✔ Mengenal Peninggalan Sejarah Era Hindu, Buddha, Dan Islam ( Lengkap )


 dan Islam telah menjadi agama yang diakui di Indonesia ✔ Mengenal Peninggalan Sejarah Masa Hindu, Buddha, dan Islam ( Lengkap )

Hindu, Budha, dan Islam telah menjadi agama yang diakui di Indonesia. Agama tersebut tidak tiba-tiba ada di Indonesia. Agama-agama itu muncul alasannya ialah adanya dampak bangsa asing. Berdasarkan catatan sejarah, Hindu dan Budha muncul di Indonesia pada kurun ke-2 Masehi.  Agama tersebut dibawa oleh orang-orang India dan Cina. Orang-orang Cina tiba ke Indonesia untuk berdagang. Biasanya, para pedagang Cina menetap sementara di daerah-daerah Indonesia. Mereka berafiliasi dengan penduduk Indonesia. Dari hubungan itu, ada beberapa dampak di antaranya agama.


Sumber Sejarah

Banyak sekali kejadian yang telah terjadi di masa lalu. Tentu kau mengingat kejadian masa kemudian itu. Namun, ada juga kejadian yang kau lupa. Cerita yang menjelaskan kehidupan insan pada masa lampau disebut sejarah. Kehidupan tersebut mencakup banyak sekali kejadian yang dialami manusia. Kamu mempunyai kejadian masa lalu. Hal itu berarti kau kamu mempunyai sejarah. Misalnya, dongeng ketika kau berguru berjalan. 

Bagaimana dengan sebuah negara? Apakah negara mempunyai sejarah? Tentu saja negara mempunyai sejarah. Hal itu alasannya ialah sebuah negara tidak terbentuk begitu saja. Ada banyak sekali rangkaian kejadian sebelum terbentuknya sebuah negara. Misalnya, sejarah negara Indonesia. Indonesia melewati beberapa rangkaian kejadian sebelum merdeka. Ada masa prasejarah, masa kerajaaan, dan masa penjajahan. Perkembangan sejarah di Indonesia sanggup dibagi menjadi beberapa periode. Periode-periode tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Zaman Batu 

Pada zaman ini, insan menggunakan peralatan dari batu. Karenanya, zaman ini disebut zaman batu. Pada zaman ini pun, insan memperoleh makanan dengan berburu. Kehidupan masyarakatnya masih berpindah-pindah atau nomaden. 

2. Zaman Logam 

Pada zaman ini, insan mulai mengenal logam. Mereka menggunakan perak atau perunggu untuk menciptakan peralatan. Mereka pun mulai mengenal ladang berpindah. Selain itu, mereka juga mulai menetap di suatu tempat.

3. Zaman Hindu-Budha 

Pada zaman ini, insan mulai mengenal tulisan. Pada masa ini, agama Hindu dan Budha mulai berkembang di Indonesia. Selain itu, pada masa ini pun, masyarakat telah mengenal sistem pemerintahan dan kerajaan. 

4. Zaman Islam 

Islam dibawa ke Indonesia oleh para pedagang dari arab dan Gujarat India. Para pedagang itu mengembangkan agama Islam ke banyak sekali wilayah Indonesia. Akhirnya, bermunculanlah kerajaankerajaan Islam di Nusantara. 

5. Zaman Kolonial 

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Bangsa Eropa banyak yang tiba ke Indonesia untuk berdagang. Namun, sehabis melihat kekayaan Indonesia, bangsa Eropa berubah pikiran. Mereka jadi ingin menguasai Indonesia. Sejak itu, Indonesia dijajah oleh beberapa negara Eropa.

Peninggalan Sejarah Hindu, Buddha, dan Islam

Ada banyak peninggalan sejarah yang ditemukan di Indonesia. Peninggalan-peninggalan ini sanggup membantumu untuk mengetahui sejarah. Tentu saja sejarah negara kita, yaitu Indonesia. Berdasarkan jenisnya, peninggalan sejarah sanggup dikelompokkan sebagai berikut. 

1. Bangunan 

Peninggalan sejarah berupa bangunan antara lain candi, prasasti, yupa, patung, relief, gapura, masjid, dan benteng. 

2. Karya sastra/kitab 

Karya sastra berupa kitab biasanya menceritakan kisah sebuah kerajaan. Ada juga yang menceritakan ramalan, fatwa agama, dan moral. Selain itu, ada juga karya sastra yang menceritakan perihal kepahlawanan seorang tokoh. 

3. Adat istiadat 

Adat istiadat yaitu budaya yang berasal dari masa lalu. Budaya tersebut masih berlangsung hingga sekarang.
Selanjutnya, kau sanggup mengikuti klarifikasi peninggalan-peninggalan sejarah Indonesia. Peninggalan yang akan dibahas yaitu peninggalan pada masa Hindu-Budha dan Islam.

Peninggalan-peninggalan Zaman Hindu-Budha 

Agama Hindu-Budha dibawa ke nusantara oleh pedagang dan pendeta. Pedagang dan pendeta itu berasal dari India dan Cina. Mereka menempuh perjalanan melalui jalur maritim dan darat. Agama Budha mulai masuk ke Indonesia sekitar kurun ke-2 Masehi. Kemudian, agama Hindu menyusul masuk ke tempat nusantara. Masuknya agama Hindu ke nusantara pada awal kurun ke-5. Agama Hindu dan Budha berkembang di nusantara pada masa yang sama. Peninggalan-peninggalan Hindu-Budha yang ditemukan di Indonesia antara lain sebagai berikut.

Peninggalan berupa bangunan 

# Candi 
Candi merupakan bangunan yang dibentuk untuk menghormati arwah penguasa atau raja yang telah meninggal. Candi berasal dari kata candikagraha. Artinya, ‘rumah candika’. Candika ialah nama salah satu yang kuasa durga atau yang kuasa kematian. Ada beberapa candi peninggalan Hindu-Budha di antaranya sebagai berikut.

Candi Portibi 
Candi Portibi merupakan peninggalan Kerajaan Panai yang bercorak Hindu. Candi Portibi terletak di Padang Balok, Gunung Tua, Provinsi Sumatera Utara. Candi ini dibangun pada1039. 

Candi Muara Takus 
Candi Muara Takus terletak di Kabupaten Kampai Provinsi Riau. Candi ini dibangun pada masa Kerajaan Sriwijaya kurun ke-9 Masehi. Candi ini dipakai sebagai tempat pemujaan penganut agama Hindu Mahayana.

Candi Panataran 
Candi Panataran ditemukan di daerah Blitar. Candi ini didirikan pada masa Majapahit, yaitu pada1350. 

Candi Mendut 
Candi Mendut didirikan oleh raja India pada 824. Candi ini bercorak Budha. Letaknya di sebelah timur Candi Borobudur

Candi Borobudur 
Candi Borobudur terletak di Muntilan, Jawa Tengah. Candi ini didirikan pada 824 Masehi. Candi ini dibangun oleh Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Candi Borobudur terdiri atas 10 tingkat. Hal itu melambangkan sebuah makna, yakni kesempurnaan hidup akan dicapai sehabis mencapai 10 tingkatan. Pada permukaan dinding candi Borobudur terdapat gambar yang diukir yang disebut relief.

Candi Prambanan 
Candi Prambanan dikenal juga dengan sebutan candi Lorojonggrang. Candi Prambanan terletak di Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah. Candi ini didirikan pada masa Kerajaan mataram, yaitu kurun ke8 Masehi. Candi Prambanan merupakan bangunan suci bagi agama Hindu Siwa. Di dalam candi Prambanan, tersimpan tiga arca, yaitu arca Siwa Mahadewa, Siwa Mahaguru, dan Siwa Ganesha

# Prasasti 
Prasasti merupakan peninggalan sejarah berupa kerikil bertulis. Isinya menceritakan penguasa pada masa pemerintahannya. Prasasti peninggalan kerajaan Hindu-Budha antara lain sebagai berikut. 

a) Prasasti Mulawarman yang berangka tahun 400 Masehi. Prasasti ini merupakan peninggalan Kerajaan Kutai. Prasasti ini ditulis dengan abjad Palawa dan bahasa Sansekerta. 

b) Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara yaitu Prasasti Ciaruteun, Pasir Jambu, Kebon Kopi, Pasir Awi, dan Muara Ciateun. Prasasti-prasasti tersebut ditemukan di Bogor. Pada Prasasti Ciaruteun terdapat gambar telapak kaki Raja Purnawarman. Selain itu, ada juga Prasasti Cidanghiang yang ditemukan di Banten. Sementara itu, Prasasti Tugu ditemukan di Jakarta.

c) Prasasti peninggalan Kerajaan Kutai, yaitu Prasasti Yupa yang ditemukan di aliran Sungai Mahakam Kalimantan Timur. Di Kalimantan Timur ini, ditemukan tujuh buah Yupa. Yupa merupakan tugu bertulis yang dibentuk sebagai peringatan upacara kurban.  Yupa biasa dipakai sebagai penambat binatang yang akan dijadikan kurban. Yupa membuktikan bahwa Raja Mulawarman ialah raja yang mulia dan terkemuka. Beliau telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana di tanah suci Waprakeswara. Yupa ditulis dalam abjad Palawa dan bahasa Sansekerta. 

d) Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri yaitu Prasasti Padlegan, Weleri, Jaring, dan Pala. Prasastiprasasti tersebut ditemukan di halaman Candi Prambanan. 

e) Prasasti yang mengungkapkan Kerajaan Sriwijaya. Prasasti tersebut ditulis dalam abjad Palawa dan bahasa melayu kuno. Prasasti-prasasti tersebut yaitu: 

  • Prasasti Kedukan Bukit (684 M) ditemukan di tepi Sungai Tatang bersahabat Palembang.
  • Prasasti Talang Tuo (684 M) ditemukan di daerah Talang Tuo, sebelah barat Palembang
  • Prasasti Telaga Batu (tidak berangka tahun) ditemukan bersahabat Palembang. 
  • Prasasti Kota Kapur (686 M) ditemukan bersahabat Sungai Menduk di Pulau Bangka. 
  • Prasasti Karang Berahi (tidak berangka tahun) ditemukan di tepi Sungai Merangin, Jambi Hulu. 
  • Prasasti Palah Pasemah (tidak berangka tahun) ditemukan di tepi Sungai Pisang Lampung Selatan.

Peninggalan berupa kitab atau karya sastra 

Kitab dan karya sastra peninggalan Hindu-Budha antara lain sebagai berikut :

  • Kitab Jangka Jayabaya (ramalan Jayabaya). Jayabaya ialah raja populer dari Kerajaan Singhasari yang memerintah pada 1130–1150. Kitab Jangka Jayabaya berisi ramalan perihal masa depan Indonesia. 
  • Smaradhana merupakan karya sastra yang ditulis oleh Mpu Dharmaja. Karya sastra ini dipersembahkan untuk Kameswara. Karya sastra ini ditulis pada masa Kerajaan Kediri. 
  • Bharatayudha, yaitu karya sastra yang ditulis oleh Mpu Panuluh dan Mpu Sedah. Karya sastra ini berisi sindiran perang saudara antara Jayabaya dan Jayasabha. Karya sastra ini ditulis pada masa Kerajaan Kediri. 
  • Hariwangsa dan Gatotkacasraya, yaitu karya sastra yang ditulis oleh Mpu Panuluh dan Mpu Sedah. Karya sastra ini ditulis pada masa Kerajaan Kediri. 
  • Negarakertagama, yaitu karya sastra yang ditulis oleh Mpu Prapanca. Kitab ini menceritakan Kerajaan Singhasari dan Majapahit. Dalam Kitab ini, termuat istilah pancasila. Kitab ini ditulis pada masa Kerajaan Majapahit. 
  • Sutasoma ditulis oleh Mpu Tantular. Ktab ini berisi fatwa agama. Di dalamnya, termuat istilah Bhineka Tunggal Ika yang menyatakan bahwa meskipun berbeda, fatwa Hindu dan Budha mempunyai asas yang sama. Kitab ini ditulis pada masa Kerajaan Majapahit.
  • Pararaton, yaitu kitab yang mengisahkan pertempuran berdarah yang terjadi pada keturunan Ken Arok. Pada kitab ini, dikisahkan perihal Anusapati yang mengetahui Ken Arok sebagai pembunuh ayahnya (Tunggul Ametung). Kemudian, Anusapati membunuh Ken Arok pada 1227 dan menggantikannya menjadi raja di Kerajaan Singhasari. Kitab ini ditulis pada masa Kerajaan Majapahit.
  • Kunjarakunja merupakan karya sastra yang ditulis pada masa Kerajaan Majapahit. Kitab ini tidak diketahui pengarangnya. 
  • Arjuna Wiwaha merupakan karya sastra karangan Mpu Kanwa. Karya sastra ini ditulis pada masa Kerajaan Mataram Kono. Kitab ini bercorak Budha. 
  • Kitab Carita Parahyangan merupakan kitab yang ditulis pada masa Kerajaan Mataram Hindu.

Peninggalan berupa agama dan sopan santun istiadat

Budaya dan sopan santun istiadat peninggalan masa Hindu-Budha yang masih dilaksanakan hingga kini antara lain sebagai berikut. 

  • Upacara Ngaben (bercorak Hindu) yaitu upacara pembakaran mayit di Bali. 
  • Upacara Galungan yaitu perayaan kemenangan. 
  • Nyepi yaitu perayaan tahun gres saka. 
  • Kuningan yaitu perayaan mohon proteksi dan penerangan semoga senang lahir dan batin. 
  • Saraswati yaitu perayaan memuja Sang Hyang Widi.
  • Syiwaratri yaitu perayaan peleburan dosa.

Peninggalan-peninggalan Bercorak Islam

Daerah di nusantara yang pertama menerima dampak Islam yaitu daerah Aceh. Kerajaan Islam yang pertama kali berdiri di Aceh yaitu Kerajaan Samudra Pasai. Berita perihal adanya Kerajaan Islam di nusantara diperoleh dari Marcopolo. Marcopolo merupakan seorang saudagar dari Venesia, (Italia). Marcopolo berkunjung ke Samudra Pasai pada 1292. Ia menyebutkan bahwa di Perlak, yakni salah satu daerah di Aceh, telah banyak orang yang menganut Islam. 

Selain itu, gosip penyebaran Islam di Indonesia juga didapat dari Ibnu Batuta. Ibnu Batuta merupakan seorang pengembara dari Persia yang singgah di Aceh pada1345. Ia menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar agama Islam. Penduduk pribumi mulai memeluk Islam secara masal pada kurun ke-14 Masehi. Hal itu seiring dengan mulai bermunculannya kerajaan-kerajaan Islam. 

Berikut ini klarifikasi perihal beberapa peninggalan kerajaan-kerajaan Islam.

# Peninggalan berupa bangunan

Masjid
Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam. Selain itu, masjid juga menjadi sentra pendidikan dan training agama. Karenanya, dahulu masjid selalu terletak berdekatan dengan keraton dan alun-alun. Keraton merupakan simbol kekuasaan. Alun-alun merupakan simbol rakyat. Sementara itu, masjid merupakan simbol keagamaan. Masjid-masjid peninggalan kerajaan Islam antara lain sebagai berikut. 

  • Masjid raya Baiturahman terletak di Banda Aceh ibu kota Nangro Aceh Darussalam. Masjid ini dibangun pada masa Kerajaan Islam Aceh. 
  • Masjid Raya Medan terletak di Kota Medan, Sumatra Utara. Masjid ini dibangun oleh Sultan Deli yang berjulukan Makmun Al Rasyid Perkasa Alam pada 1906. 
  • Masjid Raya Banten didirikan pada tahun 1906 oleh Sultan Maulana Yusuf. 
  • Masjid Demak didirikan oleh Raden Patah sekitar kurun ke-14. Masjid ini terletak di kota Demak (Jawa Tengah)
  • Masjid Sultan Suriansyah merupakan masjidpertama di Pulau Kalimantan. Masjid ini didirikan pada masa kekuasaan Pangeran Suriansyah yaitu kurun ke-16.
Istana
Istana merupakan tempat tinggal raja dan keluarganya. Istana juga berfungsi sebagai sentra pemerintahan. Istana peninggalan kerajaan Islam di antaranya sebagai berikut. 

