✔ Model-Model Pembelajaran Kreatif Di Smk
Pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan mempunyai karakteristik tersendiri (beda dengan SMA) alasannya yakni tujuan utama Sekolah Menengah kejuruan untuk menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja. Proses pembelajaran yang dilakukan guru di SMK perlu memperhatikan karakteristik sebagai berikut.
1.Pembelajaran diarahkan untuk mempersiapkan peserta didik memasuki lapangan kerja;
2.Pembelajaran yang dilakukan didasarkan atas kebutuhan dunia kerja;
3.Fokus isi pembelajaran ditekankan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, perilaku dan nilai-nilai yang diharapkan oleh dunia kerja;
4.Penilaian yang sebetulnya terhadap kesuksesan peserta didik harus pada “mind-on, heart-on, hands-on” atau cara cara pikir, perilaku dan keterampilan kerja di dunia perjuangan atau produksi;
5.Pembelajaran harus melibatkan dunia kerja sebagaikunci keberhasilan pendidikan kejuruan;
6.Pembelajaran harus responsif dan antisipatif terhadap kemajuan teknologi;
7.Pembelajaran lebih ditekankan pada “learning by doing”, dan
8.Pembelajaran memerlukan akomodasi praktik sesuai dengan tuntutan dunia perjuangan dan industri.
Berdasarkan karakteristik di atas maka pemilihan suatu model pembelajaran sangat ditentukan oleh isi rumusan Kompetensi Dasar dan atau materi pembelajaran. Model pembelajaran tertentu hanya tepat dipakai untuk materi pembelajaran tertentu.
Sebaliknya materi pembelajaran tertentu akan sanggup berhasil maksimal kalau memakai model pembelajaran tertentu pula.
Pemilihan model pembelajaran sanggup dilakukan dengan cara berikut:
1.Menganalisis rumusan pernyataan setiap kompetensi dasar (KD);
2.Memahami tujuan dari setiap model pembelajaran;
3.Menentukan apakah rumusan KD cenderung pada pembentukan konsep/prinsip atau pada pembentukan hasil karya;
4.Kompetensi Dasar(KD dari KI-3 dan KD dari KI-4) pada kelompok mata pelajaran Dasar Kejuruan (C1) dan kelompok mata pelajaran Dasar Keahlian (C2) yang cenderung pada penguasaan konsep/prinsip yang membentuk kemampuan eksplanasi (konsep dan prinsip) sangat tepat memakai model pembelajaran Inquiry/Discovery Learningsebagai fondasi untuk mempelajari mata pelajaran kelompok Kompetensi Keahlian (C3).
5.Kompetensi Dasar (KD dari KI-3 dan KD dari KI-4) pada kelompok mata pelajaran Kompetensi Keahlian (C3) yang cenderung membentuk kemampuan solusi-solusi teknologi dan rekayasa atau hasil karya, sanggup memakai model belajar Problem Based Learning(PBL), Production Based Trainning (PBT), Project Based Learning (PjBL) dan Teaching Factory (TEFA)
Setelah guru melaksanakan analisis kompetensi dasar dan materi pembelajaran selanjutnya guru sanggup menentukan model yang sesuai untuk diterapkan. Dibawah ini ada 4 model pembelajaran yang disarankan sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 di SMK.
A. Model pembelajaran inovasi (Discovery Learning)
Model pembelajaran inovasi (Discovery Learning) adalahmenekankan terhadap pemahaman konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk risikonya hingga kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43).
Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa hukum, konsep dan prinsip, melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi(pengambilan keputusan/kesimpulan).
1. Tujuan pembelajaran model Discovery Learning
a.Meningkatkan kesempatan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran;
b.Peserta didik berguru menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak;
c.Peserta didik berguru merumuskan taktik tanya jawab yang tidak rancu dan memperoleh warta yang bermanfaat dalam menemukan;
d.Membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi warta serta mendengarkan dan memakai ide-ide orang lain;
e.Meningkatkan keterampilan konsep dan prinsip peserta didik yang lebih bermakna;
f.Dapat mentransfer keterampilan yang dibuat dalam situasi berguru inovasi ke dalam acara situasi berguru yang baru.
