✔ Implementasi Administrasi Risiko Di Sekolah
Tidak sanggup dipungkiri bahwa risiko selalu ada dalam semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pengelolaan sekolah. Semua kegiatan sekolah niscaya selalu mengandung risiko. Ada kegiatan yang risiko kecil dan ada pula yang risiko besar.
Untuk mengatasi risiko yang ditimbulkan dari perbagai keputusan/kegiatan sekolah, sangat dibutuhkan kepala sekolah yang mempunyai jiwa kewirausahaan yang berani mengambil risiko dalam setiap keputusan yang ditetapkan.
Keberanian mengambil risiko mejadi salah satu komponen kepemimpinan kewirausahaan sekaligus kemampuan manajerial dari seorang kepala sekolah.
Berani mengambil risiko tidak hanya sekedar berani, namun risiko diambil dengan mempertimbangkan banyak faktor, sehingga pengambilan risiko tidak berdampak negatif. Untuk itu perlu adanya penerapan administrasi risiko di sekolah.
A. Konsep Manajemen Risiko
Risiko diartikan sebagai konsekuensi , dampak , “bahaya” yang sanggup terjadi akhir suatu keputusan atau sebuah proses yang sedang berlangsung maupun insiden yang akan datang.
Jika kita meminjam istilah dalam bidang asuransi, bahwa risiko sanggup diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana bila terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki sanggup menimbulkan suatu kerugian.
Risiko sanggup terjadi dimananpun dan kapanpun, maka kepala sekolah pastilah banyak berhadapan dengan resiko khususnya dalam pengelolaan sekolah.
Risiko tidak sanggup dihindari, namun sanggup diminimalisir, untuk itu perlu pemahaman wacana administrasi risiko. Manajemen risiko merupakan suatu proses yang terus-menerus dan berkembang dalam mengelola suatu organsasi.
Hal tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan semua risiko yang terjadi pada kegiatan yang lalu,sekarang dan khususnya yang akan datang.
Manajemen risiko berkaitan dengan dua aspek risiko positif dan negatif. Oleh alasannya ialah itu risiko dipertimbangkan dari perspektif keduanya.
Dalam bidang keselamatan, secara umum diakui bahwa konsekuensi merupakan hanya sisi negatif, oleh alasannya ialah itu administrasi risiko keselamatan difokuskan pada preventif dan mitigasi dari kerusakan atau kesalahan.
Fokus dari administrasi risiko yang baik yaitu identifikasi dan perlakuan risiko. Manajemen risiko memperlihatkan suatu cara secara terstruktur wacana identifikasi dan analisis risiko, serta pemikiran dan implementasi respon yang sempurna dari akhir yang ditimbulkan (Moeller, 2007).
Baca Juga: Konsep dan Cara Membuat SOP di Sekolah
Strategi administrasi risiko berdasarkan Cendrowski & Mair (2009) terdiri dari 3 komponen yaitu identifikasi risiko, penilaian risiko dan mitigasi risiko. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi dari suatu risiko merupakan langkah pertama dalam penilaian risiko. Tanpa identifikasi risiko yang tepat, suatu analisis risiko sangat kekurangan warta yang potensial.
Identifikasi risiko ditujukan untuk menjawab pertanyaan: Apa yang salah bila dibandingkan dengan impian ?manajemen risiko mencari jalan keluar untuk pertanyaan: Apa yang harus dilakukan? diawali dengan menciptakan analisis SWOT.
2. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko ialah untuk menciptakan keputusan berdasar pada hasil analisa risiko wacana perlunya perlakuan dan prioritas perlakuan terhadap risiko. Evaluasi risiko berawal dari analisis dampak dari risiko yang ada. Dengan mengetahui dampak maka sanggup ditentukan prioritas penyelesaiannya.
3. Mitigasi Risiko
Mitigasi risiko ialah suatu metodologi yang secara sistemik dipakai untuk mengurangi risiko. Mitigasi risiko sanggup dicapai melalui beberapa cara antara lain:
a. Risk Assumption.
Risk assumption ialah mendapatkan risiko dan melanjutkan operasional kegiatan atau untuk mengimplemetasikan kontrol menjadi risiko lebih rendah menjadi tingkat yang diterima.
b. Risk Avoidance.
Risk avoidance ialah menghindari/menghilangkan risiko melalui eliminasi penyebab risiko dan/atau konsekuensinya.
c. Risk Limitation.
Risk limitation ialah membatasi risiko melalui implementasi kontrol yang
meminimalkan efek merugikan dari kegiatan perlakuan suatu kerawanan (misalnya, melaksanakan pencegahan, detektif kontrol).
d. Risk Planning.
Risk planning ialah mengelola risiko melalui pengembangan suatu planning mitigasi risiko melalui pengotrolan perawatan, proses prioritas, implementasi.
e. Research and Acknowledgment.
Research and acknowledgment ialah menurunkan risiko sampai hilang dengan cara pengukuhan kerawanan atau kesalahan dan penelitian untuk mengkoreksi kerawanan atau kesalahan tersebut.
f. Risk Transference.
Risk Transference ialah mentransfer risiko melalui pilihan lain untuk kompensasi kerugian, contohnya pembelian asuransi kecelakaan
B. Proses Manajemen Risiko
Tujuan administrasi risiko yaitu mengidentifikasi dan menganalisis risiko serta mengelola konsekuensinya. Menurut NSW Trasury (2004), proses administrasi risiko harus dimulai dari tahap perencanaan taktik proyek yang diusulkan yang terdiri dari beberapa tahap kunci yang mempunyai aplikasi umum dan sanggup diaplikasikan pada banyak sekali tingkatan siklus yang mencakup penyesuaian usulan, analisis risiko, perencanaan respon, pelaporan dan aplikasi
C. Contoh Penerapan Manajemen Risiko di Sekolah
Penerapan Manajemen Risiko dalam Tata Kelola Tenaga Pendidik
Guru ialah ujung tombak pembelajaran sehingga kualitas guru harus selalu ditingkatkan. Kepala Sekolah dibutuhkan menciptakan pemetaan kualitas tenaga pendidik.
Disamping itu kepala sekolah juga harus bisa mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin muncul dalam pengelolaan tenaga pendidik.
Dengan mengidentifikasi risiko maka kepala sekolah akan menyiapkan alternative-alternatif untuk menghilangkan risiko atau memperkecil dampak risiko.
Baca : Konsep dan Cara Menyusun SOP di Sekolah
Contoh penerapan menajemen risiko dalam tata kelola guru
Bahan Bacaan:
1. Makalah “Manajemen Risiko dalam Tata Kelola Laboratorium Kimia” Hari Sutrisno, Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta
2. Modul Kepala Sekolah Pembelajar Tahun 2016
Untuk mengatasi risiko yang ditimbulkan dari perbagai keputusan/kegiatan sekolah, sangat dibutuhkan kepala sekolah yang mempunyai jiwa kewirausahaan yang berani mengambil risiko dalam setiap keputusan yang ditetapkan.
Keberanian mengambil risiko mejadi salah satu komponen kepemimpinan kewirausahaan sekaligus kemampuan manajerial dari seorang kepala sekolah.
Berani mengambil risiko tidak hanya sekedar berani, namun risiko diambil dengan mempertimbangkan banyak faktor, sehingga pengambilan risiko tidak berdampak negatif. Untuk itu perlu adanya penerapan administrasi risiko di sekolah.
A. Konsep Manajemen Risiko
Risiko diartikan sebagai konsekuensi , dampak , “bahaya” yang sanggup terjadi akhir suatu keputusan atau sebuah proses yang sedang berlangsung maupun insiden yang akan datang.
Jika kita meminjam istilah dalam bidang asuransi, bahwa risiko sanggup diartikan sebagai suatu keadaan ketidakpastian, di mana bila terjadi suatu keadaan yang tidak dikehendaki sanggup menimbulkan suatu kerugian.
Risiko sanggup terjadi dimananpun dan kapanpun, maka kepala sekolah pastilah banyak berhadapan dengan resiko khususnya dalam pengelolaan sekolah.
Risiko tidak sanggup dihindari, namun sanggup diminimalisir, untuk itu perlu pemahaman wacana administrasi risiko. Manajemen risiko merupakan suatu proses yang terus-menerus dan berkembang dalam mengelola suatu organsasi.
Hal tersebut dilaksanakan dengan mempertimbangkan semua risiko yang terjadi pada kegiatan yang lalu,sekarang dan khususnya yang akan datang.
Manajemen risiko berkaitan dengan dua aspek risiko positif dan negatif. Oleh alasannya ialah itu risiko dipertimbangkan dari perspektif keduanya.
Dalam bidang keselamatan, secara umum diakui bahwa konsekuensi merupakan hanya sisi negatif, oleh alasannya ialah itu administrasi risiko keselamatan difokuskan pada preventif dan mitigasi dari kerusakan atau kesalahan.
Fokus dari administrasi risiko yang baik yaitu identifikasi dan perlakuan risiko. Manajemen risiko memperlihatkan suatu cara secara terstruktur wacana identifikasi dan analisis risiko, serta pemikiran dan implementasi respon yang sempurna dari akhir yang ditimbulkan (Moeller, 2007).
Baca Juga: Konsep dan Cara Membuat SOP di Sekolah
Strategi administrasi risiko berdasarkan Cendrowski & Mair (2009) terdiri dari 3 komponen yaitu identifikasi risiko, penilaian risiko dan mitigasi risiko. Adapun penjelasannya sebagai berikut.
1. Identifikasi Risiko
Identifikasi dari suatu risiko merupakan langkah pertama dalam penilaian risiko. Tanpa identifikasi risiko yang tepat, suatu analisis risiko sangat kekurangan warta yang potensial.
Identifikasi risiko ditujukan untuk menjawab pertanyaan: Apa yang salah bila dibandingkan dengan impian ?manajemen risiko mencari jalan keluar untuk pertanyaan: Apa yang harus dilakukan? diawali dengan menciptakan analisis SWOT.
2. Evaluasi Risiko
Evaluasi risiko ialah untuk menciptakan keputusan berdasar pada hasil analisa risiko wacana perlunya perlakuan dan prioritas perlakuan terhadap risiko. Evaluasi risiko berawal dari analisis dampak dari risiko yang ada. Dengan mengetahui dampak maka sanggup ditentukan prioritas penyelesaiannya.
3. Mitigasi Risiko
Mitigasi risiko ialah suatu metodologi yang secara sistemik dipakai untuk mengurangi risiko. Mitigasi risiko sanggup dicapai melalui beberapa cara antara lain:
a. Risk Assumption.
Risk assumption ialah mendapatkan risiko dan melanjutkan operasional kegiatan atau untuk mengimplemetasikan kontrol menjadi risiko lebih rendah menjadi tingkat yang diterima.
b. Risk Avoidance.
Risk avoidance ialah menghindari/menghilangkan risiko melalui eliminasi penyebab risiko dan/atau konsekuensinya.
c. Risk Limitation.
Risk limitation ialah membatasi risiko melalui implementasi kontrol yang
meminimalkan efek merugikan dari kegiatan perlakuan suatu kerawanan (misalnya, melaksanakan pencegahan, detektif kontrol).
d. Risk Planning.
Risk planning ialah mengelola risiko melalui pengembangan suatu planning mitigasi risiko melalui pengotrolan perawatan, proses prioritas, implementasi.
e. Research and Acknowledgment.
Research and acknowledgment ialah menurunkan risiko sampai hilang dengan cara pengukuhan kerawanan atau kesalahan dan penelitian untuk mengkoreksi kerawanan atau kesalahan tersebut.
f. Risk Transference.
Risk Transference ialah mentransfer risiko melalui pilihan lain untuk kompensasi kerugian, contohnya pembelian asuransi kecelakaan
B. Proses Manajemen Risiko
Tujuan administrasi risiko yaitu mengidentifikasi dan menganalisis risiko serta mengelola konsekuensinya. Menurut NSW Trasury (2004), proses administrasi risiko harus dimulai dari tahap perencanaan taktik proyek yang diusulkan yang terdiri dari beberapa tahap kunci yang mempunyai aplikasi umum dan sanggup diaplikasikan pada banyak sekali tingkatan siklus yang mencakup penyesuaian usulan, analisis risiko, perencanaan respon, pelaporan dan aplikasi
Tahap 1 : Pembiasaan Usulan |
1. Mengidentifikasi tujuan 2. Mendefenisikan criteria 3. Mendefenisikan elemen kunci |
Tahap 2. Analisis Resiko |
1. Mengidentifikasi risiko 2. Menilai risiko (imbas risiko) 3. Melakukan peringkat risiko 4. Menampilkan risiko minor |
Tahap 3. Perencanaan Respon |
1. Mengidentifikasi respon 2. Menyeleksi respon terbaik 3. Mengembangkan tindakan dan manajemen |
Tahap 4: Pelaporan |
1. Menyusun kegiatan dan ukuran manajemen 2. Menulis resiko 3. Perencanaan manajemen |
Tahap-5 : Implementasi |
1. Efek dan jadwal 2. Review dan evaluasi |
Penerapan Manajemen Risiko dalam Tata Kelola Tenaga Pendidik
Guru ialah ujung tombak pembelajaran sehingga kualitas guru harus selalu ditingkatkan. Kepala Sekolah dibutuhkan menciptakan pemetaan kualitas tenaga pendidik.
Disamping itu kepala sekolah juga harus bisa mengidentifikasi risiko-risiko yang mungkin muncul dalam pengelolaan tenaga pendidik.
Dengan mengidentifikasi risiko maka kepala sekolah akan menyiapkan alternative-alternatif untuk menghilangkan risiko atau memperkecil dampak risiko.
Baca : Konsep dan Cara Menyusun SOP di Sekolah
Contoh penerapan menajemen risiko dalam tata kelola guru
Indentifikasi Risiko | Evaluasi | Mutigasi | |
Belum semua guru bisa mengoperasikan computer | 1. Tidak bisa menciptakan media pembelajaran berbasis teknologi warta dan komputer 2. Tidak bisa menginput nilai di komputer 3. Tidak bisa mencari sumber belajar dari internet | 1. Meminta guru kursus komputer di luar sekolah 2. Mengadakan pelatihan komputer di sekolah dengan mengundang pelatih dari luar atau meminta guru yang arif komputer untuk menjadi pelatih 3. Belajar berdikari komputer 4. Belajar dengan guru yang sudah mampu mengoperasikan computer | |
Belum semua guru yang sudah tersertifikasi mengajar sebanyak 24 jam | Tidak mendapatkan santunan sertifikasi | 1. Mencarikan sekolah lain yang masih kekurangan guru 2. Memberi kiprah tambahan yang bisa menambah jumlah jam mengajar menyerupai menjadi pengelola laboratorium, perpustakaan |
D. Manfaat Manajemen Risiko
Manfaat yang diperoleh dengan menerapkan administrasi resiko antara lain (Mok et al., 1996) :- Berguna untuk mengambil keputusan dalam menangani masalah-masalah yang rumit
- Memudahkan estimasi biaya.
- Memberikan pendapat dan intuisi dalam pembuatan keputusan yang dihasilkan dalam cara yang benar.
- Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi resiko dan ketidakpastian dalam keadaan yang nyata.
- Memungkinkan bagi para pembuat keputusan untuk menetapkan berapa banyak warta yang dibutuhkan dalam menuntaskan masalah.
- Meningkatkan pendekatan sistematis dan kebijaksanaan untuk menciptakan keputusan.
- Menyediakan pedoman untuk membantu perumusan masalah.
- Memungkinkan analisa yang cermat dari pilihan-pilihan alternatif.
Bahan Bacaan:
1. Makalah “Manajemen Risiko dalam Tata Kelola Laboratorium Kimia” Hari Sutrisno, Jurusan Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta
2. Modul Kepala Sekolah Pembelajar Tahun 2016
Belum ada Komentar untuk "✔ Implementasi Administrasi Risiko Di Sekolah"
Posting Komentar