✔ 7 Pendekatan Supervisi Akademik Pada Kurikulum 2013
Pendekatan berasal dari kata approach yang berarti cara mendekatkan diri kepada objek atau langkah-langkah menuju objek. Pendekatan Supervisi akademik secara sederhana yaitu cara mendekatkan diri kepada guru yang disupervisi sehingga tercipta kondisi yang memungkinkan pertolongan profesional yang diberikan supervisor sempurna sasaran.
Pendekatan supervisi akademik yang dipakai oleh supervisor (pengawas, kepala sekolah dan guru senior yang ditunjuk) sangat tergantung kepada kondisi yang mencakup tingkat kompetensi(IQ/abstraksi/kreativtas) dan motivasi(komitmen/dedikasi) guru.
Kondisi atau tipe guru di sekolah sangat beragam, secara umum ada empat kondisi guru dalam melaksanakan kiprah pembelajaran di sekolah yaitu : 1) guru yang kompetensinya rendah dan motivasinya juga rendah, 2) guru yang kompetensinya rendah tapi motivasinya tinggi 3) sebaliknya guru yang kompetensinya tingi tapi motivasinya rendah, dan 4)guru yang kompetensinya tinggi dan motivasinya juga tinggi. Kondisi tersebut harus dahulu dipahami oleh supervisor sehingga pendekatan yang dipakai sempurna dan efektif. Berdasarkan temuan para hebat sedikitnya ada tujuh pendekatan dalam supervisi akademik.
Supervisor sanggup menentukan salah satu dari tujuh pendekatan dan menerapkannya pada kurikulum 2013 tergantung kondisi atau tipe guru dalam pembelajaran. Tujuh pendekatan tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan Direktif
Pendekatan direktif yaitu pendekatan dimana supervisor memperlihatkan isyarat pribadi terhadap guru yang mengalami kasus atau kelemahan, sikap supervisor lebih mendominasi(mengendalikan) kegiatan atau pembicaraan. Oleh alasannya yaitu guru mempunyai kekurangan atau permasalahan dalam kiprah pembelajaran, maka supervisor perlu memperlihatkan rangsangan biar ia sanggup bereaksi lebih baik.
Rangsangan yang dimaksud sanggup berupa penguatan (reinforcement) atau eksekusi (punishment). Pendekatan direktif lebih sempurna dipakai kepada guru kelompok guru “drop out teacher” yaitu guru-guru yang kondisi kompetensi (abbstraksi/kreativitas) dan motivasi(komitmen/dedikasi) rendah. Penerapan pendekatan direktif dilakukan dengan sikap supervisor seperti:
a. Menjelaskan bahan atau bahan yang harus diperbaiki guru,
b. Menyajikan materi,alternatif perbaikan
c. Mengarahkan guru untuk melaksanakan perbaikan
d. Memberi contoh,
e. Menetapkan tolok ukur dalam melaksanakan tugas, dan
f. Menguatkan hal-hal yang sudah dicapai dengan baik.
2. Pendekatan Non- Direktif atau Indirektif
Pendekatan non-direktif yaitu cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara pribadi memperlihatkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengutarakan hal-hal yang dialami dalam pembelajaran.
untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, dan memahami apa yang dialami.
Pendekatan non-direktif lebih sempurna dipakai kepada guru kelompok profesional teacher yaitu guru-guru yang kondisi kompetensi (abbstraksi/kreativitas) dan motivasi(komitmen/dedikasi) tinggi. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif yaitu sebagai berikut.
a. Mendengarkan,
b. Memberi penguatan,
c. Menjelaskan,
d. Menyajikan, dan
e. Memecahkan masalah.