2. Sintak (Fase) model Discovery Learning
a. Pemberian rangsangan (Stimulation)
Langkah ini dilakukan sanggup berupa dongeng atau gambar dari suatu tragedi sehingga memberikanarahan pada persiapan menemukan suatu konsep/prinsip atau formulasi.
b. Pernyataan/Identifikasi persoalan (Problem Statement)
Tahap ini peserta didik diajak untuk mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan persoalan dari tragedi dan selanjutnya dikembangkan tanggapan sementaraatau hipotesis terhadap konsep/prinsip atau formulasi.
c. Pengumpulan data (Data Collection)
Dapat berupa observasi terhadap objek atau uji coba dalam kaitan hipotesis
d. Pembuktian (Verification)
Pada tahap ini dilakukan pengolahan dan verifikasi data terhadap hipotesis.
e. Menarik simpulan/generalisasi (Generalization)
Melakukan generalisasi konsep/prinsip atau formulasi yang sudah dibuktikan.
B. Model Inquiry LearningTerbimbing dan Sains
Model pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan mengusut sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka sanggup merumuskan sendiri temuannya dari sesuatu yang dipertanyakan.
Sedangkan Inkuiri Sains esensinya yakni melibatkan siswa pada masalah yang nyata di dalam penyelidikan dengan cara mengkonfontasi dengan area yang diselidiki, dengan cara membantu mereka mengidentifikasi konsep atau metodologi pada area pemeriksaan serta mendorong dalam cara-cara mengatasi masalah.
1. Tujuan model pembelajaran Inquiry
Untuk membuatkan kemampuan berfikir secara sistimatis, logis dan kritis sebagai belahan dari proses mental.
2. Sintak/tahap model inkuiri terbimbing
a. Orientasi masalah
Memberikan suatu permasalahan pada peserta didik yang harus dipecahkan seperti: contohbola lampu putus.
b. Pengumpulan data dan verifikasi
Pada tahapan ini peserta didik mengumpulkan data berkaitan dengan bahan/bagian/kondisi yang bekerjasama dengan permasalahan.
c. Pengumpulan data melalui eksperimen
Peserta didik melaksanakan pengumpulan data dengan mengusut fungsi bahan/bagian dan kondisi.
d. Pengorganisasian dan formulasi eksplanasi
Pada tahap ini peserta didik melaksanakan perumusan atauformulasi menurut hasil eksperimen berkaitan dengan permasalah.
e. Analisis proses inkuiri
Pada tahap ini peserta didik melaksanakan generalisasi berkaitan dengan permasalahan.
3. Sintak (fase) model inkuiri Sains
a. Siswa disajikan suatu bidang penelitian
Pada tahap ini peserta didik disajikan bidang penelitian ibarat contoh: “pencemaran sungai”,termasuk metodologi yang dipakai pada penelitian tersebut.
b. Menstrukturkan (Menyusun) problem/masalah
Peserta didik diajak untuk membuatkan persoalan dan mengidentifikasi persoalan yang terdapat dalam penelitian tersebut. Pada tahap ini, bisa saja siswa akan mengalami beberapa kesulitan yang harus mereka atasi, sepertiinterpretasi data, generalisasi data, kontrol ujicoba, atau pembuatan kesimpulan.
c. Mengidentifikasi persoalan dalam penelitian
Peserta didik diminta untuk berspekulasi ihwal persoalan tersebut; sehingga mereka sanggup mengidentifikasi kesulitan dalam proses penelitian.
d. Menyelesaikan kesulitan/masalah
Peserta didik diminta untuk berspekulasi ihwal cara untuk mengatasi kesulitan/masalah, dengan merancang kembali ujicoba, mengolah data dengan cara yang berbeda, mengeneralisasikan data danmengembangkan konstruk.
C. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Pembelajaran berbasis persoalan didasarkan pada teori berguru konstruksivistik yang memakai banyak sekali kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata (autentik) untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual
1. Tujuan pembelajaran PBL
Untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan baru/nyata, pengintegrasian konsep High Order Thinking Skills (HOTS) yakni pengembangan kemampuan berfikir kritis, kemampuan pemecahan persoalan dansecara aktif membuatkan impian dalam berguru dengan mengarahkan berguru diri sendiri dan keterampilan belajar.
Pembelajaran pendekatan pemecahan masalahakan memperlihatkan pengalaman berguru pada peserta didik yang lebih mendalam terhadap kompetensi yang dipelajarinya dibanding dengan pembelajaran yang memakai pendekatan tradisional..
