dari kriteria yang ditentukan disebut tuntas dan dilanyani dengan agenda pengayaan. Program pengayaan ini dapat diberikan guru berupa pendalaman, keluasan materi atau latihan percepatan penguasaan materi secara individu atau kelompok.
Sedangkan penerima didik yang belum mencapai kriteria yang ditetapkan disebut belum tuntas maka guru akan merencanakan program remidi, sanggup bersifat individual atau kelompok berupa pembelajaran ulang, bimbingan tugas, tutor sebaya, pemberian rangkuman pembelajan kemudian harus diakhiri dengan pemberian tes.
Jika masih ada penerima didik yang belum tuntas maka akan dilanjutkan agenda remidi hingga semua penerima didik tuntas atau mencapai kriteria yang ditetapkan.
Dengan program remidi setiap penerima didik akan merasa dihargai, dan mereka dituntun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut ekonomis penulis apabila hal ini dilaksanakan oleh guru dengan baik maka besar cita-cita setiap penerima didik akan berminat bahkan bernafsu dalam belajar. Maka minat berguru penerima didik semakin hari semakin bertambah terhadap mata pelajaran yang dibelajarkan oleh guru.
Simpulan
a. Implementasi pembelajaran tuntas diharapkan dapat meningkatkan hasil berguru peserta didik alasannya ialah setiap penerima didik dihargai berdasarkan kecepatan belajarnya, kepada penerima didik yang lambat diberi program remidial dan kepada penerima didik yang cepat diberikan program pengayaan sehingga potensi yang ada dalam diri penerima didik dihargai.
b. Dalam pembelajaran tuntas guru bertindak sebagai fasilitator, penerima didik sebagai subjek maka penerima didiklah yang lebih banyak bekerja dibawah bimbingan guru. Pendekatan yang diberikan guru ialah pendekatan individual walaupun dalam suasana klasikal, oleh alasannya ialah itu guru hendaknya memahami karakteristik masing-masing penerima didiknya sehingga guru sanggup memperlihatkan jenis proteksi yang dibutuhkan penerima didik.Jika hal ini dilaksanakan maka minat berguru penerima didik akan muncul dan tumbuh dengan baik yang besar lengan berkuasa terhadap hasil belajarnya..
Direktorat Pendidikan SMA. (2010). Petunjuk Teknis Pembelajaran Tuntas, Remidial dan Pengayaan di SMA . Jakarta. Depdiknas.
Mulyasa E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosda Karya
Petunjuk teknis pembelajaran Tuntas, Remidial dan Pengayaan di Sekolah Menengan Atas . Jakarta. Depdiknas
Belum ada Komentar untuk "✔ Pembelajaran Tuntas Dan Taktik Pernerapannya Di Kelas"
Posting Komentar