  • Istana Maemun merupakan istana peninggalan Kerajaan Deli. Istana Maemun terletak di Kota Medan. Istana ini dibangun pada 1888 oleh Sultan Makmun Perkasa Alam.
  • Istana Siak Sri Indrapura - Istana ini merupakan peninggalan Kerajaan Melayu Riau. Istana ini dibangun pada 1889 oleh Teungku Ngah Sayed Hasyim. Letak istana ini di hulu sungai Siak, yaitu 120 kilo meter dari Pekanbaru.

Peninggalan berupa kitab atau karya sastra 

Peninggalan kerajaan Islam berupa kitab atau karya sastra dibedakan menjadi empat kelompok yaitu sebagai berikut. 

Hikayat 
Hikayat ialah dongeng atau dongeng pelipur lara atau pembangkit semangat juang. Beberapa hikayat peninggalan Islam yaitu sebagai berikut. 

  • Hikayat Hang Tuah, yaitu dongeng kepahlawanan laksamana Kesultanan Malaka. Hang Tuah merupakan seorang laksamana yang berani, pandai, dan bijaksana. Ia juga merupakan abdi raja yang taat dan setia. 
  • Hikayat Amir Hamzah, yaitu dongeng perihal permusuhan Amir Hamzah dengan mertuanya yang masih kafir, yakni Raja Marsewan dari Madayin. 
Babad 

Babad ialah cerita berlatar belakang sejarah. 

  • Babad Tanah Jawi yang menceritakan sejarah Pulau Jawa dari Nabi Adam hingga tahun 1722. 
  • Babad Giyanti yang menceritakan pecahnya Kesultanan Mataram menjadi Surakarta, Yogyakarta, dan Mangkunegara pada tahun 1757. 
Syair 

Syair adalah puisi usang yang isinya berupa cerita. 

  • Syair Abdul Muluk yang menceritakan usaha Siti Rafiah istri Raja Abdul Muluk yang berhasil merebut kembali tahta kerajaan dari Kerajaan Barabai di Hindustan. 
  • Gurindam 12 yang berisi petuah kepada pejabat negara, pegawai, dan orang biasa semoga menjadi orang yang terhormat, disegani, dan disenangi sesama manusia. 
Suluk 

Suluk adalah kitab tasawuf.
  • Suluk Sukarsa yang berisi perihal dongeng Ki Sukarsa yang mencari ilmu sejati untuk menerima kesempurnaan. 
  • Suluk Wujil yang berisi petuah-petuah Sunan Bonang yang disampaikan kepada Wujil orang kerdil bekas abdi Raja Majapahit.

Peninggalan berupa agama dan sopan santun istiadat 

Budaya dan sopan santun istiadat peninggalan masa Islam yang masih dilaksanakan hingga kini antara lain sebagai berikut.

  • Upacara Grebeg Besar di Demak 
  • Pesta Tabuik di Pariaman, Sumatera Barat 
  • Budaya Dhug Dher di Semarang 
  • Seni tradisional betawi menyerupai Gambang Kromo dan Orkes Gambus.

Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu-Buddha dan Islam

Pada masa Hindu-Budha dan Islam, banyak kerajaan yang mengalami kejayaan. Misalnya, kerajaan Majapahit, Singhasari, dan Samudra Pasai. Keberadaan kerajaan tersebut tidak terlepas dari orangorang yang mendirikannya. Bahkan, kerajaan tersebut mengalami kejayaan alasannya ialah ada tokoh-tokoh yang berperan di dalamnya.

Tokoh Sejarah pada Masa Hindu-Budha 

Berikut ini akan dijelaskan beberapa tokoh menurut masa kerajaannya

Tokoh pada masa Kerajaan Mataram Lama 

1. Raja Sanjaya 
Raja Sanjaya merupakan Raja pertama yang memimpin Mataram Lama. Raja Sanjaya memerintah sekitar 732 Masehi. Raja Sanjaya berhasil membangun kembali Mataram menjadi kerajaan yang kuat. Untuk mengabadikan kekuasaannya, Raja Sanjaya membangun dinasti yang dikenal dengan nama Dinasti Sanjaya. 

2) Rakai Panangkaran 
Rakai Panangkaran merupakan Raja Mataram Lama. Ia menggantikan Raja Sanjaya. Semasa kepemimpinan Rakai Panangkaran, Kerajaan Mataram Lama berada di bawah dampak Kerajaan Syailendra. Pada ketika itu, Kerajaan Syailendra dipimpin oleh Samaratungga. 

3. Rakai Pikatan 
Rakai Pikatan menjadi raja Mataram Lama menggantikan Rakai Panangkaran. Rakai Pikaitan berhasil membebaskan Mataram dari dampak Kerajaan Syailendra. Keberhasilan itu diawali oleh perkawinan Rakai Pikaitan dengan Pramodharwardani. Pramodharwardani merupakan salah satu anggota keluarga Kerajaan Syailendra. Rakai Pikatan dan Pramodharwardani banyak mendirikan candi. Candi tersebut antara lain Candi Sewu, Plaosan, dan Prambanan. 

4. Dyah Balitung Raja 
Dyah Balitung memerintah pada 898–910. Pada masa pemerintahannya, ia bisa menguasai daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia memerintah dengan bijaksana. Dengan begitu, kerajaannya kondusif dan makmur.