3. Pendekatan Kolaboratif Control
Pendekatan kolaboratif yaitu cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik supervisor maupun guru bahu-membahu bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap kasus yang dihadapi guru. Dengan demikian, pendekatan dalam supervisi bekerjasama pada dua arah; dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Pendekatan kolaboratif control lebih sempurna dipakai kepada guru kelompok “analytic and observer teacher” yaitu guru-guru yang kondisi kompetensi (abstraksi/kreativitas) tinggi tetapi motivasi(komitmen/dedikasi) rendah Perilaku supervisor dalam pendekatan ini yaitu sebagai berikut.
a. Menyajikan
b. Menjelaskan
c. Mendengarkan
d. Memecahkan masalah
e. Negosiasi
f. Pengawas
4. Pendekatan Kolaboratif Partisipatif
Pendekatan kolaboratif partisipatif hampir sama dengan pendekatan kolaboratif control yang membedakan yaitu tipe gurunya dan perlakuan sedikit berbeda yang diberikan supervisor.. Pendekatan kolaboratif partisipatif lebih sempurna dipakai kepada guru kelompok “un focus teacher” yaitu guru-guru yang kondisi kompetensi (abstraksi/kreativitas) rendah tetapi motivasi(komitmen/dedikasi) tinggi.
Perilaku supervisor dalam pendekatan ini yaitu sebagai berikut.
a. Menyajikan
b. Menjelaskan
c. Mendengarkan
d. Memecahkan masalah
e. Negosiasi
Empat pendekatan supervisi akademik diatas sanggup digambarkan tabel berikut:
Pendekatan supervisi akademik yang dipakai oleh supervisor (pengawas, kepala sekolah dan guru senior yang ditunjuk) sangat tergantung kepada kondisi yang mencakup tingkat kompetensi(IQ/abstraksi/kreativtas) dan motivasi(komitmen/dedikasi) guru.
Kondisi atau tipe guru di sekolah sangat beragam, secara umum ada empat kondisi guru dalam melaksanakan kiprah pembelajaran di sekolah yaitu : 1) guru yang kompetensinya rendah dan motivasinya juga rendah, 2) guru yang kompetensinya rendah tapi motivasinya tinggi 3) sebaliknya guru yang kompetensinya tingi tapi motivasinya rendah, dan 4)guru yang kompetensinya tinggi dan motivasinya juga tinggi. Kondisi tersebut harus dahulu dipahami oleh supervisor sehingga pendekatan yang dipakai sempurna dan efektif. Berdasarkan temuan para hebat sedikitnya ada tujuh pendekatan dalam supervisi akademik.
Supervisor sanggup menentukan salah satu dari tujuh pendekatan dan menerapkannya pada kurikulum 2013 tergantung kondisi atau tipe guru dalam pembelajaran. Tujuh pendekatan tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan Direktif
Pendekatan direktif yaitu pendekatan dimana supervisor memperlihatkan isyarat pribadi terhadap guru yang mengalami kasus atau kelemahan, sikap supervisor lebih mendominasi(mengendalikan) kegiatan atau pembicaraan. Oleh alasannya yaitu guru mempunyai kekurangan atau permasalahan dalam kiprah pembelajaran, maka supervisor perlu memperlihatkan rangsangan biar ia sanggup bereaksi lebih baik.
Rangsangan yang dimaksud sanggup berupa penguatan (reinforcement) atau eksekusi (punishment). Pendekatan direktif lebih sempurna dipakai kepada guru kelompok guru “drop out teacher” yaitu guru-guru yang kondisi kompetensi (abbstraksi/kreativitas) dan motivasi(komitmen/dedikasi) rendah. Penerapan pendekatan direktif dilakukan dengan sikap supervisor seperti:
a. Menjelaskan bahan atau bahan yang harus diperbaiki guru,
b. Menyajikan materi,alternatif perbaikan
c. Mengarahkan guru untuk melaksanakan perbaikan
d. Memberi contoh,
e. Menetapkan tolok ukur dalam melaksanakan tugas, dan
f. Menguatkan hal-hal yang sudah dicapai dengan baik.
2. Pendekatan Non- Direktif atau Indirektif
Pendekatan non-direktif yaitu cara pendekatan terhadap permasalahan yang sifatnya tidak langsung. Perilaku supervisor tidak secara pribadi memperlihatkan permasalahan, tapi ia terlebih dulu mendengarkan secara aktif apa yang dikemukakan oleh guru. Ia memberi kesempatan sebanyak mungkin kepada guru untuk mengutarakan hal-hal yang dialami dalam pembelajaran.
untuk mengemukakan permasalahan yang mereka alami. Guru mengemukakan masalahnya. Supervisor mencoba mendengarkan, dan memahami apa yang dialami.
Pendekatan non-direktif lebih sempurna dipakai kepada guru kelompok profesional teacher yaitu guru-guru yang kondisi kompetensi (abbstraksi/kreativitas) dan motivasi(komitmen/dedikasi) tinggi. Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif yaitu sebagai berikut.
a. Mendengarkan,
b. Memberi penguatan,
c. Menjelaskan,
d. Menyajikan, dan
e. Memecahkan masalah.
3. Pendekatan Kolaboratif Control
Pendekatan kolaboratif yaitu cara pendekatan yang memadukan cara pendekatan direktif dan non-direktif menjadi suatu cara pendekatan baru. Pada pendekatan ini, baik supervisor maupun guru bahu-membahu bersepakat untuk menetapkan struktur proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap kasus yang dihadapi guru. Dengan demikian, pendekatan dalam supervisi bekerjasama pada dua arah; dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.
Pendekatan kolaboratif control lebih sempurna dipakai kepada guru kelompok “analytic and observer teacher” yaitu guru-guru yang kondisi kompetensi (abstraksi/kreativitas) tinggi tetapi motivasi(komitmen/dedikasi) rendah Perilaku supervisor dalam pendekatan ini yaitu sebagai berikut.
a. Menyajikan
b. Menjelaskan
c. Mendengarkan
d. Memecahkan masalah
e. Negosiasi
f. Pengawas
4. Pendekatan Kolaboratif Partisipatif
Pendekatan kolaboratif partisipatif hampir sama dengan pendekatan kolaboratif control yang membedakan yaitu tipe gurunya dan perlakuan sedikit berbeda yang diberikan supervisor.. Pendekatan kolaboratif partisipatif lebih sempurna dipakai kepada guru kelompok “un focus teacher” yaitu guru-guru yang kondisi kompetensi (abstraksi/kreativitas) rendah tetapi motivasi(komitmen/dedikasi) tinggi.
Perilaku supervisor dalam pendekatan ini yaitu sebagai berikut.
a. Menyajikan
b. Menjelaskan
c. Mendengarkan
d. Memecahkan masalah
e. Negosiasi
Empat pendekatan supervisi akademik diatas sanggup digambarkan tabel berikut:
|
Secara umum empat pendekatan supervisi akademik diatas dalam kurikulum 2013 dilakukan dengan tahapan kegiatan sebagai berikut:
1. Percakapan awal (pre-conference)
Depdiknas (2003), pedoman Supervisi Pengajaran, Dikdasmen: Jakarta
Sehertian, A. Piet. (1987). Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Usaha Nasional: Surabaya.
Sudjana. (2004). Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah Pruduction.
1. Percakapan awal (pre-conference)
2. Observasi
3. Analisis/interpretasi hasil supervisi
4. Percakapan akhir(pasconference)
5. Analisis simpulan untuk menarik kesimpulan
6. Diskusi antara supervisor dengan guru
Selain empat pendekatan supervisi akademik di atas supervisor sanggup memakai pendekatan laian. Menurut Achecon, Keith A, at al, (1997) dalam Modul Kemendikbud, (2014: 78) yaitu sebagai berikut:
5.Pendekatan Ilmiah ( Scientific)
Pendekatan Scientific (ilmiah) yaitu pendekatan supervisi akademik yang didasarkan atas data yang dikumpulkan oleh supervisor. Data yang terkumpul sanggup diperoleh dari hasil pengamatan dengan pencatatan yang teliti, objektif dan valid. Dari data yang terkumpul tersebut dicermati untuk selanjutnya diambil langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
Dalam hal ini supervisor harus mengumpulkan data dengan memakai instrument yang benar dan tepat(validitas dan reliabel) Supervisor perlu merumuskan kasus menurut kerangka teori pengajaran, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dengan memakai teknik analisis yang relevan, menguji hipotesis, dan balasannya menarik suatu kesimpulan. Dengan menerapkan tersebut supervisor akan menerima citra yang benar mengenai pembelajaran yang dilakukan oleh guru bersama dengan akseptor didiknya.
