✔ Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran
1. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan Saintifik dikenal dengan pendekatan berbasis ilmiah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang berbasis pengamatan, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan oleh penerima didik (Permendikbud nomor 81A : lampiran IV). Pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 memakai proses aktivitas pembelajaran yang mengacu kepada esensi pendekatan saintifik.
Pendekatan yang yang didasari teori Jerome Bruner tersebut menekankan aspek perilaku yang artinya bahwa penerima didik tahu mengapa, pengetahuan artinya penerima didik tahu apa, dan keterampilan artinya penerima didik sanggup mempelajari sesuatu dengan mengetahui dengan tahu bagaimana.
Dari perkiraan demikian, maka dalam aktivitas pembelajaran atau proses kerjanya mengedepankan kecerdikan sehat induktif. Adapun kecerdikan sehat induktif (Inductive Reasoning) merupakan aktivitas dalam langkah pengambilan bukti-bukti pengamatan secara spisifik dan menghubungkannya ke dalam korelasi ide-ide yang luas. Artinya, dalam aktivitas ini kajian secara spesifik menjadi langkah yang penting dalam merumuskan kesimpulan secara keseluruhan. Arah aktivitas penerima didik pada kecerdikan sehat induktif lebih menekankan pentingnya telaah pengkajian sebagai bukti pengamatan secara spesifik.
Baca juga : PAIKEM dan Penerapannya di Kelas
Berbeda dengan kecerdikan sehat deduktif yang bergerak dari hal yang umum menuju ke yang lebih khusus. Penalaran deduktif (Deductive Reasoning) yaitu aktivitas atau proses kerja yang menyatakan fenomena secara umum, kecerdikan sehat deduktif melihat suatu tanda-tanda atau fenomena atau permasahan secara umum kemudian menarik tamat secara spesifik.
Bila ditilik dari kata “sain” mengartikan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik mengarah kepada keilmuan yang mengedepankan aspek kebenaran kenyataan dan fakta dengan melaksanakan riset secara logika dan bukan sebatas kira-kira, tafsiran dan hasil dongeng yang tidak mengandung tanggapan dan informasi yang jelas. Pendekatan saintifik membuang anggapan bahwa penjelasan guru, respon dari penerima didik , interaksi antara guru dan penerima didik hanyalah sebagai tafsiran yang hanya sebatas serta merta, pemikiran subjektif, dan hanya sebagai bentuk perilaku kecerdikan sehat yang menyimpang dari alur logis sebuah pemikiran.
Pendekatan dengan Saintifik berpandangan bahwa gagasan, pemikiran dan pandangan harus disertai dengan sebuah uji keilmiahan atau penelitian. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik (Scientifik) yaitu pendekatan dengan teknik pembelajaran yang meliputi, mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring dari semua mata pelajaran.
Pendekatan saintifik model kurikulum 2013 merupakan model pembelajaran yang menekankan pentingnya penitikberatan sikap, keterampilan dan pengetahuan pada penerima didik diyakini dapat menumbuh kembangkan daya kreativitas penerima didik dalam belajar.
Dalam aktivitas pembelajaran pendekatan saintifik atau model pembelajaran ilmiah ini di dalam menarik sebuah tamat umum senantiasa memperhatikan fenomena unik yang terjadi dengan melaksanakan kajian secara spesifik dan juga secara detail. Pendekatan saintifik tersebut bila disimpulkan lebih merujuk kepada teknik-teknik pemeriksaan atau mencari informasi terhadap fenomena atau suatu gejala, kemudian mencari pengetahuan gres selanjutnya memadukannya dengan pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya.
Oleh alasannya yaitu itu, pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah cenderung berbasis pada bukti-bukti dari fenomena untuk sanggup diobservasi, empiris dan sanggup terukur serta teruji dengan prinsip-prinsip memakai kecerdikan sehat secara spesifik.
2. Karakteristik Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan metode saintifik mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. berpusat pada siswa.
b. melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, aturan atau prinsip.
c. melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
d. dapat menyebarkan huruf siswa.
3. Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan memakai pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran mencakup menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu sempurna diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi menyerupai ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
Bahan Caan :
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 103 Tahun 2014 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah: Jakarta: Depdikbud
Pendekatan Saintifik dikenal dengan pendekatan berbasis ilmiah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang berbasis pengamatan, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan oleh penerima didik (Permendikbud nomor 81A : lampiran IV). Pendekatan saintifik pada kurikulum 2013 memakai proses aktivitas pembelajaran yang mengacu kepada esensi pendekatan saintifik.