2. Prinsip-prinsip pembelajaran PBL
Prinsip-prinsip penting yang harus diperhatikan oleh guru dalam menerapkan model pembelajaran pemecahan persoalan yakni sebagai berikut:
a.Pemecahan persoalan yang berkaitan dengan keterampilan kerja atau pekerjaan pada dunia nyata (real job), pementingan pengajarannya harus dilakukan secara tepat dalam hal pengidentifikasian pengetahuan konsep, prinsip) dan pengetahuan prosedural.
b.Dalam langkah pendahuluan berkaitan dengan kontek pemecahan masalah, pembelajaran bisa dilakukan dengan cara penyajian pengetahuan prosedural atau pengetahuan konsep dan prinsip lebih awal, atau juga sanggup dilakukan dengan cara pengintegrasian kedua pengetahuan tersebut
c.Ketika mengajar pengetahuan deklaratif , pementingan dilakukan pada model mental yang sesuai dengan pemecahan persoalan yang akan dihadapi melalui cara klarifikasi struktur pengetahuan dan menanyakan kepada peserta didik untuk memprediksi apa yang akan terjadi atau klarifikasi mengapa sesuatu itu terjadi.
d.Menekankan pada pengajaran pemecahan persoalan bentuk strukturmoderat dan struktur tidak beraturan sejauh pembahasannya untuk mencapaitujuan pembelajaran.
e.Mengajarkan keterampilan pemecahan persoalan sesuai dengan kontek yang akan dipakai peserta didik. Menggunakan masalah-masalah yang otentik, juga dalam praktek dan penilaiannya baik dalam skenario berguru berbentuk simulasi atauproyek.
f.Gunakan taktik pembelajaran deduktif untuk pengetahuan konseptual dan bentuk pemecahan persoalan terstruktur/sistiematis
g.Gunakan taktik mengajar induktif untuk meningkatkan model berpikir sintesis dan bentuk pembelajaran pemecahan persoalan moderat serta struktur tidak beraturan .
h.Menggunakan latihan permasalahan, langkah ini akan membantu peserta didik memahami tujuan dan membantu mereka menguraikan kedalam tujuan-tujuan antara.
i.Gunakan kesalahan-kesalahan yang dibuat peserta didik dalam pemecahan persoalan sebagai bukti konsepsi yang tidak tepat dan menebak-nebak. Jika dimungkinkan tentukan konsepsi yang salah dan konsepsi yang tepat.
j.Ajukan pertanyaan dan berikan saran ihwal taktik untuk meningkatkan peserta didik melaksanakan refleksi pada taktik pemecahan persoalan yang sedang mereka gunakan. Langkah ini sanggup dilakukan sebelum atau setelah peserta didik melaksanakan tindakan pemecahan masalah.
k.Memberikan latihan denganstrategi pemecahan persoalan yang hampir sama dalam banyak sekali kontek untuk meningkatkan pegeneralisasian.
l.Ajukan pertanyaan yang sanggup meningkatkan peserta didik dalam menyerap keterampilan megeneralisasi dalam banyak sekali permasalahan dengan materi yang berbeda.
m.Gunakan banyak sekali jenis kontek, persoalan dan gaya mengajar yang akan meningkatkan keingin tahuan, motivasi, percaya diri, ketekunan dan pengetahuan ihwal diri sertamereduksi kehawatiran peserta didik.
n.Rencanakan serangkaian pembelajaran yang menumbuhkan hingga kesempurnaan dari tingkat pemula hingga pemahaman tingkat akhli/kompeten daristruktur pengetahuan yang digunakan.
o.Jika guru menggunakan bentuk pemecahan persoalan dengan struktur tersusun baik yakinkan peserta didik sanggup mengikuti pembelajaran pemecahan persoalan dengan baik.
p.Jika guru dengan pendekatan pemecahan persoalan bentuk struktur moderat, dorong peserta didik memakai pengetahuan konseptual untuk membuatkan taktik yang sesuai dengan kontek dan permasalahannya.
q.Jika guru dengan pendekatan pemecahan persoalan bentuk struktur yang tidak beraturan, dorong peserta didik memakai pengetahuan konseptualnya untuk memutuskan tujuan dengan solusi yang sanggup diterima dan dikembangkan. Ikuti taktik pemecahan dan solusi yang tepat kemudian bandingkan oleh peserta didik hingga mana yang paling efektif dan efisien dari banyak sekali taktik dan solusi tersebut.