Supervisor harus bersikap ilmiah, objektif, dan jernih dalam memandang persoalan, dan menjaga jarak dengan yang diamati. Adapun cara yang dipakai untuk memperbaiki pembelajaran adalah:
a. mengimplementasikan hasil temuan dari para peneliti,
b. mengadakan penelitian di bidang pembelajaran, dan
c. menerapkan metode ilmiah dan bersikap ilmiah dalam
d. menentukan efektivitas pembelajaran.
Dalam hal ini supervisor harus mengumpulkan data dengan memakai instrument yang benar dan tepat(validitas dan reliabel) Supervisor perlu merumuskan kasus menurut kerangka teori pengajaran, menyusun hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dengan memakai teknik analisis yang relevan, menguji hipotesis, dan balasannya menarik suatu kesimpulan. Dengan menerapkan tersebut supervisor akan menerima citra yang benar mengenai pembelajaran yang dilakukan oleh guru bersama dengan akseptor didiknya.
Supervisor harus bersikap ilmiah, objektif, dan jernih dalam memandang persoalan, dan menjaga jarak dengan yang diamati. Adapun cara yang dipakai untuk memperbaiki pembelajaran adalah:
a. mengimplementasikan hasil temuan dari para peneliti,
b. mengadakan penelitian di bidang pembelajaran, dan
c. menerapkan metode ilmiah dan bersikap ilmiah dalam
d. menentukan efektivitas pembelajaran.
6. Pendekatan Artistik (Artistic)
Pendekatan artistic yaitu pendekatan dimana supervisor memakai seni tertentu(dilakukan secara tidak to the point). Pendekatan artistik merekomendasikan biar supervisor turut mengamati, merasakan, dan mengapresiasikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Supervisor bagaikan menyaksikan tampilan-tampilan karya seni, namun harus dilihat secara menyeluruh dengan pengamatan yang cermat, turut mencicipi dan mencoba menangkap maknanya.
Dari pengalaman tersebut supervisor sanggup menyusun langkah-langkah perbaikan dengan seni atau kreatifitas tertentu.
Langkah-langkah pendekatan artistik, yaitu:
a. Ketika hendak berangkat ke lapangan, kepala sekolah dihentikan mempunyai pretensi apa pun wacana pengajaran yang akan diamati.
b. Melakukan pengamatan terhadap guru dengan cermat, teliti, utuh, menyeluruh serta berulang-ulang.
c. Memberikan interpretasi atas hasil pengamatan secara formal.
d. Menyusun hasil interpretasi dalam bentuk narasi.
e. Menyampaikan hasil interpretasi yang sudah dinarasikan kepada guru.
f. Menerima umpan balik dari guru terhadap pengamatan yang telah dilakukan
Dari pengalaman tersebut supervisor sanggup menyusun langkah-langkah perbaikan dengan seni atau kreatifitas tertentu.
Langkah-langkah pendekatan artistik, yaitu:
a. Ketika hendak berangkat ke lapangan, kepala sekolah dihentikan mempunyai pretensi apa pun wacana pengajaran yang akan diamati.
b. Melakukan pengamatan terhadap guru dengan cermat, teliti, utuh, menyeluruh serta berulang-ulang.
c. Memberikan interpretasi atas hasil pengamatan secara formal.
d. Menyusun hasil interpretasi dalam bentuk narasi.
e. Menyampaikan hasil interpretasi yang sudah dinarasikan kepada guru.
f. Menerima umpan balik dari guru terhadap pengamatan yang telah dilakukan
7. Pendekatan Klinis (Clinic)
Pendekatan klinis yaitu pendekatan yang didasarkan atas diagnosis kekurangan (kelemahan/penyakit) untuk langkah perbaikan selanjutnya (Kemdikbud, 2014). Hasil diagonosis tersebut boleh atas kesadaran guru memminta pertolongan untuk mengatasi duduk kasus yang dihadapi dalam pembelajaran(ibarat orang sakit ke dokter). Setelah supervisor mendiagonosa kelemahannya , maka selanjutnya dilakukan pertolongan biar guru tersebut sanggup mengatasi permasalahan yang dihadapi.
Langkah-langkah Pendekatan Klinik:
1. Tahap Pertemuan Awal
a. Menciptakan suasana kolegialitas.
b. Membicarakan rencana pengajaran yang telah dibentuk guru.
c. Memilih jenis keterampilan tertentu yang akan dilatihkan.
d. Mengembangkan instrumen yang akan dipakai untuk mengobservasi keterampilan mengajar guru dan menyepakatinya.
2. Tahap Observasi Kelas
Supervisor mengadakan pengamatan terhadap guru yang sedang mengajar dengan memakai lembar observasi yang telah disepakati
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini:
a. memasuki ruang kelas bersama dengan guru yang akan mengajar,
b. guru menjelaskan pada siswa maksud kedatangan supervisor ke ruang kelas,
c. guru mempersilahkan supervisor untuk menempati daerah duduk yang telah disediakan,
d. supervisor mengobservasi proses pembelajaran terhadap guru.
e. sesudah selesai proses mencar ilmu mengajar, guru bahu-membahu supervisor meninggalkan ruang kelas dan pindah ke ruangan khusus untuk melaksanakan acara pembinaan
Langkah-langkah Pendekatan Klinik:
1. Tahap Pertemuan Awal
a. Menciptakan suasana kolegialitas.
b. Membicarakan rencana pengajaran yang telah dibentuk guru.
c. Memilih jenis keterampilan tertentu yang akan dilatihkan.
d. Mengembangkan instrumen yang akan dipakai untuk mengobservasi keterampilan mengajar guru dan menyepakatinya.
2. Tahap Observasi Kelas
Supervisor mengadakan pengamatan terhadap guru yang sedang mengajar dengan memakai lembar observasi yang telah disepakati
Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini:
a. memasuki ruang kelas bersama dengan guru yang akan mengajar,
b. guru menjelaskan pada siswa maksud kedatangan supervisor ke ruang kelas,
c. guru mempersilahkan supervisor untuk menempati daerah duduk yang telah disediakan,
d. supervisor mengobservasi proses pembelajaran terhadap guru.
e. sesudah selesai proses mencar ilmu mengajar, guru bahu-membahu supervisor meninggalkan ruang kelas dan pindah ke ruangan khusus untuk melaksanakan acara pembinaan
3. Pertemuan Balikan
Aktivitas yang dilakukan:
a. supervisor memperlihatkan penguatan kepada guru dalam suasana yang akrab,
b. supervisor bersama guru membicarakan kembali kontrak yang pernah dilakukan mulai dari tujuan pengajaran hingga penilaian pembelajaran,
c. supervisor memperlihatkan hasil observasi yang telah dilakukan menurut format yang disepakati,
d. supervisor berdiskusi dengan guru wacana hasil observasi yang telah dilakukan
e. bahu-membahu guru menciptakan kesimpulan wacana hasil pencapaian latihan pengajaran yang telah dilakukan yang diakhiri dengan pembuatan
Satu pendekatan supervisi akademik tidak sanggup dipakai untuk semua guru, maka supervisor perlu menentukan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik guru yang disupervisi. Dengan demikian supervisi yang dilakukan akan bermakna dan menjadi pertolongan perbaikan professional bagi guru. Semoga
Bahan Bacaan:
Depdiknas (2011). Modul Supervisi Akademik Suplemen Materi Pelatihan Penguatan Pengawas Sekolah. BPSDM: Jakarta
Depdiknas (2003), pedoman Supervisi Pengajaran, Dikdasmen: Jakarta
Sehertian, A. Piet. (1987). Prinsip dan Teknik Supervisi Pendidikan, Usaha Nasional: Surabaya.
Sudjana. (2004). Manajemen Program Pendidikan. Bandung: Falah Pruduction.
Belum ada Komentar untuk "✔ 7 Pendekatan Supervisi Akademik Pada Kurikulum 2013"
Posting Komentar