Pendekatan yang yang didasari teori Jerome Bruner tersebut menekankan aspek perilaku yang artinya bahwa penerima didik tahu mengapa, pengetahuan artinya penerima didik tahu apa, dan keterampilan artinya penerima didik sanggup mempelajari sesuatu dengan mengetahui dengan tahu bagaimana.
Dari perkiraan demikian, maka dalam aktivitas pembelajaran atau proses kerjanya mengedepankan kecerdikan sehat induktif. Adapun kecerdikan sehat induktif (Inductive Reasoning) merupakan aktivitas dalam langkah pengambilan bukti-bukti pengamatan secara spisifik dan menghubungkannya ke dalam korelasi ide-ide yang luas. Artinya, dalam aktivitas ini kajian secara spesifik menjadi langkah yang penting dalam merumuskan kesimpulan secara keseluruhan. Arah aktivitas penerima didik pada kecerdikan sehat induktif lebih menekankan pentingnya telaah pengkajian sebagai bukti pengamatan secara spesifik.
Baca juga : PAIKEM dan Penerapannya di Kelas
Berbeda dengan kecerdikan sehat deduktif yang bergerak dari hal yang umum menuju ke yang lebih khusus. Penalaran deduktif (Deductive Reasoning) yaitu aktivitas atau proses kerja yang menyatakan fenomena secara umum, kecerdikan sehat deduktif melihat suatu tanda-tanda atau fenomena atau permasahan secara umum kemudian menarik tamat secara spesifik.
Bila ditilik dari kata “sain” mengartikan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik mengarah kepada keilmuan yang mengedepankan aspek kebenaran kenyataan dan fakta dengan melaksanakan riset secara logika dan bukan sebatas kira-kira, tafsiran dan hasil dongeng yang tidak mengandung tanggapan dan informasi yang jelas. Pendekatan saintifik membuang anggapan bahwa penjelasan guru, respon dari penerima didik , interaksi antara guru dan penerima didik hanyalah sebagai tafsiran yang hanya sebatas serta merta, pemikiran subjektif, dan hanya sebagai bentuk perilaku kecerdikan sehat yang menyimpang dari alur logis sebuah pemikiran.
Pendekatan dengan Saintifik berpandangan bahwa gagasan, pemikiran dan pandangan harus disertai dengan sebuah uji keilmiahan atau penelitian. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik (Scientifik) yaitu pendekatan dengan teknik pembelajaran yang meliputi, mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring dari semua mata pelajaran.
Pendekatan saintifik model kurikulum 2013 merupakan model pembelajaran yang menekankan pentingnya penitikberatan sikap, keterampilan dan pengetahuan pada penerima didik diyakini dapat menumbuh kembangkan daya kreativitas penerima didik dalam belajar.
Dalam aktivitas pembelajaran pendekatan saintifik atau model pembelajaran ilmiah ini di dalam menarik sebuah tamat umum senantiasa memperhatikan fenomena unik yang terjadi dengan melaksanakan kajian secara spesifik dan juga secara detail. Pendekatan saintifik tersebut bila disimpulkan lebih merujuk kepada teknik-teknik pemeriksaan atau mencari informasi terhadap fenomena atau suatu gejala, kemudian mencari pengetahuan gres selanjutnya memadukannya dengan pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya.
Oleh alasannya yaitu itu, pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah cenderung berbasis pada bukti-bukti dari fenomena untuk sanggup diobservasi, empiris dan sanggup terukur serta teruji dengan prinsip-prinsip memakai kecerdikan sehat secara spesifik.
2. Karakteristik Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan metode saintifik mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. berpusat pada siswa.
b. melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, aturan atau prinsip.
c. melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
d. dapat menyebarkan huruf siswa.
3. Langkah-langkah Pendekatan Pembelajaran Saintifik
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan memakai pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran mencakup menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu sempurna diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi menyerupai ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
Langkah-langkah Pembelajaran Pendekatan Saintifik
Pengalaman berguru | Deskripsi Kegiatan yang Dilakukan | Bentuk Hasil Belajar |
Mengamati (observing) | Mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, meraba, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat. | Perhatian pada waktu mengamati suatu Objek /membaca suatu goresan pena /mendengar suatu penjelasan, catatan yang dibentuk perihal yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang dipakai untuk mengamati |
Menanya (questioning) | Membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi perihal informasi yang belum dipahami, informasi suplemen yang ingin diketahui, atau sebagai penjelasan | Kemampuan mengajukan pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dari kompleks ke yang lebih kompleks antara lain berbentuk hipotetik |
Mengumpulkan informasi/men-coba (experimenting) | Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi,mendemonstra-sikan,meniru untuk/gerak, melaksanakan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/menambahi /mengembangkan. | Jumlah dan kualitas sumber yang dikaji/digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/ alat yang dipakai untuk mengumpulkan data. |
Menalar/Menga-sosiasi (associating) | Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk menciptakan kategori, mengasosiasi atau meng-hubungkan fenomena/in-formasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. | Mengembangkan interpret-tasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta(konsep), inter-pretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesim-pulan dari konsep/teori /pendapat yang berbeda dari banyak sekali jenis sumber. |
Menalar/Menga-sosiasi (associating) | Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk menciptakan kategori, mengasosiasi atau meng-hubungkan fenomena/in-formasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. | Mengembangkan interpret-tasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta(konsep), inter-pretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan lebih dari dua interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesim-pulan dari konsep/teori /pendapat yang berbeda dari banyak sekali jenis sumber. |
Mengomunika- sikan (communicating) | Menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meli-puti proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan. | Menyajikan hasil kajian (dari mengamati hingga menalar) dalam bentuk tulisan, grafis, media elektronik, multi media dan lain-lain |
4. Kekuatan dan Kelemahan Pendekatan Saintifik
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas aktivitas mengamati , merumuskan pertanyaan, mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan banyak sekali teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan mengkomunikasikan hasil proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dari pengertian, karakteristik dan langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik mempunyai kekuatan dan kelemahan dari masing-masing komponenya menyerupai ditunjukkan tabel berikut ini:
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik terdiri atas aktivitas mengamati , merumuskan pertanyaan, mencoba/mengumpulkan data (informasi) dengan banyak sekali teknik, mengasosiasi/ menganalisis/mengolah data (informasi) dan mengkomunikasikan hasil proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dari pengertian, karakteristik dan langkah-langkah pembelajaran pendekatan saintifik mempunyai kekuatan dan kelemahan dari masing-masing komponenya menyerupai ditunjukkan tabel berikut ini:
Tabel 2. Analisis Kekuatan dan Kelemahan Pendekatan Saintifik
Komponen | Kekuatan | Kelemahan |
Mengamati | - Peserta didik bahagia dan tertantang, memfasilitasisi penerima didik bagi pemenuhan rasa ingin tahu penerima didik, dan peserta didik sanggup menemukan fakta bahwa ada korelasi antara obyek yang dianalisis dengan bahan pembelajaran yang dipakai oleh guru. - Peserta didik dibutuhkan sanggup menyajikan media obyek secara nyata, | - Dalam prosesnya, penerima didik seringkali hirau tak hirau terhadap fenomena alam. - Motivasi penerima didik rendah, - -Memerlukan waktu persiapan yang usang dan matang, -Biaya dan tenaga relatif banyak, - Jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. |
Menanya | - Bertanya, menciptakan penerima didik proaktif dalam mencari pembuktian atas penalarannya. Hal ini memicu mereka untuk bertindak lebih jauh ke arah positif menyerupai cita-cita yang tinggi untuk menunjukan tanggapan atas pertanyaannya. - Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian penerima didik perihal suatu tema atau topik pembelajaran. - Mendorong dan menginspirasi penerima didik untuk aktif belajar, serta menyebarkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. - Mendiagnosis kesulitan berguru penerima didik sekaligus memberikan ancangan untuk mencari solusinya. - Menstrukturkan tugas-tugas dan memperlihatkan kesempatan kepada penerima didik untuk memperlihatkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. -Membangkitkan keterampilan penerima didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi tanggapan secara logis, sistematis, dan memakai bahasa yang baik dan benar. -Mendorong partisipasi penerima didik dalam berdiskusi, berargumen, menyebarkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. - Membangun perilaku keterbukaan untuk saling memberi dan mendapatkan pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta menyebarkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. - Membiasakan penerima didik berpikir impulsif dan cepat, serta sigap dalam merespon kasus yang tiba-tiba muncul. - Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain. | - Jenis pertanyaan kadang tidak relevan. Kualitas pertanyaan penerima didik masih rendah. - Kemampuan awal menjadi tolak ukur penerima didik untuk bertanya sehingga intensitas bertanya dalam kelas sangat bergantung pada kemampuan awal yang didapat dari jenjang atau bahan sebelumnya. - Tidak semua penerima didik mempunyai keberanian untuk bertanya, kadang penerima didik beranggapan bahwa bertanya berarti cenderung tidak pintar |
Menanya | - Bertanya, menciptakan penerima didik proaktif dalam mencari pembuktian atas penalarannya. Hal ini memicu mereka untuk bertindak lebih jauh ke arah positif menyerupai cita-cita yang tinggi untuk menunjukan tanggapan atas pertanyaannya. - Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian penerima didik perihal suatu tema atau topik pembelajaran. - Mendorong dan menginspirasi penerima didik untuk aktif belajar, serta menyebarkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. - Mendiagnosis kesulitan berguru penerima didik sekaligus memberikan ancangan untuk mencari solusinya. - Menstrukturkan tugas-tugas dan memperlihatkan kesempatan kepada penerima didik untuk memperlihatkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang diberikan. -Membangkitkan keterampilan penerima didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberi tanggapan secara logis, sistematis, dan memakai bahasa yang baik dan benar. -Mendorong partisipasi penerima didik dalam berdiskusi, berargumen, menyebarkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan. - Membangun perilaku keterbukaan untuk saling memberi dan mendapatkan pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta menyebarkan toleransi sosial dalam hidup berkelompok. - Membiasakan penerima didik berpikir impulsif dan cepat, serta sigap dalam merespon kasus yang tiba-tiba muncul. - Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan berempati satu sama lain. | - Jenis pertanyaan kadang tidak relevan. Kualitas pertanyaan penerima didik masih rendah. - Kemampuan awal menjadi tolak ukur penerima didik untuk bertanya sehingga intensitas bertanya dalam kelas sangat bergantung pada kemampuan awal yang didapat dari jenjang atau bahan sebelumnya. - Tidak semua penerima didik mempunyai keberanian untuk bertanya, kadang penerima didik beranggapan bahwa bertanya berarti cenderung tidak pintar |
Menalar | - Melatih siswa untuk mengkaitkan korelasi sebab-akibat - Merangsang penerima didik untuk berfikir perihal kemungkinan kebenaran dari sebuah teori. | Peserta didik terkadang malas untuk menalar sesuatu lantaran sudah terbiasa mendapatkan informasi eksklusif oleh guru. |
Mencoba | -Peserta didik merasa lebih tertarik terhadap pelajaran dalam menemukan atau melaksanakan sesuatu. - Peserta didik diberikan kesempatan untuk menunjukan kebenaran atas penalarannya -- Membuat ilmu yang didapatkan menempel dalam waktu yang usang dibandingkan diberitau eksklusif oleh guru. -Melatih penerima didik untuk bertindak teliti, bertanggung -jawab, cermat dan berhati-hati. | -Percobaan yang dilakukan oleh penerima didik seringkali tidak diikuti oleh rasa ketelitian dan kehati-hatian penerima didik. -Memerlukan waktu yang lebih dalam menemukan tanggapan atas percobaan |
Mengkomunikasikan | - Peserta didik dilatih untuk sanggup bertanggung jawab atas hasil temuannya. -Peserta didik diharuskan membuat/menyusun ide gagasannya secara terstruktur semoga gampang disampaikan | - Tidak semua penerima didik berani memberikan ide gagasan atau hasil penemuannya -Tidak semua penerima didik pandai dalam memberikan informasi |
Kekuatan menyerupai dijelaskan di atas akan terus dipertahankan sedangkan kelemahan, solusinya yaitu guru perlu menumbuhkan motivasi penerima didik. Salah satu caranya guru sebagai pembimbing penerima didik dalam membimbing berguru harus kreatif dan inovatif memotivasi penerima didik, menggali penerima didik semoga mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi salah dengan menciptakan rencana pembelajaran yang sanggup menciptakan penerima didik bahagia dalam mengamati objek menyerupai penggunaan media /alat peraga yang tepat.
Bahan Caan :
Eka Prihatin. (2008). Guru sebagai Fasilitator. Bandung: PT Karsa Mandiri Persada.
Hudoyo, Herman . (1988). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi P2LPTK
Kemdikbud. 2013. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran. Jakarta: Pusbangprodik.
N.K. Roestiyah (1989). Strategi Belajar Mengajar . Jakarta: Bina Aksara.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV. Jakarta: Depdikbud
Belum ada Komentar untuk "✔ Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran"
Posting Komentar