3. Sintak(fase) model Problem Based Learning ( PBL) adalah:
a. Mengidentifikasi masalah
Pada tahapan ini dilakukan pengidentifikasian persoalan melalui curah pendapat dari masalah yang diberikan.
b. Menetapkan persoalan melalui berpikir ihwal persoalan dan menyeleksi informasi-informasi yang relevan
Pada tahap ini peserta didik diajak mendata sejumlah fakta pendukung sesuai dengan masalah, dan pengetahuan-pengetahuan yang harus diketahui berupa konsep dan prinsip berkenaan dengan masalah.
c. Mengembangkan solusi melalui pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan pandang
Pada tahap ini peserta didik diajak berfikir untuk membuatkan pemecahan persoalan melalui berfikir mekanisme untuk melaksanakan penelaahan letak penyebab persoalan melalui pengumpulan imformasi dari setiap langkah melalui pemeriksaan hingga ditemukan penyebab utama masalah.
d. Melakukan tindakan strategis
Peserta didik diajak membuatkan tindakan strategis yang didasarkan atas temuan untuk memecahkan masalah.
e. Melihat ulang dan mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan
Peserta didik diajak mengusut imbas hasil tindakan terhadap permasalahan yang terjadi di dalam sistem, dengan memakai tumpuan ibarat contoh service manual hingga sistem bekerja secara normal sesuai tuntutan rujukan.
D. Model pembelajaran Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting
Hamper sama dengan model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL) namun ada perbedaan pada tahap-tahap atau sintak pelaksanaan Adapun sintak model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting terdiri atas:
1. Merumuskan uraian masalah
Pada tahap ini, peserta didik dihadapkan pada kasus, mengidentifikasi persoalan dan merumuskan kemungkinan penyebab masalah.
2. Mengembangkan kemungkinan penyebab
Pengembangan kemungkinan penyebab dilakukan menurut observasi dan pemeriksaan terhadap fungsi yang di dasarkankonsep atau prinsip.
3. Mengetes penyebab atau proses diagnosis
Menganalisis data-data hasil pemeriksaan dan menentukan penyebab utama memakai berfikir mekanisme serta melaksanakan perlakuan/perbaikan.
4. Mengevaluasi
Memeriksa hasil perlakuan/perbaikan dan membandingkannya dengan teladan tumpuan atau service manual untuk menentukan kasus/permasalahan telah sanggup diatasi.
E. Model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Model pembelajaran PjBL merupakan pembelajaran dengan memakai proyek nyata dalam kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang, tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang dilakukan secara kerja sama dalam upaya memecahkan masalah.
1. Kriteria Penerapan PjBL
Model pembelajaran ini akan efektif apabila memenuhi tiga kriteria yakni:
a.Kompetensi Dasar yang akan diajarkan dari kurikulum kompetensi keahlian di konstruk dalam permasalahan kontektual yang menekankan pada keterampilan kognitif(higher order thingking skill) dan pengetahuan pada bentuk metakognitif.
b.pembelajaran dikembangkan berpusat pada peserta didik (Student Centre Learning) dalam bentuk grup-grup kecil yang aktif dimana guru berfungsi sebagai fasilitator.
c.Hasil pembelajaran difokuskan pada pengembangan keterampilan, motivasi dan penumbuhan berguru sepanjang hayat (life long learning).
2. Tujuan Project Based Learning
Meningkatkan motivasi belajar, team work, keterampilan kerja sama dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang diharapkan pada kala 21 (Cole & Wasburn Moses, 2010).
3. Sintak (fase) model pembelajaran Project Based Learning
a. Penentuan pertanyaan fundamental (Start with the Essential Question)
Pada tahap ini peserta didik secara kelompok/individu dihadapkan pada bagaimana cara mengatasi permasalahan dan menentukan projek yang paling tepat cara mengatasi masalah.
b. Mendesain perencanaan proyek
Peserta didik merancang projek yang telah di tentukan baik desain/perencanaan, gambar, materi maupun teknis pengerjaannya.
c. Menyusun agenda (Create a Schedule)
Tahap ini peserta didik menyusun agenda (waktu pelaksanaan), distribusi kerja dan presentasi.
d. Memonitor kemajuan proyek (Monitor the Progress of the Project)
Tahap ini peserta didik mengerjakan projek sesuai rancangan dan distribusi kerja serta memberikan progres/kemajuan pengerjaan projek.
e. Menguji hasil (Assess the Outcome)
Peserta didik mengusut hasil projek dengan membandingkan dengan rancangan dan pendidik menilai kemajuan peserta didik.
f. Mengevaluasi pengalaman (Evaluate the Experience)
Melakukan refleksi terhadap acara dan hasil proyek yang sudah dijalankan.