Tokoh pada masa Kerajaan Medang kamulan (Mataram Jawa Timur) 

1. Mpu Sindok 
Mpu sindok mempunyai gelar Mpu Sindok Sri Isana Tunggawijaya. Mpu Sindok memerintah pada 929–947 Masehi. Mpu Sindok memerintah dengan bijaksana. Ia pun selalu memerhatikan kesejahteraan rakyatnya. Karenanya, kehidupan rakyat kondusif dan tentram. Kemudian, Mpu Sindok diganti oleh putrinya berjulukan Sri Isana Tunggawijaya. Sri Isana Tunggawijaya mempunyai suami berjulukan Lokapala. Dari pernikahannya, lahir seorang putra berjulukan Makutawangsawardhana. Makutawangsawardhana mempunyai seorang putri berjulukan Mahendradatta. Mahendradatta menikah dengan Pangeran Udayana yang berasal dari Bali. Dari ijab kabul itu, lahir Airlangga.

2. Dharmawangsa Teguh Ananta Wikramatunggadewa Dharmawangsa Teguh menggantikan Makutawangsawardhana menjadi raja Medang Kamulan. Dharmawangsa Teguh yang sangat berambisi untuk meluaskan kekuasaannya hingga ke luar Jawa. Namun, kerajaan mengalami keruntuhan oleh raja bawahannya sendiri. Pada Prasasti Pucangan diceritakan bahwa tidak usang sehabis perkawinan Airlangga dengan putri Dharmawangsa, ibu kota diserang oleh pasukan Haji Wurawari. Kejadian itu menciptakan Sri Maharaja Dharmawangsa Teguh meninggal dunia. 

3. Airlangga 
Airlangga menjadi raja sehabis Dharmawangsa Teguh. Pada masa kepemimpinannya, dipenuhi dengan peperangan menaklukkan raja-raja bawahan yang memberontak dan melepaskan diri dari kekuasaan Mataram. Situasi mulai berubah semenjak 1024. Setelah kerajaan mulai aman, Airlangga mengarahkan kebijakannya pada peningkatan perekonomian. Di bidang pertanian, ia berusaha memodernkan irigasi. Untuk itu, dibangun bendungan Waringin Sapta di Kali Brantas. Pengembangan perdagangan pun menjadi perhatian. Hal itu terlihat dari perbaikan Pelabuhan Ujung Galuh. Berkat jerih payah Airlangga, perekonomian kerajaan kembali stabil dan rakyat hidup makmur. Keuletan dan keberhasilan Airlangga dalam memimpin kerajaan tertulis dalam Kitab Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa. Menjelang simpulan hayatnya, Airlangga hidup sebagai petapa di Pucangan. Ia wafat dalam usia lanjut, yaitu pada 1049 M. Untuk mengenang jasa-jasa Airlangga, dibangun sebuah patung raja dalam bentuk penjelmaan Dewa Wisnu yang sedang mengendarai burung garuda. Patung tersebut dibangun di tempat pertapaannya. Airlangga dimakamkan di Candi Belahan.

Tokoh pada masa Kerajaan Kediri 

 1. Raja Jayawarsa 
Raja Jayawarsa merupakan raja Kediri. Dalam Prasasti Sirah Keting diceritakan bahwa Jayawarsa merupakan raja yang cendekia dan sangat mengutamakan kesejahteraan rakyatnya. 

2. Raja Bameswara 
Raja Bameswara dikenal sebagai raja yang banyak meninggalkan prasasti perihal duduk kasus keagamaan. 

3. Raja Jayabaya 
Jayabaya menggantikan Raja Bameswara. Ia naik takhta pada 1135 Masehi. Dalam Prasasti Talan dijelaskan perihal Jayabaya yang memindahkan Prasasti Ripta menjadi Prasasti Dinggopala. Dalam prasasti itu, Jayabaya disebutkan sebagai penjelmaan Dewa Wisnu dengan lencana narasingha atau narasimha. Keterangan dalam Prasasti Ngantang menyebutkan bahwa Panjalu Jayati mempunyai arti ‘Kediri menang’. Kata itu diduga berkaitan dengan kemenangan Panjalu atas Jenggala. Hal itu juga untuk menawarkan bahwa Jayabaya ialah pewaris tahta kerajaan yang sah dari Airlangga. 

4. Sri Gandra Sri 
Gandra merupakan raja Kediri yang berjasa. Pada masanya, angkatan maritim Kediri menjadi besar lengan berkuasa dan disegani oleh Sriwijaya. Selain itu, jabatan Senopati Sarwajala mulai dikenal. Pada waktu itu, Kediri menerima kewenangan untuk mengawasi perairan nusantara pecahan timur. Sementara itu, lautan nusantara pecahan barat di bawah pengawasan Sriwijaya. Meskipun begitu, kedua kerajaan tersebut tetap damai. Sejak masa Sri Gandra, pejabat-pejabat kerajaan menggunakan sebutan binatang yang ditiru sifatnya. Misalnya, Menjangan Puguh, Macan Putih, dan Kebo Salawah.

5. Kameswara 
Kameswara merupakan raja Kediri yang memerintah sehabis Sri Gandra. Pada masa Kameswara, seni sastra di Kediri berkembang dengan pesat. 

