✔ Pembelajaran Matematika Realistik Dan Taktik Penerapannya Di Kelas
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika pada pada dasarnya yaitu semoga siswa bisa memakai matematika yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dan membantu untuk mempelajari pengetahuan lain. Dengan berguru matematika diharapkan siswa akan mempunyai kemampuan bernalar yang tercermin melalui kemampuan berfikir kritis, logis, sistematis dan mempunyai sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan sesuatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu dengan berguru matematika siswa sanggup memanfaatkan matematika untuk komunikasi dan mengemukakan pendapat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka guru matematika dalam proses pembelajaran idealnya harus bisa mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari penerima didik. Tidak hanya sekedar penerima didik sanggup mengerjakan soal tanpa mengetahui aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Kenyataannya pembelajaran matematika di sekolah belum terkait dengan dunia nyata siswa . Pembelajaran mayoritas menghafal rumus yang digunakan untuk latihan menyelesaikan soal sehingga kurang memahami makna dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Karena pembelajaran cenderung berupa hafalan maka siswa mengalami kesulitan memahami matematika di kelas.
A. Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran matematika yang realistik dikenal dengan nama matematika kontekstual telah berkembang semenjak tahun 1970-an sampai kini ini. Di Belanda dikenal dengan nama RME (Realistic Mathematics Education). Di Amerika berkembang dengan nama CTL (Contextual Teaching Learning in Mathematics) atau CME (Contextual Mathematics Education).
Pembelajaran matematika realistik atau kontektual di dukung dengan dua alasan pertama, pembelajaran matematika mekanistik yaitu pembelajaran matematika yang berfokus pada mekanisme penyelesaian soal belum sepenuhnya sanggup disingkirkan.
Pembelajaran matematika realistik berlandaskan pada paham bahwa matematika merupakan kegiatan insan sehingga teori pembelajaran matematika bukanlah teori yang mandeg. (Suryanto, 2001: 2). Pendekatan Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya yaitu pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami penerima didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pembelajaran matematika secara lebih baik dari pada sebelumnya.
Lingkungan juga sanggup diartikan kehidupan sehari-hari penerima didik. pembelajaran matematika realistik memakai problem konstektual sebagai titik tolak dalam berguru matematika. Oleh alasannya yaitu itu bersifat kontekstual dilingkungan penerima didik belum tentu konstektual di daerah lain.
B. Prinsip Pembelajaran Matematika Realistik
Ada tiga prinsip utama dalam pembelajaran matematika realistik yaitu:
Ø Prinsip inovasi kembali. Dalam pembelajaran matematika problem konstektual yang diberikan oleh guru di awal pembelajaran dalam penyelesaiannya penerima didik diarahkan dan diberi bimbingan, sehinga penerima didik sanggup menemukan kembali konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika. Prinsip inovasi kembali ini menyatakan bahwa pengetahuan tidak ditransfer atau diajarkan ke pada penerima didik , melainkan penerima didik sendirilah yang harus mengkontruksi (membangun) sendiri pengetahuan itu melalui kegiatan aktif dalam belajar.
Ø Prinsip fenomena pembelajaran. Prinsip ini menekankan pentingnya problem konstektual dalam pembelajaran matematika untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada penerima didik. Guru hendaknya mempertimbangkan aspek kecocokan problem konstektual yang dipilih untuk disajikan dengan topik matematika yang diajarkan , konsep, prinsip, rumus dan mekanisme matematika yang akan ditemukan kembali oleh penerima didik.
Ø Prinsip model-model di bangkit sendiri. Prinsip ini menekankan bahwa model-model yang dibangun berfungsi sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Dalam menuntaskan problem konstektual penerima didik diberi kebebasan untuk membangun sendiri model matematika terkait dengan problem konstektual yang dipecahkan.
C. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika Realistik
Berdasarkan prinsip dan karakteristik model pembelajaran RME maka ada beberapa ciri-ciri dari pendekatan pembelajaran matematika realistik, yakni:
Ø Pembelajaran dirancang berawal dari pemecahan problem yang ada disekitar penerima didik dan berbasis pengalaman yang telah dimiliki penerima didik, sehingga mereka tertarik secara pribadi terhadap kegiatan matematika yang bermakna;
Ø Urutan pembelajaran haruslah menghadirkan suatu kegiatan dimana penerima didik membuat dan mengelaborasi model-model simbolik dak kegiatan matematika mereka secara formal, contohnya menggambar, membuat diagram, membuat table, atau menggambar notasi informal;
Ø Pembelajaran matematika tidak mementingkan langkah-langkah prosedural (allogaritna) serta keterampilan;
Ø Memberi penitikberatan pada pemahaman konsep dan pemecahan masalah;
Ø Peserta didik mengalami proses pembelajaran secara bermakna dan memahami matematika dengan penalaran;
Ø Peserta didik berguru matematika dengan pemahaman secara aktif membangun pengetahuan gres dari pengalaman dari pengetahuan awal;
Ø Dalam pembelajaran penerima didik dilatih untuk mengikuti pola kerja , intuisi, coba-salah-dugaan, spekulasi hasil;
Ø Terdapat interaksi yang besar lengan berkuasa antara penerima didik yang satu dengan penerima didik lainnya;
Ø Terdapat interaksi yang besar lengan berkuasa antara siswa yang seimbang antara matematisasi horizontal dan matematika vertical. (Nur, 2000:8)
D. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik
Ø Pembelajaran matematika realistik menawarkan pengertian yang terang kepada penerima didik wacana kehidupan sehari-hari dan kegunaannya bagi manusia;
Ø Pembelajaran matematika realistik menawarkan pengertian yang terang kepada penerima didik cara penyelesaikan suatu soal atau problem tidak harus sama dan tidak sama satu dengan yang lainnya;
Ø Pembelajaran matematika realistik menawarkan pengertian yang terang kepada penerima didik dimana matematika yaitu suatu bidang kajian yang dikontruksi dan dikembangkan sendiri oleh penerima didik;
Ø Pembelajaran matematika realistik mengutamakan dimana penerima didik harus melaksanakan proses dan berusaha menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan sumbangan guru. (Suarsono, 2005:5)
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran matematika realistik yaitu :
Ø Tidak gampang untuk mengubah pandangan yang fundamental wacana aneka macam hal seperti, penerima didik, guru dan peranan sosial atau problem konstektual;
Ø Tidak gampang bagi guru untuk mendorong penerima didik semoga bisa menemukan aneka macam cara dalam menuntaskan soal atau problem matematika;
Ø Guru mengalami kesulitan untuk memberi sumbangan kepada penerima didik semoga sanggup melaksanakan inovasi kembali konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang akan dibelajarkan;
Ø Tidak gampang bagi guru untuk mencari soal-soal yang konstektual yang terkait dengan materi yang disajikan.
Untuk mengatasi problem di atas maka guru perlu dilatih, menemukan soal-soal yang sesuai dalam arti sanggup dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari penerima didik, pengalaman, lingkungan sekolah maupun daerah tinggal.
F. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik
Langkah –langkah dalam Pendekatan pembelajaran matematika realistik yaitu sebagai berikut:
Langkah –langkah dalam Pendekatan pembelajaran matematika realistik yaitu sebagai berikut:
Ø Memahami dan mempersiapkan problem kontekstual, yaitu guru menawarkan problem kontekstual dalam kehidupan sehari-hari dan meminta siswa untuk memahami problem tersebut.
Ø Menjelaskan problem kontekstual, yaitu kalau dalam memahami problem siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara menawarkan petunjuk-petunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami;.
Ø Menyelesaikan problem kontekstual, yaitu siswa secara individual menuntaskan problem kontekstual dengan cara mereka sendiri. Cara pemecahan dan balasan problem berbeda lebih diutamakan. Dengan memakai lembar kerja, siswa mengerjakan soal. Guru memotivasi siswa untuk menuntaskan problem dengan cara mereka sendiri.
Ø Membandingkan dan mendiskusikan jawaban, yaitu guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan balasan problem secara berkelompok. Siswa dilatih untuk mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki dalam kaitannya dengan interaksi siswa dalam proses berguru untuk mengoptimalkan pembelajaran.
Ø Menyimpulkan, yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menarik kesimpulan wacana suatu konsep atau prosedur.
F. Strategi Pembelajaran Matematika Realistik di Kelas
Implementasi pembelajaran matematika realistik dalam pembelajaran di kelas tidak sanggup dilepaskan dari aneka macam karakteristik dan prinsip-prinsip yang mendasari model pembelajaran ini. Oleh alasannya yaitu itu, sebelum mengimplementasikan pembelajaran matematika realistik, guru harus memahami dengan sungguh-sungguh aneka macam karakteristik dan prinsip-prinsip tersebut.
Secara umum implementasi pembelajaran matematika realistik di kelas dilakukan dengan:
Ø Memulai pembelajaran dengan problem kontekstual yang diambil dari dunia nyata. Masalah yang dipakai sebagai titik awal pembelajaran harus faktual bagi siswa semoga mereka sanggup langsung erlibat dalam situasi yang sesuai dengan pengalaman mereka.\
Ø Menjembatani dunia abstrak dan faktual dengan model. Model harus sesuai dengan tingkat abstraksi yang harus dipelajari siswa. Di sini model sanggup berupa keadaan atau situasi faktual kehidupan siswa, ibarat cerita-cerita lokal atau bangunanbangunan yang ada di daerah tinggal siswa. Model sanggup pula berupa alat peraga yang dibentuk dari sekitar siswa.
Ø Memberi keleluasaan siswa memakai strategi, bahasa, atau simbol mereka sendiri dalam proses mematematikakan dunia mereka. Artinya, siswa mempunyai kebebasan mengekspresikan hasil kerja dalam menuntaskan problem faktual yang diberikan guru.
Ø Membangun proses pembelajaran yang interaktif. Interaksi baik antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa merupakan elemen yang penting dalam pembelajaran matematika. Di sini siswa sanggup berdiskusi dan berhubungan dengan siswa lain, bertanya dan menanggapi pertanyaan, serta mengevaluasi pekerjaan.
Ø Menghubungkan bagian-bagian dalam matematika, dengan disiplin ilmu lain, dan dengan problem dari dunia faktual diharapkan sebagai satu kesatuan yang saling kait mengait dalam penyelesaian masalah.
G. Tahapan yang perlu dilakukan guru
1. Persiapan
Ø Pemilihan problem kontekstual.Tahap persiapan ini dilakukan dengan menyiapkan problem kontekstual yang akan dipakai dalam pembelajaran.
Selanjutnya guru menyiapkan skenario pembelajaran yang akan dipakai di kelas. Berbagai seni administrasi yang mungkin dari siswa dalam pembelajaran sebaiknya sudah diantisipasi pada langkah ini, sehingga guru bisa mengendalikan proses pembelajaran di kelas.
Ø Pemilihan metode. Dalam penerapan pembelajaran matematika realistik, metode yang terutama dipakai yaitu pemecahan masalah, yang diikuti dengan kerja kelompok, diskusi, dan presentasi. Metode pembelajaran juga sanggup diterapkan sepanjang mendukung kerangka kerja penerapan pembelajaran matematika realistik.
Ø Pemilihan media dan sumber belajar. Untuk kelas-kelas pemula biasanya dipakai benda-benda langsung, ibarat manik-manik, kelereng, mobil-mobilan, batang korek api dan masih banyak pola lain. Untuk kelas-kelas lanjutan dipakai media yang lebih formal ibarat bagan, garis bilangan dan simbol-simbol lainnya.
Ø Rencana pembelajaran. Penerapan pembelajaran matematika realistik diawali semenjak tahap pengembangan silabus, rancangan penilaian, dan RPP. Pada pengembangan silabus, guru harus bisa menjabarkan kurikulum menjadi uraian pembelajaran lebih rinci dengan memperhatikan prinsip-prinsip dan karakteristik pembelajaran matematika realistik. Rancangan penilaian juga merupakan aspek yang penting dicermati. Pada tahap ini, guru harus menskenariokan bagaimana umpan balik selama pembelajaran dengan pembelajaran matematika realistik akan dilakukan.
Penyusunan RPP juga harus sesuai dengan pembelajaran matematika realistik. Guru harus bisa merancang pembelajaran yang menjamin langkah-langkah dasar pembelajaran matematika realistik dilaksanakan dan menawarkan hasil ibarat yang diharapkan.
Secara umum pembelajaran matematika realistik dilaksanakan mengikuti 4 fase, yaitu: memahami problem kontekstual, menuntaskan problem kontekstual, membandingkan dan mendiskusikan jawaban, dan menyimpulkan. Secara operasional, Yuwono (2007: 5-6) menjelaskan implementasi embelajaran matematika realistik dalam pembelajaran di kelas sanggup diuraikan sebagai berikut:
Ø Tahap awal. Secara garis besar, guru memberikan tujuan dan topik yang akan dipelajari oleh siswa. Guru memberikan kegiatan yang akan dilalui siswa, contohnya membaca pengantar dilanjutkan mengerjakan problem kontekstual, negosiasi, konfirmasi, dan penarikan kesimpulan. Bila diharapkan guru sanggup mengingatkan siswa wacana materi prasyarat yang perlu diingat oleh siswa kembali. Bila diperlukan, guru sanggup mengecek secara acak tugas.
Ø Tahap inti. Siswa melaksanakan kegiatan yang telah ditetapkan oleh guru, contohnya membaca pengantar, mengerjakan problem kontekstual. Siswa sanggup bekerja secara individual, pasangan atau dalam kelompok kecil untuk menjawab problem dalam buku siswa. Guru berkeliling kelas untuk menawarkan pertanyaan pancingan kepada iswa yang membutuhkan. Pertanyaan pancingan itu sanggup berupa pertanyaan yang menggiring siswa pada balasan masalah, pertanyaan yang merangsang berpikir siswa, memberi petunjuk terbatas semoga siswa melihat problem yang sebenarnya. Bila siswa telah menemukan suatu rumus, siswa sanggup melanjutkan latihan keterampilan prosedural, berupa mengerjakan soal latihan.
Ø Tahap akhir. Guru menunjuk seorang anggota kelompok yang akan menyajikan hasil dislusi kelompok secara kelas (pleno).Peserta didik menyajikan hasil kerjanya dari kerja individual atau kerja kelompok dalam diskusi kelas. Guru berusaha membimbing siswa untuk memperoleh konsep (algoritma). Pada diskusi kelas dan mengarahkan penerima untuk menyimpulkan hasil diskusi kelas. Siswa mengerjakan latihan keterampilan prosedural berupa soal latihan. Guru menawarkan kiprah rumah sebagai materi latihan untuk menginternalisasi konsep (algoritma) yang telah didapat.
Dari klarifikasi di atas, maka sanggup disimpulkan bahwa pembelajaran matematika realistik sanggup dilaksan nakan melalui 4 (empat) fase, yaitu: memahami problem kontekstual, menuntaskan problem kontekstual, membandingkan dan mendiskusikan jawaban, dan menyimpulkan.
Guru diharapkan sanggup membuatkan fase tersebut sesuai dengan kondisi dalam pembelajaran yang dihadapinya. Dengan demikian. Kesulitan siswa dalam berguru matematika sanggup diatasi oleh guru dengan menerapkan pembelajaran matematika realistik di kelas, sehingga matematika tidak lagi dipahami penerima didik sebagai konsep yang abnormal yang tidak ada kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Semoga
Gravemeijer, K. ( 1994) . Developing realistic mathematics education.
Utrech CD_Press/ Freudenthal Institute.
Hadi, Sutarto. (2000). Teori Matematika Realistik- The Second Tryout of RME Based Inset
2000. Surabaya: Usaha Nasional
Jenderal Pendidikan Tinggi P2LPTK
Sutarto, Hadi. 2005. Pendidikan Matematika Realistik dan Implementasinya.
Banjarmasin: Tulip.
Suparno, P . (2001), Konstruktivisme Dalam Pendidikan Matematika. Makalah tidak
dipublikasikan pada Lokakarya Widyaiswara BPG se- Indonesia tanggal 27 Maret s.d 29
April 2001 di PPPG Matematika Yokyakarta.
Departemen Pendidikan Nasional.
Pembelajaran Edisi Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu
Belum ada Komentar untuk "✔ Pembelajaran Matematika Realistik Dan Taktik Penerapannya Di Kelas"
Posting Komentar