F. Model pembelajaran Production Based Training/Production Based Education and Training
Model inimerupakan proses pendidikan dan training yang menyatu pada proses produksi, dimana peserta didik diberikan pengalaman berguru pada situasi yang kontekstual mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan menurut pesanan, pelaksanaan dan penilaian produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan pasca produksi.
1. Tujuan
Menyiapkan peserta didik supaya mempunyai kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknis serta kemampuan kerjasama(berkolaborasi) sesuai tuntutan organisasi kerja.
2. Sintaksmodel pembelajaran Production Based Trainning
a. Merencanakan produk
Membuat perencanaan produk sanggup berupa benda hasil produksi/layanan jasa/perencanaan pertunjukanyang sanggup dilakukan dari mulai menggambar detail/membuat pamflet (berisi tgl waktu pertunjukan,isi cerita),perhitungan kebutuhan bahan/kostum, peralatan, dan teknik pengerjaanserta alur kerja/koordinasi kerja.
b. Melaksanakan proses produksi
Pada sintak ini peserta didik diajak melaksanakan tahapan produksi menurut planning produk benda/layanan jasa/perencanaan pertunjukan, alur kerja/koordinasi kerja serta memonitor proses produksi.
c. Mengevaluasi produk (melakukan kendali mutu)
Pada langkah ini peserta didik diajak untuk mengusut hasil produk melalui membandingkan dengan tuntutan pada perencanaan teknis.
d. Mengembangkan planning pemasaran
Peserta didik diajak mempersiapkan rancangan pemasaran baik dalam jejaring (daring) maupunluar jejaring (luring) berbentuk brosur/pamflet dan mempresentasikannya.
F. Model pembelajaran Teaching Factory
1. Konsep Teaching Factory pada SMK
Pembelajaran Teaching Factory yakni model pembelajaran di Sekolah Menengah kejuruan berbasis produksi/jasa yang mengacu pada standar dan mekanisme yang berlaku di industri dan dilaksanakan dalam suasana ibarat yang terjadi di industri.
Pelaksanaan Teaching Factorymenuntut keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas hasil pendidikan di SMK.
Pelaksanaan Teaching Factory (TEFA) juga harus melibatkan pemerintah,pemerintah tempat dan stakeholders dalam pembuatan regulasi, perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.
Pelaksanaan Teaching Factorysesuai Panduan TEFA Direktorat PMK terbagi atas 4 model, dan sanggup dipakai sebagai alat pemetaan Sekolah Menengah kejuruan yang telah melaksanakan TEFA. Adapun model tersebut yakni sebagai berikut:
Model pertama, Dual Sistem dalam bentuk praktik kerja lapangan yakni pola pembelajaran kejuruan di tempat kerja yang dikenal sebagai experience based training atau enterprise based training.
Model kedua, Competency Based Training (CBT) atau training berbasis kompetensi merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan pekerjaan.
Pada model ini, penilaian peserta didik dirancang untuk memastikan bahwa setiap peserta didik telah mencapai keterampilan dan pengetahuan yang diharapkan pada setiap unit kompetensi yang ditempuh.
Model ketiga,Production Based Education and Training(PBET) merupakan pendekatan pembelajaran berbasis produksi. Kompetensi yang telah dimliki oleh peserta didik perlu diperkuat dan dipastikan keterampilannya dengan memperlihatkan pengetahuan pembuatan produk nyata yang diharapkan dunia kerja (industri dan masyarakat).
Model keempat, Teaching Factoryadalah konsep pembelajaran berbasis industri (produk dan jasa) melalui sinergi sekolah dan industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dengan kebutuhan pasar.
1. Tujuan pembelajaran Teaching Factory
a.Mempersiapkan lulusan Sekolah Menengah kejuruan menjadi pekerja dan wirausaha;
b.Membantu siswa menentukan bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya;
c.Menumbuhkan kreatifitas siswa melalui learning by doing;
d.Memberikan keterampilan yang diharapkan dalam dunia kerja;
e.Memperluas cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK;
f.Membantu siswa Sekolah Menengah kejuruan dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual;
g.Memberi kesempatan kepada siswa Sekolah Menengah kejuruan untuk melatih keterampilannya sehingga sanggup menciptakan keputusan ihwal karier yang akan dipilih.
2. Sintaks Teaching Factory
Adapun intaksis pembelajaran teaching factory sanggup memakai sintaksis dari model PBET atau PBT dengan langkah-langkah yang diadaptasi dengan kompetensi keahlian :
a. Merancang produk
Pada tahap ini peserta didik membuatkan produk baru/cipta resep atau produk kebutuhan sehari-hari (consumer goods)/merancang pertunjukankontemporer dengan menggambar/membuat scrip/merancang pada komputer atau manual dengan data spesifikasinya.
b. Membuat prototype
Membuat produk/ kreasi gres /tester sebagai proto type sesuai data spesifikasi.
c. Memvalidasi dan memverifikasi prototype
Peserta didik melaksanakan validasi dan verifikasi terhadap dimensi data spesifikasi dari prototype/kreasi baru/tester yang dibuatuntuk mendapat persetujuan layak diproduksi/dipentaskan.
d. Membuat produk masal
Peserta didik membuatkan jadwaldan jumlah produk/pertunjukan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Selain sintak di atas, Dadang Hidayat (2011) menurut hasil penelitian yang dilakukan, membuatkan langkah-langkah pembelajaran Teaching Factory sebagai berikut.
1. Menerima order
Pada langkah berguru ini peserta didik berperan sebagai peserta order dan berkomunikasi dengan pemberi order berkaitan dengan pesanan/ layanan jasa yang diinginkan. Terjadi komunikasi efektif dan santun serta mencatat keinginan/keluhan pemberi order.
2. Menganalisis order
Peserta didik berperan sebagai teknisi untuk melaksanakan analisis terhadap pesanan pemberi order baik berkaitan dengan benda produk/layanan jasa sehubungan dengan gambar detail, spesifikasi, bahan, waktu pengerjaan dan harga di bawah supervisi guru yang berperan sebagai supervisor.
3. Menyatakan Kesiapan mengerjakan order
Peserta didik menyatakan kesiapan untuk melaksanakan pekerjaan menurut hasil analisis dan kompetensi yang dimilikinya sehingga menumbuhkan motivasi dan tanggung jawab.
4. Mengerjakan order
Melaksanakan pekerjaan sesuai tuntutan spesifikasi kerja yang sudah dihasilkan dari proses analisis order. Siswasebagaipekerjaharusmenaatiprosedur kerja yang sudah ditentukan. Dia harus menaati keselamatan kerja dan langkah kerja dengan sungguh-sunguh untuk menghasilkan benda kerja yang sesuai spesifikasi yang ditentukan pemesan
5. Mengevaluasi produk
Melakukan penilaian terhadap benda kerja/layanan jasa dengan cara membandingkan parameter benda kerja/layanan jasa yang dihasilkan dengan data parameter pada spesifikasi order pesanan atau spesifikasi pada service manual.
6. Menyerahkan order
Peserta didik menyerahkan order baik benda kerja/layanan jasa setelah yakin semua persyratan spesifikasi order telah terpenuhi, sehingga terjadi komunikasi produktif dengan pelanggan.
Demikian model pembelajaran kreatif yang sanggup dipakai oleh guru SMK, yang diadaptasi dengan KD dari KI-3 dan KI-4 masing-masing kompetensi kejuruan, dasar keahlian dan kompetensi keahlian. Semoga.
Bahan Bacaan
Kemdikbud. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Kemdikbud
Kemdikbud. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Kemdikbud
Kemdikbud. (2018) .Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan: Jakarta : Kemdikbud.
Kemdikbud.(2017). Pedoman Pembelajaran Pada Sekolah Menengah Kejuruan. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan: Jakarta : Kemdikbud.
Belum ada Komentar untuk "✔ Model-Model Pembelajaran Kreatif Di Smk"
Posting Komentar