6. Kertajaya 
Kertajaya menjadi raja kediri sehabis Kameswara. Pada masa Kertajaya, di Kediri sering terjadi konflik antara raja dengan kaum Brahmana. Raja menuntut para Brahmana menyembahnya alasannya ialah menganggap dirinya sebagai titisan dewa. Namun, para Brahmana menolak. Para Brahmana itu meminta proteksi kepada Ken Arok (kuwu dari Tumapel) untuk menggulingkan pemerintahan Kertajaya. Akhirnya, pecahlah pertempuran antara Kediri dengan Tumapel di desa Ganter pada 1222 Masehi. Dalam pertempuran tersebut, pasukan Kediri mengalami kekalahan. Kertajaya terluka parah dan meninggal dunia. Peristiwa itu sekaligus menandai runtuhnya kerajaan Kediri.

Tokoh pada masa Kerajaan Singhasari 

1. Ken Arok 
Ken Arok menjadi raja Singhasari pada 1222–1227. Ia mendirikan dinasti gres yang berjulukan Girindrawangsa. Ken Arok meninggal alasannya ialah terbunuh oleh seseorang suruhan Anusapati, anak tiri Ken Arok. Ken Arok dimakamkan di Kagenengan dalam bangunan Syiwa-Budha. 

2. Anusapati 
Anusapati merupakan anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung. Sebelum menikah dengan Tunggul Ametung, Kendedes menikah dengan Ken Arok. Anusapati memerintah di Kerajaan Singhasari pada 1227–1247. Ia menggantikan Ken Arok. Namun, pembunuhan Ken Arok oleh Anusapati pada hasilnya diketahui oleh Tohjaya. Tohjaya merupakan anak Ken Arok dari Ken Umang. Kemudian, Anusapati dibunuh oleh Tohjaya. Anusapati dimakamkan di candi Kidal. 

3. Tohjaya 
Setelah kematian Anusapati, Tohjaya menjadi raja Singhasari. Tohjaya memerintah dari  1247 hingga 1248. Pada ketika Tohjaya memerintah, Ranggawuni, anak  Anusapati menuntut balas atas kematian ayahnya. Ranggawuni juga merasa berhak menjadi raja Singhasari. Kemudian, Ranggawuni bekerjasama dengan Mahisa Campaka (cucu Ken Arok dan Ken Dedes) menyerang Tohjaya. Saat itu, Tohjaya meninggal di Katang Lumbang alasannya ialah luka-luka. 

4. Ranggawuni 
Ranggawuni menjadi raja sehabis Tohjaya meninggal. Pada ketika pemerintahan Ranggawuni, dendam keluarga di Singhasari telah hilang. Hal itu menciptakan pemerintahannya berjalan  dengan kondusif dan tenteram. Pada waktu pemerintahan Ranggawuni, Mahisa Campaka diberi kedudukan sebagai pendamping raja. Mahisa Campaka diberi gelar Ratu Angabaya. 

5. Kertanegara 
Kertanegara menjadi raja Singhasari pada 1268–1292. Pada masa pemerintahan Kertanegara, Kerajaan Singhasari mencapai puncak kejayaannya. Raja Kertanegara berusaha mempersatukan wilayah nusantara.

Tokoh pada masa Kerajaan Majapahit 

1) Raja Jayanegara 
Raja Jayanegara merupakan anak Raden Wijaya. Raden Wijaya yaitu raja pertama Majapahit. Jayanegara atau Kalagemet memerintah pada 1309–1328 Masehi. Pada masa pemerintahan Jayanegara, banyak pemberontakan. Pemberontakan-pemberontakan itu tiba dari orang-orang yang berjuang dengan Raden Wijaya. Namun, mereka tidak diberikan jabatan. Pemberontakpemberontak tersebut antara lain Ranggalawe (1309 M), Lembu Sora (1311 M), Nambi (1316 M), dan Kuti (1319 M). Pemberontakan Kuti merupakan pemberontakan yang paling berbahaya. Pemberontakan tersebut hampir meruntuhkan kerajaan Majapahit. Namun, berkat Gajah Mada, Raja Jayanegara sanggup kembali ke Kerajaaan Majapahit. Karena jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi patih di Kahuripan, kemudian dingkat menjadi patih di Kediri. 

2) Tribuwanatunggadewi 
Tribuwanatunggadewi merupakan cucu Raja Jayanegara dari anaknya yang berjulukan Gayatri. Tribuwanatunggadewi menjadi raja Majapahit pada 1328–1350 Masehi. Pada masa pemerintahan Tribuwanatunggadewi, terjadi pemberontakan Sadeng (1331 Masehi). Nama Sadeng merupakan nama sebuah daerah yang terletak di Jawa Timur. Pemberontakan Sadeng sanggup dilarang oleh Gajah Mada dan Adityawarman. Atas jasanya, Gajah Mada diangkat menjadi Patih Amangkhabumi Majapahit menggantikan Arya Tadah. Pada waktu penobatannya, Gajah Mada mengucapkan “Sumpah Palapa”. Isi sumpah tersebut yaitu Gajah Mada tidak akan makan buah palapa sebelum nusantara bersatu di bawah naungan Majapahit. 

3) Hayam Wuruk 
Hayam Wuruk ialah anak Tribhuwana Wijayatunggadewi. Ia dilahirkan pada 1334. Hayam Wuruk berarti "Ayam yang masih muda". Hayam Wuruk menjadi Raja Majapahit ketika berumur 16 tahun. Ia menikah dengan Padukasari. Hayam Wuruk dianggap sebagai raja terbesar Majapahit alasannya ialah pada masa pemerintahannya Majapahit mencapai wilayah terluas. Pada 1351, terjadi Perang Bubat. Peristiwa ini terjadi pada ketika Hayam Wuruk bermaksud menikahi puteri Raja Pajajaran yang berjulukan Diah Pitaloka Citrasemi. Pajajaran baiklah asal Majapahit tidak menguasai wilayah Pajajaran. Saat Hayam Wuruk di perjalanan menuju upacara pernikahan, Gajah Mada mendesak semoga Pajajaran tunduk pada Majapahit dan menyerahkan Diah Piataloka sebagai upeti. Pajajaran menolak seruan Gajah Mada. Akhirnya, terjadi Perang Bubat. Dalam kejadian ini, seluruh keluarga Pajajaran tewas. Beberapa tahun kemudian, Pajajaran menjadi wilayah Majapahit. 

4) Gajah Mada 
Gajah Mada merupakan seorang tokoh politik, pejuang negara, dan seorang negarawan besar. Dengan sepenuh hati, Gajah Mada mengabdikan dirinya untuk keagungan negeri dan mahkota. Sikap dedikasi Gajah Mada ini terungkap dalam pokok-pokok sifat pribadinya sebagai berikut. 

  • Satya bhakti aprabhu, yang berarti setia dan bakti kepada negara dan mahkota. 
  • Tan satresna, yang berarti tidak pernah memikirkan kepentingan diri pribadi dan balas jasa. 
  • Hanyaken musuh, yang artinya menghalau dan memusnahkan segenap musuh negara dan mahkota. 
  • Prabu ginung pratidina, yang artinya mengagungkan nama raja dan negara setiap waktu

Tokoh-tokoh Pada Masa Kerajaan Islam


Sultan Malik As Saleh 
Sebelum menganut Islam, Sultan Malik As Saleh berjulukan Marah Sile atau Merah Selu. Ia merupakan pendiri Kerajaan Samudera Pasai. 

Saat Pemerintahannya, Sultan Malik As Saleh memperluas daerah kekuasaannya hingga ke daerah-daerah menyerupai Tamiang, Balek Bimba, Samer Langga, Simpang Bulah Telang, Perlak, dan Takus. Penduduk daerah-daerah yang dikuasai Sultan Malik As Saleh menjadi penganut Islam. Setelah wafat, Malik As Saleh dimakamkan di Samudera Pasai. Di atas makamnya, dibangun kerikil nisan yang berciri Islam. Batu nisan tersebut berangka tahun 635 Hijriyah atau 1297 Masehi. 

Dari kerikil nisan tersebut, diketahui bahwa Samudera Pasai merupakan kerajaan pertama di Indonesia. Dengan wafatnya Sultan Malik As Saleh, tahta kerajaan Samudera Pasai turun kepada anaknya yang berjulukan Sultan Muhammad Malik At-Thahir.

Iskandar Syah 
Nama orisinil Iskandar Syah yaitu Paramisora. Ia merupakan seorang pangeran dari Majapahit yang melarikan diri ketika terjadi perang saudara. Perang tersebut dikenal dengan sebutan perang Paregreg. Ia mendatangi satu daerah di Semenanjung Malaya. Kemudian, daerah tersebut diberi nama Malaka. Iskandar Syah memerintah pada 1396–1414. Iskandar Syah berhasil mengakibatkan Malaka sebagai kerajaan Islam. Bahkan, ia berhasil mengakibatkan Malaka sebagai kerajaan penting di Selat Malaka.

Muhammad Iskandar Syah 
Muhammad Iskandar Syah menjadi raja Malaka menggantikan ayahnya (Sultan Iskandar Syah). Muhamad Iskandar Syah memimpin pada 1414–1424. Pada masa pemerintahannya, kekuasaan Kerajaan Malaka mencapai seluruh Semenanjung Malaya. Muhammad Iskandar Syah menikah dengan putri Raja Samudera Pasai. 

Dalam kekuasaanya, Kerajaan Malaka mengalami kejayaan. Ia bisa mengakibatkan Malaka sebagai sentra perdagangan dan pelayaran. Karenanya, Malaka disebut sebagai Kerajaan Maritim. Namun, ketika ia memerintah, ada pemberontakan dari saudaranya yang berjulukan Mudzafat Syah. Mudzafat Syah berhasil merebut kekuasaan Muhammad Iskandar Syah. Mudzafat Syah menjadi Raja Malaka menggantikan Muhammad Iskandar Syah. Mudzafat Syah merupakan raja Malaka pertama yang menggunakan gelar sultan. Setelah Mudzafat Syah meninggal, Kerajaan Malaka dipimpin oleh putranya yang berjulukan Mansyur Syah.

Sultan Mansyur Syah 
Sultan Mansyur Syah berkuasa pada 1458–1477. Pada masa pemerintahan Sultan Mansyur Syah, Malaka mengalami masa kejayaan sebagai sentra perdagangan dan penyebaran agama Islam di Asia Tenggara. Perluasan wilayah kekuasaan Kerajaan Malaka pada masa Sultan Mansyur Syah hingga ke Semenanjung Malaya, Sumatra Tengah, dan Kerajaan Siam. Sultan Mansyur Syah memperluas daerah kekuasaan dengan proteksi Laksamana Hang Tuah. 

Laksamana Hang Tuah merupakan seorang panglima laksamana yang populer di Malaka. Setelah wafat, Sultan Mansyur Syah digantikan oleh anaknya yang berjulukan Alauddin Syah. Sultan Alauddin Syah memerintah pada 1477–1488. Pada masa pemerintahan Alauddin Syah, kerajaan Malaka mulai merosot. Beberapa kerajaan yang dikuasai Malaka banyak yang membebaskan diri. Selanjutnya, Kerajaan Malaka dipimpin oleh Sultan Mahmud Syah. Ia memerintah pada 1488–1511.

