✔ Evaluasi Tradisional Menuju Penliaian Autentik

A. Penilaian Tradisional

Sebelum kita membicarakan penilaian autentik marilah kita ingat konsep penilaian tradisional.  Menurut Muller (2008), asesmen tradisional yaitu penilaian yang mengacu pada ukuran:  tes pilihan ganda (forced-choice), tes melengkapi (fill-in-the-blanks), tes benar salah (true-false), menjodohkan dan sejenisnya .

Tes ini memungkinkan distandarisasi atau dikreasi oleh guru penerima didik diminta untuk menentukan suatu tanggapan atau mengingat informasi yang telah dipelajarinya.

Ciri-ciri asesmen tradisional diantaranya yaitu :
1. Menilai kemampuan siswa dalam memperlihatkan tanggapan yang benar.
2. Tes yang diberikan tidak bekerjasama dengan realitas kehidupan siswa.
3. Tes terpisah dari pembelajaran yang dilakukan siswa.
4. Dapat diskor dengan reliabilitas tinggi.
5. Hasil tes diberikan dalam bentuk skor.

Tujuan dari Asesment tradisional diantaranya yaitu :
1. Mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar,
2. Memantau  kemajuan siswa,
3. Menentukan jenjang kemampuan siswa,
4. Menentukan efektivitas pembelajaran,
5. Mempengaruhi persepsi publik wacana efektivitas pembelajaran,
6. Mengevaluasi kinerja guru kelas,
7. Mengklarifikasi tujuan pembelajaran yang dirancang guru

Manfaat asesmen tradisional yaitu sebagai berikut:
1.     Mengetahui tingkat pencapai kompetensi selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
2.     Untuk memperlihatkan umpan balik bagi penerima didik semoga mengetahui kekuatan dan kelemahannya dalam proses pencapaian kompetensi.
3.     Untuk memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan berguru yang dialami penerima didik sehingga sanggup dilakukan pengayaan dan remidial.
4.     Untuk umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan, kegiatan, dan sumber berguru yang digunakan.
5.     Untuk memperlihatkan pilihan alternatif penilaian guru.
6.     Untuk memperlihatkan informasi kepada orangtua dan komite sekolah wacana efektivitas pendidikan.
Jenis tes tradisional yang popular dan masih kita gunakan kini yaitu :
1.  Pilihan Ganda (Multiple-Choices) 
Soal yang jawabannya harus dipilih dari beberapa kemungkinan pilihan yang telah disediakan.  Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal (stem) dan pilihan tanggapan (option). Pilihan tanggapan terdiri dari kunci tanggapan dan pengecoh (distractor). 

Kunci tanggapan (key) yaitu tanggapan yang benar atau tanggapan yang paling benar. Pengecoh merupakan tanggapan yang tidak benar, namun memungkinkan penerima didik  untuk terkecoh untuk memilihnya apabila tidak menguasai bahan/materi pelajaran dengan baik. Pembuat soal mengusahakan pengecoh berfungsi efektif.

2. Soal Betul-Salah (True-False)
Bentuk soal ini menuntut penerima tes untuk menentukan dua kemungkinan tanggapan yaitu benar-salah atau ya-tidak. Keunggulan saol ini gampang melaksanakan penilaian dengan cepat dan obyektif. Dari sisi materi sanggup meliputi materi yang luas.

3.  Isian Singkat (Short Answer)
Soal yang menuntut penerima tes untuk memperlihatkan tanggapan yang singkat, berupa kata, frase, angka, atau symbol. Keunggulan dari bentuk soal ini yaitu sanggup meliputi materi yang luas dan  dapat diskor dengan mudah, cepat, obyektif, serta gampang dalam menyusunnya. Akan tetapi, model soal ini cenderung hanya mengukur kemampuan mengingat saja.

4. Soal Menjodohkan (Matching)
Soal terdiri dari dua kelompok pernyataan. Kelompok pertama ditulis pada jalur sebelah kiri, biasanya mengandung pernyataan soal atau pernyataan stimulus. Kelompok kedua ditulis pada lajur sebelah kanan, biasanya merupakan pernyataan tanggapan atau respon.

Dari sisi pendekatan penilaian , penilaian tradisional  lebih mayoritas menggunakan  assessment of learning (penilaian sesudah proses pembelajaran)  dari pada    assessment for learning dan assesment as learningAssessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan digunakan. 

Sebagai dasar untuk melaksanakan perbaikan proses pembelajaran.  Misalnya , penilaian formatif,  tugas-tugas di kelas, presentasi, dan kuis, dan lain-lain . Assessment as learning mirip dengan assessment for learning, alasannya yaitu juga dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Bedanya, assessment as learning melibatkan penerima didik secara aktif dalam kegiatan penilaian.

B. Penilaian Menuju  Penilaian Autentik

Penilaian autentik (authentic Assessment)  adalah proses pengumpulan informasi oleh guru wacana perkembangan dan pencapaian pembelajaran  peserta didik melalui aneka macam teknik yang bisa mengungkapkan, menerangkan atau memperlihatkan secara sempurna bahwa tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Maka autentik sanggup diartikan asli, nyata, valid dan reliabel. 

Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Penilaian autentik merupakan pendekatan asesmen yang memperlihatkan kesempatan yang luas kepada penerima didik untuk menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang sudah dimilikinya dalam bentuk kiprah membaca dan meringkasnya, eksperimen, mengamati, survei, projek, makalah, menciptakan multi media, menciptakan karangan, dan diskusi kelas

Penilaian sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan memakai jurnal, penilaian diri, dan/atau penilaian antar teman. Penilaian pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan, dan/atau penugasan. Penilaian keterampilan melalui tes praktik, penilaian proyek, dan penilaian portofolio.

Asesmen autentik sering dikontradiksikan dengan penilaian yang menggunkan standar tes berbasis norma, pilihan ganda,  benar–salah, menjodohkan, atau menciptakan tanggapan singkat. Penilaian hal demikian sebetulnya bukan dilarang dan hingga kini juga masih dipakai untuk memperoleh legitimasi secara akademik. Asesmen autentik sanggup dibentuk oleh guru sendiri, guru secara tim, atau guru bekerja sama dengan  penerima didik.

Dalam asesmen autentik, seringkali pelibatan siswa sangat penting. Asumsinya, penerima didik sanggup melaksanakan kegiatan berguru lebih baik dikala mereka tahu bagaimana mereka dinilai.
Dari sisi pendekatan penilaian, penilaian autentik lebih  menggunakan  assesment as learning kemudian  assessment for learning dan  assessment of learning (penilaian sesudah proses pembelajaran). 

C. Mengapa Harus penilaian autentik ?
Ada beberapa  alasan sehingga penilaian autentik dilakukan di sekolah

1. Penilaian autentik alasannya yaitu tuntutan kurikulum 2013
Penilaian autentik mempunyai relevansi berpengaruh terhadap pendekatan ilmiah (saintific) dan bisa menggambarkan peningkatan hasil berguru penerima didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain.
Guru menerapkan kriteria yang berkaitan dengan konstruksi pengetahuan, kajian keilmuan, dan pengalaman yang diperoleh dari luar sekolah.

2. Penilaian autentik karena  pembelajaran harus  autentik
Penilaian autentik mengharuskan pembelajaran autentik yang mencerminkan kiprah dan pemecahan dilema yang dibutuhkan dalam kenyataannya di luar sekolah.
Penilaian autentik terdiri dari aneka macam teknik penilaian. 
Pertama, pengukuran pribadi keterampilan penerima didik yang bekerjasama dengan hasil jangka panjang pendidikan menyerupai kesuksesan di daerah kerja. 

Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang dipakai untuk menghasilkan respon penerima didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.

Dalam pembelajaran autentik, penerima didik diminta mengumpulkan informasi dengan pendekatan saintifik, memahami aneka fenomena atau tanda-tanda dan hubungannya satu sama lain secara mendalam, serta mengaitkan apa yang dipelajari dengan dunia positif yang ada di luar sekolah.

Penilaian autentik mendorong penerima didik mengonstruksi, mengorganisasikan, menganalisis, mensintesis, menafsirkan, menjelaskan, dan mengevaluasi informasi untuk kemudian mengubahnya menjadi pengetahuan baru.

Prinsip penilaian autentik

Prinsip penilaian autentik sama dengan penilaian tradisionil  penerima didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
Ø Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
Ø Objektif, berarti penilaian didasarkan pada mekanisme dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
Ø Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan penerima didik alasannya yaitu berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, watak istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
Ø Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Ø Terbuka, berarti mekanisme penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan sanggup diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
Ø  Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik meliputi semua aspek kompetensi dengan memakai aneka macam teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan penerima didik.
Ø Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan sedikit demi sedikit dengan mengikuti langkah-langkah baku.
Ø Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
Ø Akuntabel, berarti penilaian sanggup dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

D. Jenis dan Teknik  Penilaian Autentik

Penilaian autentik diharapkan  melibatkan partisipasi penerima didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai.Guru sanggup melakukannya dengan meminta para penerima didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.
Instrumen harus disusun guru sedemikian sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar, intrumen tersebut sanggup dibentuk dengan bentuk:

1.     Penilaian Kinerja
Asesmen autentik sebisa mungkin melibatkan parsisipasi penerima didik, khususnya dalam proses dan aspek-aspek yangg akan dinilai. Guru sanggup melakukannya dengan meminta para penerima didik menyebutkan unsur-unsur proyek/tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya. 

Dengan memakai informasi ini, guru sanggup memperlihatkan umpan balik terhadap kinerja penerima didik baik dalam bentuk laporan naratif mauun laporan kelas. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil penilaian berbasis kinerja:

Ø Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator yang harus muncul dalam sebuah bencana atau tindakan.
Ø Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan cara guru menulis laporan narasi wacana apa yang dilakukan oleh masing-masing penerima didik selama melaksanakan tindakan. Dari laporan tersebut, guru sanggup menentukan seberapa baik penerima didik memenuhi standar yang ditetapkan.
Ø Skala penilaian (rating scale). Biasanya dipakai dengan memakai skala Likert dengan kategori: 5 = baik sekali, 4 = baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali.
Ø Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh guru dengan cara mengamati penerima didik dikala melaksanakan sesuatu, dengan tanpa menciptakan catatan. Guru memakai informasi dari memorinya untuk menentukan apakah penerima didik sudah berhasil atau belum. Cara menyerupai tetap ada manfaatnya, namun tidak cukup dianjurkan.

Penilaian  kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan penerima didik untuk memperlihatkan kinerja yang positif untuk suatu atau beberapa jenis kompetensi tertentu.Kedua, ketepatan dan kelengkapan aspek kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang dibutuhkan oleh penerima didik untuk menuntaskan tugas-tugas pembelajaran.Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai, khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari kemampuan atau keerampilan penerima didik yang akan diamati.

Pengamatan atas kinerja penerima didik perlu dilakukan dalam aneka macam konteks untuk  menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Untuk menilai keterampilan berbahasa penerima didik, dari aspek keterampilan berbicara, misalnya,  guru sanggup mengobservasinya pada konteks yang, menyerupai berpidato, berdiskusi, bercerita, dan wawancara. 

Dari sini akan diperoleh keutuhan mengenai keterampilan berbicara dimaksud. Untuk mengamati kinerja penerima didik sanggup memakai alat atau instrumen, menyerupai penilaian sikap, observasi perilaku, pertanyaan langsung, atau pertanyaan pribadi.

2. Penilaian Proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap kiprah yang harus diselesaikan oleh penerima didik berdasarkan periode/waktu tertentu. Penyelesaian kiprah dimaksud berupa pemeriksaan yang dilakukan oleh penerima didik, mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, analisis, dan penyajian data. 

Dengan demikian, penilaian proyek bersentuhan dengan aspek pemahaman, mengaplikasikan, penyelidikan, dan lain-lain.
mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, penerima didik memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan, dan pengetahuannya.

Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, proses pengerjaan, dan produk proyek. Agar penilaian proyek ini berhasil baik maka guru perlu melakukan  penyusunan rancangan dan instrumen penilaian, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek sanggup memakai instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi. 

Laporan penilaian sanggup dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
Penilaian produk dari sebuah proyek dimaksudkan untuk menilai kualitas dan bentuk hasil simpulan secara holistik dan analitik.  Penilaian produk dimaksud meliputi penilaian atas kemampuan penerima didik menghasilkan produk, menyerupai makanan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, patung, dan lain-lain), barang-barang terbuat dari kayu, kertas, kulit, keramik, karet, plastik, dan karya logam. 

Penilaian secara analitik merujuk pada semua kriteria  yang harus dipenuhi untuk menghasilkan produk tertentu. Penilaian secara holistik merujuk pada apresiasi atau kesan secara keseluruhan atas produk yang dihasilkan.

3. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan karya-karya penerima didik yang memperlihatkan kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil kerja penerima didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan refleksi penerima didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang memperlihatkan perkembangan kemampuan penerima didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut sanggup berupa karya penerima didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil tes (bukan nilai), atau informasi lain yang releban dengan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata pelajaran tertentu.

Fokus penilaian portofolio adalahkumpulan karya penerima didik secara individu atau kelompok pada satu periode pembelajaran tertentu. Penilaian terutama dilakukan oleh guru, meski sanggup juga oleh penerima didik sendiri.
Dari penilaian portofolio guru akan mengetahui perkembangan  belajar penerima didik. 

Misalnya, hasil karya mereka dalam menyusun atau menciptakan karangan, puisi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, resensi buku/ literatur, laporan penelitian, sinopsis, dan lain-lain. Atas dasar penilaian itu, guru dan/atau penerima didik sanggup melaksanakan perbaikan sesuai dengan tuntutan pembelajaran.
Penilaian portofolio dilakukan dengan memakai langkah-langkah menyerupai berikut ini.
Ø Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
Ø Guru atau guru bersama penerima didik menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
Ø Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, berdikari atau di bawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
Ø Guru menghimpun dan menyimpan portofolio penerima didik pada daerah yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
Ø Guru menilai portofolio penerima didik dengan kriteria tertentu.
Ø Jika memungkinkan, guru bersama penerima didik membahas bersama dokumen portofolio yang dihasilkan.
Ø Guru memberi umpan balik kepada penerima didik atas hasil penilaian portofolio.
4. Penilaian-diri (self assessment)
Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian di mana penerima didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status,  proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu. Teknik penilaian diri sanggup dipakai untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor

5. Penilaian Antar Teman 
Penilaian antar sahabat dibutuhkan untuk menilai aspek sikap penerima didik khususnya kejujuran , ketaatan dalam hukum , disipilin dan aspek sikap lainya.

5.  Penilaian Tertulis
Penilaian tertulis sama dengan penilaian yang dilakukan pada penilaian tradisional
Agar guru di sekolah sanggup melaksanakan pembelajaran dan penilaian autentik maka guru perlu:

           Ø Mengetahui cara menilai kekuatan /kelemahan penerima didik serta desain pembelajaran.
Ø Mengetahui bagaimana cara membimbing penerima didik untuk menyebarkan pengetahuan mereka sebelumnya dengan cara mengajukan pertanyaan dan menyediakan sumberdaya memadai bagi penerima didik untuk melaksanakan akuisisi pengetahuan.
Ø Menjadi pengasuh proses pembelajaran, melihat informasi baru, dan mengasimilasikan pemahaman penerima didik.
Ø Menjadi kreatif wacana bagaimana proses berguru penerima didik sanggup diperluas dengan menimba pengalaman dari dunia di luar tembok sekolah.




Belum ada Komentar untuk "✔ Evaluasi Tradisional Menuju Penliaian Autentik"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel