✔ Ketrampilan Berbahasa Indonesia Di Sd
Hubungan Menyimak dengan Berbicara
Kegiatan menyimak merupakan salah satu faktor yang sanggup menunjang keterampilan berbahasa. Sebagaimana Tompkins dan Hoskisson (Aminuddin, 1997:71) disebut sebagai "most mysterious language process'. Dinyatakan demikian lantaran seseorang yang tampak dengan serius menyimak belum tentu memahami isi simakan. Sementara itu, menyimak sambil melaksanakan acara lain, contohnya membaca, ternyata tidak bisa menanggapi secara sempurna dikala ditanya.
Di antara ketiga kegiatan, mendengar, mendengarkan, dan menyimak, maka taraf tertinggi ialah kegiatan menyimak. Dalam insiden menyimak sudah ada faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur utama dalam setiap insiden menyimak. Bahkan lebih dari itu, faktor perhatian dan penilaian pun selalu terdapat dalam insiden menyimak. Bila mendengar sudah tercakup dalam mendengarkan maka baik mendengar maupun mendengarkan sudah tercakup dalam menyimak.
Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara pribadi atau melalui rekaman radio, telepon, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh indera pendengaran kita diindentifikasi menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi pun ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai kebenarannya biar sanggup diputuskan diterima tidaknya.
Dengan demikian, sanggup dikatakan bahwa menyimak merupakan proses yang meliputi kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasikan, menafsirkan, menilai,
dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada ihwal lisan. Jadi, insiden menyimak pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi.
Pada kenyataanya, insiden berbicara selalu dibarengi dengan insiden menyimak. Atau insiden menyimak niscaya ada dalam insiden berbicara. Dalam kegiatan komunikasi keduanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian, komunikasi mulut tidak akan terjadi kalau kedua kegiatan itu, yaitu berbicara dan menyimak, tidak berlangsung sekaligus atau tidak saling melengkapi.
Dengan uraian di atas sanggup diketahui bahwa dalam komunikasi mulut pembicara dan penyimak berpadu dalam satu kegiatan yang resiprokal. Keduanya sanggup berganti tugas secara spontan, dari pembicara menjadi penyimak atau sebaliknya, dari penyimak menjadi pembicara. Dengan demikian, kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi atau saling melengkapi.
Tujuan Menyimak
Setiap orang tentu mempunyai tujuan dalam menyimak antara lain: Ada bertujuan biar sanggup memeroleh pengetahuan dari materi ujaran sang pembicara. Ada pula orang yang menyimak dengan aksentuasi pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan. Ada pula yang menyimak dengan maksud biar ia sanggup menilai apa-apa yang disimaknya.
Ada pula penyimak bermaksud untuk sanggup menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (misalnya: pembacaan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, perdebatan). Ada pula yang menyimak dengan maksud biar ia sanggup mengomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat.
Menyimak sanggup pula bertujuan biar sanggup membedakan bunyi-bunyi dengan tepat; mana bunyi yang membedakan arti, mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya ini terlihat aktual pada seseorang yang sedang berguru bahasa Asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicara asli. Dapat pula dengan maksud biar ia sanggup memecahkan problem secara kreatif dan analisis, lantaran dari sang pembicara ia mungkin memeroleh banyak masukan berharga, untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu problem atau pendapat yang selama ini ia ragukan.
Jenis-Jenis Mendengarkan
Tarigan (1981) membagi jenis mendengarkan atas dasar proses mendengarkannya dan diperoleh dua jenis mendengarkan yaitu (1) mendengarkan ekstensif, dan (2) mendengarkan intensif.
Mendengarkan ekstensif ialah proses mendengarkan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: mendengarkan siaran radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Ada empat jenis kegiatan mendengarkan ekstensif yang meliputi mendengarkan sekunder, sosial, estetika, dan pasip.
a) Mendengarkan sekunder
Mendengarkan sekunder ialah proses mendengarkan yang terjadi secara kebetulan. Misalnya, seseorang sedang membaca suatu bacaan sambil mendengarkan percakapan orang lain, siaran radio, bunyi televisi, atau yang lainnya.
b) Mendengarkan sosial
Mendengarkan sosial ialah proses mendengarkan yang dilakukan oleh masyarakat dalam kehidupan sosial atau di tempat umum menyerupai di pasar, terminal, stasiun, kantor pos, atau di tempat yang umum lainnya.
c) Mendengarkan estetika
Mendengarkan estetika atau mendengarkan apresiatif yaitu proses mendengarkan untuk menikmati dan menghayati keindahan misalnya; mendengarkan pembacaan puisi, rekaman drama, cerita, lagu, dan yang sejenisnya.
d) Mendengarkan pasif
Mendengarkan pasif ialah proses mendengarkan suatu yang dilakukan tanpa sadar. Misalnya, kita tinggal di suatu tempat yang memakai bahasa daerah. Sedangkan kita sendiri memakai bahasa nasional. Setelah beberapa usang tanpa disadari kita sanggup bisa memakai bahasa tempat tersebut. Kemampuan memakai bahasa tempat tersebut dilakukan tanpa sengaja dan tanpa sadar. Tetapi, kenyataannya orang tersebut bisa memakai bahasa bahasa tempat dengan baik.
Mendengarkan intensif ialah proses mendengarkan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dengan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap, memahami, dan mengingat informasinya. Kamidjan dan Suyono, (2002: 12) menjelaskan ciri-cirinya sebagai berikut. Mendengarkan intensif ialah mendengarkan pemahaman yaitu proses
mendengarkan dengan tujuan untuk memahami makna pembicaraan dengan baik. Berbeda dengan mendengarkan ekstensif yang lebih menekankan pada hiburan, kontak sosial, dan sebagainya.
Mendengarkan intensif memerlukan konsentrasi tinggi yaitu pemusatan pikiran terhadap makna pembicaraan.
Cara yang sanggup dilakukan biar kita sanggup mendengarkan dengan konsentrasi yang tinggi ialah kita harus bisa menjaga pikiran biar tidak terpecah dan perasaan biar tenang, serta menjaga perhatian biar terpusat pada makna pembicaraan serta menghindari banyak sekali hal yang sanggup mengganggu.
Tahapan Mendengarkan
Tarigan, (1991) menjelaskan tahapan-tahapan mendengarkan yaitu tahapan mendengarkan, memahami, menginterpretasi, dan tahap mengevaluasi. Tahap mendengarkan merupakan tahap mendengarkan pembicaraan. Tahap memahami ialah tahap memahami isi pembicaraan. Tahap menginterpretasi ialah tahap menafsirkan isi yang tersirat dalam pembicaraan. Tahap mengevaluasi tahap mendapatkan pesan, ide, dan pendapat yang disampaikan oleh pembicara yang selanjutnya menanggapinya.
2. Keterampilan Membaca di Kelas Tinggi dan Kelas Rendah
Pengertian membaca
Membaca merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki oleh siswa mulai sekolah dasar hingga sekolah lanjutan. Dengan mempunyai kemampuan membaca, banyak sekali pengetahuan sanggup diperoleh. Kemampuan membaca, menyerupai juga halnya dengan kemampuan berbahasa yang lain, sanggup dimiliki melalui bimbingan dan latihan yang intensif. Latihan kemampuan membaca pada tingkat dasar sangat penting lantaran merupakan penanaman dasar membaca. Latihan dasar ini sangat memilih kemampuan siswa dalam membaca lanjut.
Davies (1997) menawarkan pengertian membaca sebagai suatu proses mental atau proses kognitif yang di dalamnya seorang pembaca dibutuhkan bisa mengikuti dan merespon terhadap pesan si penulis. Dapat dikatakan bahwa membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang meliputi beberapa kegiatan menyerupai mengenali abjad dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi serta maknanya, serta menarik tamat mengenai maksud bacaan.
Tujuan Membaca
Pelajaran membaca di SD kelas rendah dan kelas tinggi mempunyai perbedaan. Membaca permulaan yang diberikan di kelas I, II dan III bertujuan biar siswa mempunyai kemampuan memahami dan menyuarakan goresan pena dengan intonasi yang wajar, sebagai dasar untuk sanggup membaca lanjut. Mengupayakan biar siswa sanggup mengenal dan membaca abjad demi huruf, kata demi kata, kalimat demi kalimat dengan lafal yang sempurna dan lancar dan intonasi yang wajar.
Pada awal bacaan hendaknya diberikan materi bacaan dengan memperhatikan pengenalan abjad secara sedikit demi sedikit (a, i, m, n.), (u, l, b), (o, d), (k, s), dan seterusnya), dan diupayakan menghindari bacaan yang terdapat abjad yang sulit dibaca anak, seperti: f, v, r, sy, ny, ng, dan str.
Adapun membaca lanjut diberikan pada kelas III, IV, V, dan VI bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik mulut maupun tertulis. Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa tulis yang bersifat reseptif perlu dimiliki siswa SD biar bisa berkomunikasi secara tertulis.
Oleh lantaran itu, peranan pengajaran bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting. Peran tersebut semakin penting bila dikaitkan dengan tuntutan pemilikan kemahirwacanaan dalam kala gosip (Joni, 1995:5) Pengajaran bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.
Aspek-aspek keterampilan untuk membaca lanjut, untuk memahami isi bacaan ada majemuk Syaf'ie (1994) menyebutkan empat tingkatan atau kategori pemahaman membaca, yaitu literal, inferensial, kritis, dan kreatif. Pembahasan mengenai tingkat pemahaman berikut mengacu pada Burns dan Roe sebagaimana diuraikan sebagai berikut.
Pemahaman literal ialah kemampuan memahami gosip yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pemahaman literal merupakan pemahaman tingkat paling rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah, pemahaman literal tetap penting, lantaran dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara keseluruhan. Pemahaman literal merupakan prasyarat bagi pemahaman yang lebih tinggi (Burns dan Roe, 1996:225).
Pemahaman inferansial ialah kemampuan memahami gosip yang dinyatakan secara tidak pribadi (tersirat) dalam teks. Memahami teks secara inferensial berarti memahami apa yang diimplikasikan oleh informasi-informasi yang dinyatakan secara eksplisit
dalam teks. Dalam hal ini, pembaca memakai gosip yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks, latar belakang pengetahuan, dan pengalaman pribadi secara terpadu untuk menciptakan dugaan atau hipotesis.
Pemahaman kritis merupakan kemampuan mengevaluasi materi teks. Pemahaman kritis pada dasarnya sama dengan pemahaman evaluatif. Dalam pemahaman ini, pembaca membandingkan gosip yang ditemukan dalam teks dengan norma-norma tertentu, pengetahuan, dan latar belakang pengalaman pembaca untuk menilai teks.
Pemahaman kreatif merupakan kemampuan untuk mengungkapkan respon emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar profesional.
Pemahaman kreatif melibatkan seluruh dimensi kognitif membaca lantaran berkaitan dengan dampak psikologi dan estetis teks terhadap pembaca. (Hafni, 1981) dalam pemahaman kreatif, pembaca dituntut memakai daya imajinasinya untuk memperoleh citra gres yang melebihi apa yang disajikan penulis.
3. Jenis Membaca di SD
Jenis membaca berdasarkan tujuan membaca yang harus dicapai pada tiap kelas berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pandidikan BI SD, adalah:
(1) membaca teknik,
(2) membaca sekilas,
(3) membaca memindai,
(4) membaca intensif,
(5) membaca cepat, dan
(6) membaca indah.
Membaca teknik
Membaca teknis ialah jenis membaca yang dilakukan dengan bersuara. Jenis membaca ini biasa dilakukan pada kelas-kelas rendah dengan tujuan untuk melatih siswa menyuarakan lambang-lambang tertulis. Melalui kegiata ini siswa dilatih membaca dengan intonasi yang wajar, tekanan yang baik, lafal yang benar, dan pemakaian tanda baca.
Membaca Pemahaman/Membaca Dalam Hati
Membaca merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk memahami isi bacaan melalui kegiatan pengenalan kata demi kata atau kalimat demi kalimat. Durkin (1989: 7) membaca merupakan kegiatan mengenali kata-kata pengarang dan memahami isinya sesuai konteks yang ada. Untuk mencapai hal tersebut, pembaca perlu melaksanakan banyak sekali proses, seperti:
(1) mengajukan dan atau menjawab pertanyaan sesuai isi bacaan,
(2) menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri,
(3) meringkas bacaaan,
(4) mengemukakan gagasan utama,
(5) memilih bab yang menarik dalam cerita,
(6) mengemukakan pesan kisah dan sifat pelaku, dan
(7) memberi tanggapan.
Membaca berdasarkan Antony dkk (Miller, 1993: 283) bukan hanya sekedar melafalkan abjad demi abjad atau kata demi kata dalam wacana, melainkan suatu proses menyusun makna melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan pembaca yang dikuasainya dengan gosip yang ada dalam bahasa tulis dan konteks situasi membaca.
Oleh lantaran itu, sanggup dikatakan bahwa membaca menuntut adanya interaksi aktif antara pikiran dengan bahasa pembaca dan antara pikiran dengan bahasa penulis yang dinyatakan dalam teks tertulis.
Membaca Cepat
Membaca cepat berdasarkan sabarti (1999) ialah salah satu jenis membaca yang bertujuan biar siswa bisa memahami isi bacaan dalam waktu yang relatif cepat. Dengan demikian, membaca cepat pada dasarnya sanggup dikatakan juga dengan membaca pemahaman, hanya saja dipercepat waktunya.
Artinya, tanpa mengabaikan aspek pemahaman isi bacaan secara tepat, siswa sanggup membaca suatu teks bacaan dalam waktu yang relatif singkat. Jadi, membaca cepat ialah salah satu bab dari membaca pemahaman yang pada dasarnya mengharapkan siswa sanggup membaca teks bacaan secara "cepat" dengan pemahaman isi yang tepat.
Teknik Membaca Cepat
Macam-macam teknik membaca cepat terbagi dua yaitu: skiming dan skaning. Skiming ialah teknik untuk mencari gagasan pokok atau hal-hal penting yang ada dalam bacaan. Orang yang sedang membaca skiming berarti tidak harus membaca kata demi kata.
Contoh skiming untuk mendapatkan gagasan utama dari sebuah buku teks sehingga sanggup memutuskan apakah buku tersebut mempunyai kegunaan dan perlu dibaca lebih pelan dan mendetail.
Jadi, Skiming bisa dilakukan apabila:
- Ingin mengenal topik bacaan
- Melakukan penyegaran akan yang pernah dibaca
- Mendapatkan bab penting dari suatu bacaan
- Sebagai penyegaran yang pernah dibaca
- Mempersiapkan sebelum memberikan ceramah
- dsb.
Skanning adalah teknik membaca untuk memahami gosip dari suatu bacaan. Teknik ini biasanya dilakukan kalau Anda telah mengetahui dengan niscaya gosip apa yang Anda cari sehingga berkonsentrasi mencari tanggapan yang spesifik. Tujuan membaca ini yaitu ingin mengetahui isi keseluruhan sebuah buku secara cepat dan menyeluruh, sementara waktu yang tersedia sangat terbatas.
Contoh: bila Anda menemukan buku yang menarik di perpustakaan. Sementara waktu Anda hanya 15 menit. Lalu buku itu Anda buka-buka secara keseluruhan dengan cepat ingin mengetahui isinya. Skaning sanggup dilakukan bila:
- Menemukan nomor tertentu pada direktori telepon.
- Mencari arti kata dalam kamus.
- Membaca daftar sajian makanan di rumah makan
- Membaca jadwal pelajaran
- dsb.
Membaca Sekilas
Menurut Tarigan (1991) membaca sekilas ialah sejenis membaca yang dengan cepat menciptakan pandangan mata kita bergerak melihat, memerhatikan materi tertulis untuk mencari serta mendapatkan informasi.
Dan semakin dipahami bila dikaitkan dengan pendapat Sudarso (1991) bahwa "membaca sekilas berarti mencari hal-hal penting dari bacaan itu, yaitu pandangan gres pokok dan detil yang penting".
Penulis :
Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd.
Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd.
Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.
Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed.
Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd
Belum ada Komentar untuk "✔ Ketrampilan Berbahasa Indonesia Di Sd"
Posting Komentar