Sultan Ali Mughayat Syah 
Sultan Ali Mughayat Syah merupakan raja Kerajaan Aceh. Ia menguasai perdagangan di pecahan barat Indonesia. Untuk mempertahankan kekuasaan perdagangan itu, Sultan Ali Mughayat Syah memperluas pengaruhnya ke Pidie Pasai dan pecahan timur Sumatra. Ia juga menyerang bangsa Portugis di Malaka. Setelah wafat, Sultan Ali Mughayat Syah digantikan oleh Sultan Salahuddin. Namun, pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin, Kerajaan Aceh mengalami kemunduran.

Sultan Alauddin Riayat Syah 
Sultan Alauddin Riayat Syah merupakan raja Aceh pengganti Sultan Salahudin. Sultan Alauddin Riayat Syah bergelar Al-Qahar. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh kembali mengalami kejayaan. Bahkan, Kerajaan Aceh menjadi bandar utama di Asia bagi para pedagang muslim mancanegara.

Sultan Iskandar Muda 
Sultan Iskandar Muda menggantikan Sultan Alauddin Riayat Syah menjadi raja Aceh. Dalam kekuasaannya, ia memperkuat Kerajaan Aceh sebagai sentra perdagangan. Bahkan, ia melaksanakan beberapa perlawanan berikut. 

  • Merebut sejumlah pelabuhan penting di pesisir barat dan timur Sumatra dan pesisir barat Semenanjung Melayu.
  • Menyerang kedudukan Portugis di Malaka dan kapal - kapalnya yang melalui Selat Malaka. Aceh sempat memenangkan perang melawan armada Portugis di sekitar Pulau Bintan pada 1614. 
  • Bekerja  sama dengan EIC Inggris dan VOC Belanda untuk memperlemah dampak Portugis. 

Sultan Iskandar Muda mengizinkan komplotan dagang dengan Inggris dan Belanda untuk membuka cabangnya di Aceh. Setelah Sultan Iskandar Muda wafat, raja Aceh digantikan oleh menantunya yang berjulukan Sultan Iskandar Thani.

Raden Patah 
Raden Patah atau Jim-Bun merupakan pendiri Kesultanan Demak pada 1478. Raden Patah merupakan anak Brawijaya, Raja Majapahit. Ibunya yaitu seorang putri keturunan Champa (perbatasan Kamboja dan Vietnam) yang beragama Islam. 

Ibu Raden Patah mempunyai ketidakcocokan dengan permaisuri Raja Brawijaya. Karenanya, dengan berat hati Brawijaya menyingkirkan sang Ibu ke Palembang. Ia menyerahkan ibunya kepada adipati Palembang Arya Sedamar. Raden Patah dilahirkan di Palembang. Pada usia belasan tahun, Raden Patah berlayar ke Pulau Jawa untuk berguru di Ampel Delta. Raden Patah meninggal pada 1518. Ia meninggalkan dua orang putra, yaitu Pangeran Seda Sekar Lepen dan Pangeran Trenggono. Ia juga meninggalkan dua orang menantu, yaitu Pati Unus dan Fatahillah. Setelah Raden Patah mangkat, Pangeran Trenggono diangkat menjadi raja menggantikan Raden patah.

Sultan Trenggono 
Sultan Trenggono merupakan raja Demak yang menggantikan Raden Patah. Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Demak mencapai puncak kejayaan. Ia mengakibatkan Demak sebagai sentra kekuasaan di Jawa dan salah satu sentra penyebaran agama Islam di nusantara. Selain itu, Sultan Trenggono memperluas kekuasaaan Demak hingga ke sebagian Jawa Barat, Jayakarta, Jawa Tengah, dan sebagian Jawa Timur. Penaklukan pesisir utara Jawa Barat dilakukan oleh Fatahillah, yang turut merintis berdirinya Kerajan Banten dan Cirebon.

Sunan Gunung Jati 
Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah. Ia merupakan pendiri kerajaan Cirebon. Dalam kekuasaannya, ia berhasil mengakibatkan Cirebon sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa Barat.

Sultan Ageng Tirtayasa 
Sultan Ageng Tirtayasa merupakan salah satu raja Banten. Ia merupakan putra Abu Mufakhir. Ia naik takhta menggantikan Abu’Ma’ali. Di bawah kepimpinannya, Kerajaan Banten mengalami puncak kejayaan. Ia mempertahankan Banten sebagai sentra perdagangan di nusantara dengan bersikap tegas menolak VOC Belanda. Saat itu, VOC ingin menerapkan monopoli perdagangan.

Sultan Hasanuddin 
Sultan Hasanuddinbernama orisinil I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Ia dilahirkan di Makasar. Ia merupakan putra kedua dari Sultan Malikussaid. Sultan Hasanuddin merupakan raja Gowa ke-16. Kerajaan Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah Indonesia Timur yang menguasai jalur perdagangan. Setelah memeluk agama Islam, Sultan Hasanuddin menerima gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana. Namun, ia lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin. Karena keberaniannya, Sultan Hasanuddin dijuluki De Haantjes van Het Oosten oleh Belanda. Artinya, “ayam jantan/jago dari Benua Timur. Sultan Hasanuddin mengundurkan diri dari takhta kerajaan. Ia wafat pada 12 Juni 1670 dan dimakamkan di Katangka, Makassar.












Belum ada Komentar untuk "✔ Mengenal Peninggalan Sejarah Era Hindu, Buddha, Dan Islam ( Lengkap )"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel