✔ Teladan Pts Pengawas Sekolah
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika pada pada dasarnya ialah biar siswa mampu
memakai matematika yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dan membantu untuk mempelajari pengetahuan lain.
Dengan mencar ilmu matematika diharapkan siswa akan mempunyai kemampuan bernalar yang tercermin melalui kemampuan berfikir kritis, logis, sistematis dan mempunyai sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan sesuatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dengan mencar ilmu matematika siswa sanggup memanfaatkan matematika untuk komunikasi dan mengemukakan pendapat.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka guru matematika dalam proses pembelajaran idealnya harus bisa mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari akseptor didik. Tidak hanya sekedar akseptor didik sanggup mengerjakan soal tanpa mengetahui aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran matematika akseptor didik ialah subjek yang mempunyai kemampuan aktif mencari , mengolah, mengkonstruksi, dan memakai pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenan dengan kesempatan yang diberikan kepada akseptor didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya.
Hal ini menjadi tantangan pembelajaran matematika yang selama ini disinyalir telah terjebak dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada pewarisan ilmu dari pada perolehan aktif oleh akseptor didik.
Analisis hasil supervisi yang dilakukan penulis terhadap 20 orang guru yang mengajar matematika di Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota pada semester satu tahun pelajaran 2012/2013 memperlihatkan bahwa guru dalam proses pembelajaran matematika cenderung menerapkan tiga pendekatan yaitu: 1) pendekatan mekanistik , dimana guru memberi tahu akseptor didik ihwal suatu prinsip matematika dalam hal ini rumus dilanjutkan pemberian contoh penggunaan rumus sehabis itu guru memperlihatkan soal latihan sebanyak mungkin untuk dikerjakan akseptor didik dengan cita-cita rumus tersebut sanggup dipahami dan dipakai akseptor didik.
Pendekatan mekanistik tersebut proses pembelajaran cenderung terpisah dari konteksnya, pemberian rumus cenderung dari penerapannya dan terlihat kurang interaktif alasannya ialah didominasi pemberian informasi. 2) pendekatan empiristik , dimana akseptor didik ditugasi guru mengerjakan kiprah dalam rangka memahami suatu konsep atau prinsip matematika dengan cita-cita akseptor didik lebih gampang memahaminya.
Setelah itu guru berceramah untuk memberitahu konsep, prinsip yang dipelajarinya. Pendekatan empiristik ini di satu sisi memberi kesempatan terhadap akseptor didik untuk mencoba melaksanakan kegiatan memahami topik, namun kesimpulan yang diberikan oleh guru cenderung dalam bentuk jadi, artinya bukan akseptor didik yang menemukannya. 3) pendekatan strukturalis, dimana guru memperlihatkan akseptor didik ihwal mekanisme penyelesaian soal, kemudian melalui lembar kerja akseptor didik bersama kelompoknya melakukan mekanisme tersebut.
Dalam pendekatan strukturalis ini terlihat interaktif yang dilakukan akseptor didik, akan tetapi pengetahuan yang diberikan guru sudah bentuk jadi. Kalau dikelompokkan hasil supervisi terhadap 20 orang guru tersebut sanggup ditunjukkan oleh table berikut:
Tabel 1. Pendekatan pembejaran matematika semester 1 tahun pelajaran 2012/2013
Dari tabel di atas memperlihatkan dimana akseptor didik banyak terjebak dalam rutinitas mengerjakan soal, akseptor didik lebih banyak menghafal rumus dari pada kemampuan memakai rumus, dan umumnya siswa masih samar ihwal makna yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu guru matematika sebagian besar masih keliru dalam memilah jenis materi yang diajarkannya apakah berupa fakta, konsep, prinsip, atau prosedur.
Hal-hal ibarat diuraikan di atas tentu saja tidak diharapkan, alasannya ialah sanggup menjauhkan cita-cita tercapainya tujuan pembelajaran matematika ibarat yang dituntuntut kurikulum. hendaknya pengelolaan pembelajaran matematika di sekolah sanggup bermakna dan sanggup membuat akseptor didik bisa menerapkan pengetahuan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan pada bidang lain yang terkait.
Selain itu kegiatan pembelajaran matematika diharapkan bisa membuat akseptor didik berkembang daya nalarnya sehingga bisa berfikir kritis, logis, sistematis yang pada jadinya akseptor didik diharapkan sanggup memperlihatkan sikap obyektif, jujur dan disiplin. Untuk mengatasi problem ibarat dikemukakan di atas dikala ini terdapat beberapa model pembelajaran yang sanggup dijadikan alternativ untuk mengakibatkan matematika lebih menarik dan lebih gampang dipahami akseptor didik.
Salah satunya ialah pendekatan matematika realistik (Realistik Mathematics Education). Pembelajaran matematika realistik diyakini sanggup membantu akseptor didik untuk lebih gampang mencerna dan memahami materi matematika.
Hal tersebut sanggup dicapai alasannya ialah pembelajaran matematika realistik dikaitkan dengan realitas/dunia nyata , konstektual sehingga akseptor didik diberi kesempatan menemukan kembali (to reinvent) matematika melalui bimbingan guru, dan inovasi kembali idea atau konsep tersebut harus dimulai dari penjelajahan banyak sekali situasi dan problem dunia riil. ( Gravemeijer 1994 dalam Fauzan , 2002: 33 -35).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba membatu guru melalui sebuah tindakan yang diharapkan sanggup meningkatkan kemampuan mereka dalam menerapkan pendekatan matematika realistik dengan cita-cita tujuan pembelajaran matematika sanggup tercapai.
Dengan demikian penulis menindak lanjuti dengan penelitian yang diberi judul “ Peningkatan Kemanpuan Guru dalam Menerapkan Pendekatan Matematika Realistik Melalui Workshop Berkelanjutan di MGMP Matematika Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang kasus yang dikemukakan, maka kasus dalam penelitian ini sanggup dirumuskan sebagai berikut “Apakah Workshop Berkelanjutan sanggup meningkatkan Kemampuan Guru dalam menerapkan pembelajaran matematika Realistik di MGMP Matematika Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota ?
C. Tujuan Penelitian
PTS ini bertujuan untuk menguji manfaat workshop guna meningkatkan kemampuan guru matematika Sekolah Menengan Atas dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik di MGMP Matematika Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota. Lebih rinci tujuan Perguruan Tinggi Swasta ini ialah mendeskripsikan data-data bahwa workshop sanggup meningkatkan kemampuan guru matematika Sekolah Menengan Atas dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik di MGMP Matematika SMA Kabupaten Lima Puluh Kota.
D. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan Perguruan Tinggi Swasta ini , maka diharapkan sanggup memperlihatkan manfaat bagi pihak-pihak terkait, seperti:
1. Bagi peneliti, sumbangan pemikiran sebagai bentuk tindakan untuk meningkatkan kemampuan guru matematika Sekolah Menengan Atas dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik.
2. Guru-guru yang terlibat sebagai subjek penelitian mempunyai implikasi pribadi terhadap peningkatan kemampuan dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik di kelas.
3. Bagi siswa , adanya peningkatan hasil mencar ilmu siswa dengan peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Workshop Berkelanjutan
Workshop/pelatihan ialah suatu pertemuan ilmiah dalam bidang sejenis (pendidikan) untuk menghasilkan karya nyata (Badudu, 1988:403). Sedangkan berdasarkan Direktorat Tenaga Kependidikan dalam Modul Metode dan Teknik Supervisi (2008: 21) bahwa Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang sanggup ditempuh pengawas dalam melaksanakan supervisi manajerial. Metode tersebut bersifat kelompok dan sanggup melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah.
Penyelenggaraan lokakarya ini tentu diubahsuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan sanggup diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas sanggup mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop ihwal pengembangan KTSP, sistem administrasi, kiprah serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.
Dari kedua pengertian di atas, sanggup disimpulkan bahwa bahwa workshop merupakan suatu metode supervisi dalam rangka membina atau meningkatkan profesional guru, kepala sekolah atau organisasi lainnya dalam bentuk kelompok kerja.
Sesuai dengan uraian di atas maka yang dimaksud dalam penelitian ini workshop berkelanjutan merupakan suatu metode yang dilakukan peneliti guna meningkatkan kemampuan guru melalui pertemuan kelompok guru matematika Sekolah Menengan Atas secara dengan kegiatan presentasi, tanya jawab, diskusi, curah pendapat, dan penugasan yang dilaksanakan secara berkesinambungan ihwal penerapan pendekatan realistik, dimana guru terlibat/berperan aktif untuk berlatih. Waktu pelaksanaanya telah ditentukan sesuai dengan acara MGMP guru matematika Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota.
B. Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran matematika yang realistik dikenal dengan nama matematika kontekstual telah berkembang semenjak tahun 1970-an hingga kini ini. Di Belanda dikenal dengan nama RME (Realistic Mathematics Education). Di Amerika berkembang dengan nama CTL (Contextual Teaching Learning in Mathematics) atau CME (Contextual Mathematics Education).
Pembelajaran matematika realistik atau kontektual di dukung dengan dua alasan pertama, pembelajaran matematika mekanistik yaitu pembelajaran matematika yang berfokus pada mekanisme penyelesaian soal belum sepenuhnya sanggup disingkirkan. Ke dua, Pembelajaran matematika realistik berlandaskan pada paham bahwa matematika merupakan kegiatan insan sehingga teori pembelajaran matematika bukanlah teori yang mandeg. (Suryanto, 2001: 2).
Pembelajaran mapat datematika relistik pada dasarnya ialah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami akseptor didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pembelajaran matematika secara lebih baik dari pada sebelumnya. yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kasatmata yang sanggup diamati atau dipahami akseptor didik lewat membayangkan , sedangkan yang dimaksud lingkungan ialah lingkungan daerah akseptor didik berada, baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang sanggup dipahami akseptor didik.
Lingkungan juga sanggup diartikan kehidupan sehari-hari akseptor didik. Pembelajaran matematika realistik memakai kasus konstektual sebgai titik tolak dalam mencar ilmu matematika. Oleh alasannya ialah itu bersifat kontekstual dilingkungan akseptor didik belum tentu konstektual di daerah lain. Dalam pembelajaran matematika kasus yang disajikan kepada akseptor didik semestinya sanggup diselesaikan akseptor didik dengan pengalamannya yang dimilikinya.
C. Prinsip Pembelajaran Matematika Realistik
Ada tiga prinsip utama dalam pembelajaran matematika realistik yaitu:
1. Prinsip inovasi kembali terbimbing
Dalam pembelajaran matematika kasus konstektual yang diberikan oleh guru di awal pembelajaran dalam penyelesaiannya akseptor didik diarahkan dan diberi bimbingan, sehinga akseptor didik sanggup menemukan kembali konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika. Prinsip inovasi kembali ini menyatakan bahwa pengetahuan tidak ditransfer atau diajarkan ke pada akseptor didik , melainkan akseptor didik sendirilah yang harus mengkontruksi (membangun) sendiri pengetahuan itu melalui kegiatan aktif dalam belajar.
2. Prinsip fenomena pembelajaran
Prinsip ini menekankan pentingnya kasus konstektual dalam pembelajaran matematika untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada akseptor didik. Guru hendaknya mempertimbangkan aspek kecocokan kasus konstektual yang dipilih untuk disajikan dengan topik matematika yang diajarkan , konsep, prinsip, rumus dan mekanisme matematika yang akan ditemukan kembali oleh akseptor didik.
3. Prinsip model-model di bangkit sendiri
Prinsip ini menekankan bahwa model-model yang dibangun berfungsi sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Dalam menuntaskan kasus konstektual akseptor didik diberi kebebasan untuk membangun sendiri model matematika terkait dengan kasus konstektual yang dipecahkan. Sebagai konsekuensi kebebasan yang diberikan akan muncul banyak sekali model yang dibangun akseptor didik.
D. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika Realistik
Berdasarkan prinsip dan karakteristik model pembelajaran RME maka ada beberapa ciri-ciri dari pendekatan pembelajaran matematika realistik, yakni:
1. Pembelajaran dirancang berawal dari pemecahan kasus yang ada disekitar akseptor didik dan berbasis pengalaman yang telah dimiliki akseptor didik, sehingga mereka tertarik secara pribadi terhadap acara matematika yang bermakna;
2. Urutan pembelajaran haruslah menghadirkan suatu acara dimana akseptor didik membuat dan mengelaborasi model-model simbolik dak acara matematika mereka secara formal, contohnya menggambar, membuat diagram, membuat table, atau menggambar notasi informal;
3. Pembelajaran matematika tidak mementingkan langkah-langkah procedural (allogaritna) serta keterampilan;
4. Memberi penitikberatan pada pemahaman konsep dan pemecahan masalah;
5. Peserta didik mengalami proses pembelajaran secara bermakna dan memahami matematika dengan penalaran;
6. Peserta didik mencar ilmu matematika dengan pemahaman secara aktif membangun pengetahuan gres dari pengalaman dari pengetahuan awal;
7. Dalam pembelajaran akseptor didik dilatih untuk mengikuti pola kerja , intuisi, coba-salah-dugaan, spekulasi hasil;
8. Terdapat interaksi yang berpengaruh antara akseptor didik yang satu dengan akseptor didik lainnya;
9. Terdapat interaksi yang berpengaruh antara siswa yang seimbang antara matematisasi horizontal dan matematika vertical. (Nur, 2000:8)
E. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik
Terdapat kelebihan atau kekuatan dari pembelajaran matematika relaistik yaitu:
1. Pembelajaran matematika realistik memperlihatkan pengertian yang terperinci kepada akseptor didik tenatang kehidupan sehari-hari dan kegunaannya bagi manusia;
2. Pembelajaran matematika realistik memperlihatkan pengertian yang terperinci kepada akseptor didik cara penyelesaikan suatu soal atau kasus tidak harus sama dan tidak sama satu dengan yang lainnya;
3. Pembelajaran matematika realistik memperlihatkan pengertian yang terperinci kepada akseptor didik dimana matematika ialah suatu bidang kajian yang dikontruksi dan dikembangkan sendiri oleh akseptor didik;
4. Pembelajaran matematika realistik mengutamakan dimana akseptor didik harus melaksanakan proses dan berusaha menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan derma guru. (Suarsono, 2005:5)
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran matematika realistik ialah :
1. Tidak gampang untuk mengubah pandangan yang fundamental ihwal banyak sekali hal misalnya, siswa, guru dan peranan social atau kasus konstektual;
2. Tidak gampang bagi guru untuk mendorong akseptor didik biar bisa menemukan banyak sekali cara dalam menuntaskan soal atau kasus matematika;
3. Guru mengalami kesulitan untuk memberi banatuan kepada siswa biar sanggup melaksanakan inovasi kembali konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang akan dibelajarkan;
4. Tidak gampang bagi guru untuk mencari soal-soal yang konstektual yang terkait dengan materi yang disajikan.
F. Kerangka Konseptual
Penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan peneliti diharapkan dapat membantu guru dalam meningkatkan kemampuan menerapkan pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran matematika. Model penelitian tindakan sekolah (PTS) menempuh langkah perencanaan tindakan – pelaksanaan tindakan – observasi/pengamatan – refleksi dilakukan secara siklik sebanyak dua siklus. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan sketsa berikut.
C. Hipotesis Tindakan
Sebagai tanggapan sementara sehubungan dengan kasus yang dirumuskan di atas maka dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Melalui workshop berkelanjutan di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) matematika Sekolah Menengan Atas sanggup meningkatkan kemampuan guru dalam memahami teori dan perencanaan pendekatan matematika realistik;
2. Melalui workshop berkelanjutan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) matematika Sekolah Menengan Atas sanggup meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik di kelas.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan melalui workshop berkelanjutan di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sekolah Menengan Atas untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik dengan bentuk Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Perguruan Tinggi Swasta ini merupakan bentuk penelitian yang dilaksanakan pribadi oleh pengawas terhadap guru akseptor MGMP matematika Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota.
Penelitian ini dilakukan sendiri oleh peneliti jadi bukan penelitian “ collaborative action research” dengan memakai siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan MC. Toggart (1988).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah pelaksanaan Musyawarah Guru Matapelajaran Matematika tingkat Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu Gedung TC Payakumbuh sebanyak 2 siklus. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan acara MGMP Matematika yaitu setiap hari kamis dengan frekuensi tiga kali dalam satu bulan dengan rincian sebagai berikut:
Dasar pemilihan waktu dan daerah ialah komitmen dari anggota MGMP Sekolah Menengan Atas yang telah berlaku semenjak tiga tahun terakhir, hal tersebut menjadi faktor yang memudahkan penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.
C. Subjek Penelitian
Penelitian peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tuntas melalui workshop dilakukan pada guru akseptor MGMP matematika SMA Kabupaten Lima Puluh Kota sebanyak 24 orang. Adapun Dasar pengambilan subjek penelitian ini didasarkan kepada:
a. Dapat dilaksanakan terhadap guru yang berasal dari semua Sekolah Menengan Atas Negeri yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota sehingga informasi yang diperoleh dari MGMP akan gampang diperoleh guru-guru lain yang tidak ikut MGMP
b. Memudahkan peneliti untuk mengumpulkan subjek penelitian, alasannya ialah MGMP Matematika Sekolah Menengan Atas aktif dalam melaksanakan kegiatan tiga kali dalam satu bulan setiap hari Kamis pada Minggu ke dua, ke tiga dan keempat bulan tersebut.
c. Ditinjau dari segi jarak peneliti ke daerah MGMP matematika Sekolah Menengan Atas cukup bersahabat sehingga memudahkan untuk melaksanakan penelitian ini
Adapun subjek penelitian yang diambil seperti ditunjukkan tabel berikut.
Tabel 3. Jumlah Subjek Penelitian Tindakan Sekolah
Sikulus I
1. Perencanaan tindakan
a. Menyusun Panduan Pelaksanaan Workshop sebagi teladan bagi seluruh akseptor MGMP Matematika Sekolah Menengan Atas sehingga menerima informasi yang sama ihwal pelaksanaan penelitian.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Workshop (RPW) yang berisi Standar Kompetensi dan Indikator yang akan dicapai, materi, metode, langkah-langkah pelaksanaan setiap siklus dan bahan/alat yang dipakai peneliti;
c. Menyiapkan materi workshop dalam bentuk powerpoint
d. Menyiapkan sarana pendukung, ibarat format pengamatan atau lembar observasi,dan catatan lainnya.
e. Koordinasi dan informasi kepada ketua MGMP Matematika Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Peneliti melaksanakan pertemuan dengan akseptor Musyarah Guru Mata Pelajaran matematika Sekolah Menengan Atas di daerah kegiatan , untuk menginformasikan planning penelitian , materi workshop dan acara pelaksanaan
b. Peneliti memperlihatkan klarifikasi materi dengan power point yang telah disiapkan.
c. Peneliti memperlihatkan kesempatan pada guru untuk bertanya terhadap hal-hal yang belum sanggup dipahami secara baik sebelum dimulai latihan,
d. Peneliti memperlihatkan latihan yang telah disiapkan sebelumnya dan dikerjakan secara berkelompok oleh akseptor MGMP;
e. Peneliti memperlihatkan bimbingan terhadap akseptor MGMP baik secara kelompok maupun secara individu dikelompoknya;
f. Peneliti memperlihatkan sebuah test diakhir pertemuan dan mengumpulkan hasil kerja/ latihan.
3. Observasi dan evaluasi
a. Melakukan rekaman (pengamatan) terhadap sikap yang ditampilkan guru selama kegiatan,
b. Melakukan penilaian terhadap keaktifan akseptor selama kegiatan berlangsung,
c. Melakukan penilaian terhadap kegiatan kelompok berdasarkan hasil pengamatan,
4. Refleksi
a. Mencermati dan merenungkan hasil-hasil yang dilaksanakan pada setiap pertemuan dan tiap siklus;
b. Merumuskan hal-hal yang telah atau belum dilakukan peneliti dan akseptor MGMP;
c. Merumuskan hal-hal yang telah atau belum tercapai sehabis dilakukan tindakan;
d. Merumuskan apa yang perlu dilakukan selanjutnya dan bagaimana melakukannya.
Siklus II
Dalam siklus II ini , peneliti akan melaksanakan perbaikan dan penyempurnaan planning dan kegiatan kelompok berdasarkan hasi refleksi siklus I. Khususnya hal-hal yang belum terealisasi atau yang masih kurang tepat adapun langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1. Perencanaan tindakan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus ke II maka kegiatan yang dilaksanakan:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Workshop (RPW) yang berisi Standar Kompetensi dan Indikator yang akan dicapai, materi, metode, langkah-langkah pelaksanaan setiap siklus dan bahan/alat yang dipakai peneliti;
b. Menyiapkan materi workshop dalam bentuk powerpoint
c. Menyiapkan sarana pendukung, ibarat format pengamatan atau lembar observasi,dan catatan lainnya.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Peneliti melaksanakan pertemuan dengan akseptor Musyarah Guru Mata Pelajaran matematika Sekolah Menengan Atas di daerah kegiatan untuk kelanjutan siklus ke II.
b. Peneliti memperlihatkan klarifikasi materi dengan power point yang telah disiapkan
.
c. Peneliti memperlihatkan kesempatan pada guru untuk bertanya terhadap hal-hal yang belum sanggup dipahami secara baik sebelum dimulai latihan,
d. Peneliti memperlihatkan latihan yang telah disiapkan sebelumnya dan dikerjakan secara berkelompok oleh akseptor MGMP;
e. Peneliti memperlihatkan bimbingan terhadap akseptor MGMP baik secara kelompok maupun secara individu dikelompoknya;
f. Peneliti memperlihatkan sebuah test diakhir pertemuan dan mengumpulkan hasil kerja/ latihan.
3. Observasi dan evaluasi
a. Melakukan rekaman (pengamatan) terhadap sikap yang ditampilkan guru selama kegiatan,
b. Melakukan penilaian terhadap keaktifan akseptor selama kegiatan berlangsung,
c. Melakukan penilaian terhadap kegiatan kelompok berdasarkan hasil pengamatan,
5. Refleksi
a. Mencermati dan merenungkan hasil-hasil yang dilaksanakan pada setiap pertemuan pada siklus II;
b. Merumuskan hal-hal yang telah atau belum dilakukan peneliti dan akseptor MGMP;
c. Merumuskan hal-hal yang telah atau belum tercapai sehabis dilakukan tindakan;
d. Merumuskan apa yang perlu dilakukan selanjutnya dan bagaimana melakukannya.
Siklus III
Dalam siklus III , peneliti akan melaksanakan perbaikan dan penyempurnaan planning dan kegiatan kelompok berdasarkan hasi refleksi siklus II. Khususnya hal-hal yang belum terealisasi atau yang masih kurang sempurna. Akan tetapi bila pada siklus II indikator pencapaian telah tercapai, maka siklus III tidak diharapkan lagi. Artinya penelitian ini dilaksanakan hingga siklus II.
E. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan peningkatan kemampuan guru melalui kegiatan workshop ditandai beberapa hal, ibarat berikut:
1. 75 % akseptor Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika SMA telah memahami pengertian, tujuan, prinsip, langkah-langkah dan kelemahan-kelebihan pendekatan matematika realistik;
2. 75 % akseptor Musyarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) matematika Sekolah Menengan Atas sanggup mennyusun rencana, menerapkan pendekatan matematika realistik
3. 75% akseptor Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika Sekolah Menengan Atas aktif dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan workshop.
F. Instrumen /Alat Pengumpul Data Penelitian
Data yang diharapkan dalam penelitian ini sesuai dengan aspek yang akan diungkapkan, diamati atau diketahui, ibarat data ihwal aktifitas, motivasi dan kemampuan guru merencanakan dan menerapkan pembelajaran matematika realistik .
a. Data ihwal kemampuan guru dalam memahami konsep, tujuan, prinsip, langkah-langkah, dilakukan melalui obervasi ihwal hasil kegiatan individual dan kelompok;
b. Data ihwal kemampuan guru, untuk membuat planning pelaksanaan pembelajaran matematika realistik dilakukan dengan mengobservasi dan dukomentasi;
c. Data ihwal kemampuan guru untuk melaksanakan pendekatan matematika realistik laksanakan dengan observasi,
d. Data ihwal motivasi dan acara guru dalam mengikuti/melaksanakan tindakan dilakukan dengan cara observasi dan Tanya jawab,
e. Catatan-catatan
Lembaran untuk mencatat informasi kuantitatif yang terjadi terkait dengan tindakan. Misalnya prilaku spesifik yang sanggup menjadi petunjuk adanya permasalahan atau kesulitan yang ditemui, situasi positif atau negatif untuk perbaikan pada siklus berikutnya
f. Tes hasil belajar
Tes diberikan setiap selesai satu siklus, untuk melihat sejauh kemampuan guru terhadap penguasaan materi terkait dengan pembelajaran matematika realistik.
:
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan.
1. Reduksi data
Reduksi data dilakukan melalui seleksi, pengelompokan dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi yang bermakna,
2. Paparan data
Paparan data dilakukan dalam upaya menampilkan data secara terperinci dan gampang dipahami dalam bentuk paparan naratif, dan dalam bentuk lainnya,
3. Penyimpulan
Pengambilan inti sari dari sajian data yang telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat dan bermakna.
Data dari lembaran pengamatan maupun hasil tes dalam bentuk persentase dengan rumus
NP = SP x 100 %
SI
NP = Nilai dalam Persentase
SP = Skor Perolehan
SI = Skor Ideal
Persentase ketuntasan pada setiap indikator pencapaian dan seluruhnya indikator pencapaian secara klasikal dihitung dengan rumus :
NP = %
NP = Nilai dalam Persen
ST = Jumlah siswa yang tuntas
N = Jumlah siswa seluruhnya
(Purwanto, 2001)
Untuk Bab IV dan VI Klik DISINI
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika pada pada dasarnya ialah biar siswa mampu
memakai matematika yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari dan membantu untuk mempelajari pengetahuan lain.
Dengan mencar ilmu matematika diharapkan siswa akan mempunyai kemampuan bernalar yang tercermin melalui kemampuan berfikir kritis, logis, sistematis dan mempunyai sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan sesuatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain atau dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dengan mencar ilmu matematika siswa sanggup memanfaatkan matematika untuk komunikasi dan mengemukakan pendapat.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka guru matematika dalam proses pembelajaran idealnya harus bisa mengaitkan matematika dengan kehidupan sehari-hari akseptor didik. Tidak hanya sekedar akseptor didik sanggup mengerjakan soal tanpa mengetahui aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran matematika akseptor didik ialah subjek yang mempunyai kemampuan aktif mencari , mengolah, mengkonstruksi, dan memakai pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenan dengan kesempatan yang diberikan kepada akseptor didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya.
Hal ini menjadi tantangan pembelajaran matematika yang selama ini disinyalir telah terjebak dalam pembelajaran yang lebih menekankan pada pewarisan ilmu dari pada perolehan aktif oleh akseptor didik.
Analisis hasil supervisi yang dilakukan penulis terhadap 20 orang guru yang mengajar matematika di Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota pada semester satu tahun pelajaran 2012/2013 memperlihatkan bahwa guru dalam proses pembelajaran matematika cenderung menerapkan tiga pendekatan yaitu: 1) pendekatan mekanistik , dimana guru memberi tahu akseptor didik ihwal suatu prinsip matematika dalam hal ini rumus dilanjutkan pemberian contoh penggunaan rumus sehabis itu guru memperlihatkan soal latihan sebanyak mungkin untuk dikerjakan akseptor didik dengan cita-cita rumus tersebut sanggup dipahami dan dipakai akseptor didik.
Pendekatan mekanistik tersebut proses pembelajaran cenderung terpisah dari konteksnya, pemberian rumus cenderung dari penerapannya dan terlihat kurang interaktif alasannya ialah didominasi pemberian informasi. 2) pendekatan empiristik , dimana akseptor didik ditugasi guru mengerjakan kiprah dalam rangka memahami suatu konsep atau prinsip matematika dengan cita-cita akseptor didik lebih gampang memahaminya.
Setelah itu guru berceramah untuk memberitahu konsep, prinsip yang dipelajarinya. Pendekatan empiristik ini di satu sisi memberi kesempatan terhadap akseptor didik untuk mencoba melaksanakan kegiatan memahami topik, namun kesimpulan yang diberikan oleh guru cenderung dalam bentuk jadi, artinya bukan akseptor didik yang menemukannya. 3) pendekatan strukturalis, dimana guru memperlihatkan akseptor didik ihwal mekanisme penyelesaian soal, kemudian melalui lembar kerja akseptor didik bersama kelompoknya melakukan mekanisme tersebut.
Dalam pendekatan strukturalis ini terlihat interaktif yang dilakukan akseptor didik, akan tetapi pengetahuan yang diberikan guru sudah bentuk jadi. Kalau dikelompokkan hasil supervisi terhadap 20 orang guru tersebut sanggup ditunjukkan oleh table berikut:
Tabel 1. Pendekatan pembejaran matematika semester 1 tahun pelajaran 2012/2013
Jenis Pendekatan matematika yang diterapkan | Jumlah guru | Persentasi |
Pendekatan mekanistik | 12 | 60% |
Pendekatan empiristik | 3 | 15% |
Pendekatan strukturalis | 5 | 25% |
Pendekatan Realistik | 0 | 0 % |
Sumber : Hasil supervisi terhadap proses pembelajaran matematika semester I tahun pelajaran 2012/2013
Dari tabel di atas memperlihatkan dimana akseptor didik banyak terjebak dalam rutinitas mengerjakan soal, akseptor didik lebih banyak menghafal rumus dari pada kemampuan memakai rumus, dan umumnya siswa masih samar ihwal makna yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu guru matematika sebagian besar masih keliru dalam memilah jenis materi yang diajarkannya apakah berupa fakta, konsep, prinsip, atau prosedur.
Hal-hal ibarat diuraikan di atas tentu saja tidak diharapkan, alasannya ialah sanggup menjauhkan cita-cita tercapainya tujuan pembelajaran matematika ibarat yang dituntuntut kurikulum. hendaknya pengelolaan pembelajaran matematika di sekolah sanggup bermakna dan sanggup membuat akseptor didik bisa menerapkan pengetahuan matematika dalam kehidupan sehari-hari dan pada bidang lain yang terkait.
Selain itu kegiatan pembelajaran matematika diharapkan bisa membuat akseptor didik berkembang daya nalarnya sehingga bisa berfikir kritis, logis, sistematis yang pada jadinya akseptor didik diharapkan sanggup memperlihatkan sikap obyektif, jujur dan disiplin. Untuk mengatasi problem ibarat dikemukakan di atas dikala ini terdapat beberapa model pembelajaran yang sanggup dijadikan alternativ untuk mengakibatkan matematika lebih menarik dan lebih gampang dipahami akseptor didik.
Salah satunya ialah pendekatan matematika realistik (Realistik Mathematics Education). Pembelajaran matematika realistik diyakini sanggup membantu akseptor didik untuk lebih gampang mencerna dan memahami materi matematika.
Hal tersebut sanggup dicapai alasannya ialah pembelajaran matematika realistik dikaitkan dengan realitas/dunia nyata , konstektual sehingga akseptor didik diberi kesempatan menemukan kembali (to reinvent) matematika melalui bimbingan guru, dan inovasi kembali idea atau konsep tersebut harus dimulai dari penjelajahan banyak sekali situasi dan problem dunia riil. ( Gravemeijer 1994 dalam Fauzan , 2002: 33 -35).
Berdasarkan uraian di atas maka penulis mencoba membatu guru melalui sebuah tindakan yang diharapkan sanggup meningkatkan kemampuan mereka dalam menerapkan pendekatan matematika realistik dengan cita-cita tujuan pembelajaran matematika sanggup tercapai.
Dengan demikian penulis menindak lanjuti dengan penelitian yang diberi judul “ Peningkatan Kemanpuan Guru dalam Menerapkan Pendekatan Matematika Realistik Melalui Workshop Berkelanjutan di MGMP Matematika Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota”
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang kasus yang dikemukakan, maka kasus dalam penelitian ini sanggup dirumuskan sebagai berikut “Apakah Workshop Berkelanjutan sanggup meningkatkan Kemampuan Guru dalam menerapkan pembelajaran matematika Realistik di MGMP Matematika Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota ?
C. Tujuan Penelitian
PTS ini bertujuan untuk menguji manfaat workshop guna meningkatkan kemampuan guru matematika Sekolah Menengan Atas dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik di MGMP Matematika Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota. Lebih rinci tujuan Perguruan Tinggi Swasta ini ialah mendeskripsikan data-data bahwa workshop sanggup meningkatkan kemampuan guru matematika Sekolah Menengan Atas dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik di MGMP Matematika SMA Kabupaten Lima Puluh Kota.
D. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan Perguruan Tinggi Swasta ini , maka diharapkan sanggup memperlihatkan manfaat bagi pihak-pihak terkait, seperti:
1. Bagi peneliti, sumbangan pemikiran sebagai bentuk tindakan untuk meningkatkan kemampuan guru matematika Sekolah Menengan Atas dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik.
2. Guru-guru yang terlibat sebagai subjek penelitian mempunyai implikasi pribadi terhadap peningkatan kemampuan dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik di kelas.
3. Bagi siswa , adanya peningkatan hasil mencar ilmu siswa dengan peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Workshop Berkelanjutan
Workshop/pelatihan ialah suatu pertemuan ilmiah dalam bidang sejenis (pendidikan) untuk menghasilkan karya nyata (Badudu, 1988:403). Sedangkan berdasarkan Direktorat Tenaga Kependidikan dalam Modul Metode dan Teknik Supervisi (2008: 21) bahwa Workshop atau lokakarya merupakan salah satu metode yang sanggup ditempuh pengawas dalam melaksanakan supervisi manajerial. Metode tersebut bersifat kelompok dan sanggup melibatkan beberapa kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan/atau perwakilan komite sekolah.
Penyelenggaraan lokakarya ini tentu diubahsuaikan dengan tujuan atau urgensinya, dan sanggup diselenggarakan bersama dengan Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau organisasi sejenis lainnya. Sebagai contoh, pengawas sanggup mengambil inisiatif untuk mengadakan workshop ihwal pengembangan KTSP, sistem administrasi, kiprah serta masyarakat, sistem penilaian dan sebagainya.
Dari kedua pengertian di atas, sanggup disimpulkan bahwa bahwa workshop merupakan suatu metode supervisi dalam rangka membina atau meningkatkan profesional guru, kepala sekolah atau organisasi lainnya dalam bentuk kelompok kerja.
Sesuai dengan uraian di atas maka yang dimaksud dalam penelitian ini workshop berkelanjutan merupakan suatu metode yang dilakukan peneliti guna meningkatkan kemampuan guru melalui pertemuan kelompok guru matematika Sekolah Menengan Atas secara dengan kegiatan presentasi, tanya jawab, diskusi, curah pendapat, dan penugasan yang dilaksanakan secara berkesinambungan ihwal penerapan pendekatan realistik, dimana guru terlibat/berperan aktif untuk berlatih. Waktu pelaksanaanya telah ditentukan sesuai dengan acara MGMP guru matematika Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota.
B. Pengertian Pembelajaran Matematika Realistik
Pembelajaran matematika yang realistik dikenal dengan nama matematika kontekstual telah berkembang semenjak tahun 1970-an hingga kini ini. Di Belanda dikenal dengan nama RME (Realistic Mathematics Education). Di Amerika berkembang dengan nama CTL (Contextual Teaching Learning in Mathematics) atau CME (Contextual Mathematics Education).
Pembelajaran matematika realistik atau kontektual di dukung dengan dua alasan pertama, pembelajaran matematika mekanistik yaitu pembelajaran matematika yang berfokus pada mekanisme penyelesaian soal belum sepenuhnya sanggup disingkirkan. Ke dua, Pembelajaran matematika realistik berlandaskan pada paham bahwa matematika merupakan kegiatan insan sehingga teori pembelajaran matematika bukanlah teori yang mandeg. (Suryanto, 2001: 2).
Pembelajaran mapat datematika relistik pada dasarnya ialah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami akseptor didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika, sehingga mencapai tujuan pembelajaran matematika secara lebih baik dari pada sebelumnya. yang dimaksud dengan realita yaitu hal-hal yang nyata atau kasatmata yang sanggup diamati atau dipahami akseptor didik lewat membayangkan , sedangkan yang dimaksud lingkungan ialah lingkungan daerah akseptor didik berada, baik lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat yang sanggup dipahami akseptor didik.
Lingkungan juga sanggup diartikan kehidupan sehari-hari akseptor didik. Pembelajaran matematika realistik memakai kasus konstektual sebgai titik tolak dalam mencar ilmu matematika. Oleh alasannya ialah itu bersifat kontekstual dilingkungan akseptor didik belum tentu konstektual di daerah lain. Dalam pembelajaran matematika kasus yang disajikan kepada akseptor didik semestinya sanggup diselesaikan akseptor didik dengan pengalamannya yang dimilikinya.
C. Prinsip Pembelajaran Matematika Realistik
Ada tiga prinsip utama dalam pembelajaran matematika realistik yaitu:
1. Prinsip inovasi kembali terbimbing
Dalam pembelajaran matematika kasus konstektual yang diberikan oleh guru di awal pembelajaran dalam penyelesaiannya akseptor didik diarahkan dan diberi bimbingan, sehinga akseptor didik sanggup menemukan kembali konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika. Prinsip inovasi kembali ini menyatakan bahwa pengetahuan tidak ditransfer atau diajarkan ke pada akseptor didik , melainkan akseptor didik sendirilah yang harus mengkontruksi (membangun) sendiri pengetahuan itu melalui kegiatan aktif dalam belajar.
2. Prinsip fenomena pembelajaran
Prinsip ini menekankan pentingnya kasus konstektual dalam pembelajaran matematika untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada akseptor didik. Guru hendaknya mempertimbangkan aspek kecocokan kasus konstektual yang dipilih untuk disajikan dengan topik matematika yang diajarkan , konsep, prinsip, rumus dan mekanisme matematika yang akan ditemukan kembali oleh akseptor didik.
3. Prinsip model-model di bangkit sendiri
Prinsip ini menekankan bahwa model-model yang dibangun berfungsi sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Dalam menuntaskan kasus konstektual akseptor didik diberi kebebasan untuk membangun sendiri model matematika terkait dengan kasus konstektual yang dipecahkan. Sebagai konsekuensi kebebasan yang diberikan akan muncul banyak sekali model yang dibangun akseptor didik.
D. Ciri-ciri Pembelajaran Matematika Realistik
Berdasarkan prinsip dan karakteristik model pembelajaran RME maka ada beberapa ciri-ciri dari pendekatan pembelajaran matematika realistik, yakni:
1. Pembelajaran dirancang berawal dari pemecahan kasus yang ada disekitar akseptor didik dan berbasis pengalaman yang telah dimiliki akseptor didik, sehingga mereka tertarik secara pribadi terhadap acara matematika yang bermakna;
2. Urutan pembelajaran haruslah menghadirkan suatu acara dimana akseptor didik membuat dan mengelaborasi model-model simbolik dak acara matematika mereka secara formal, contohnya menggambar, membuat diagram, membuat table, atau menggambar notasi informal;
3. Pembelajaran matematika tidak mementingkan langkah-langkah procedural (allogaritna) serta keterampilan;
4. Memberi penitikberatan pada pemahaman konsep dan pemecahan masalah;
5. Peserta didik mengalami proses pembelajaran secara bermakna dan memahami matematika dengan penalaran;
6. Peserta didik mencar ilmu matematika dengan pemahaman secara aktif membangun pengetahuan gres dari pengalaman dari pengetahuan awal;
7. Dalam pembelajaran akseptor didik dilatih untuk mengikuti pola kerja , intuisi, coba-salah-dugaan, spekulasi hasil;
8. Terdapat interaksi yang berpengaruh antara akseptor didik yang satu dengan akseptor didik lainnya;
9. Terdapat interaksi yang berpengaruh antara siswa yang seimbang antara matematisasi horizontal dan matematika vertical. (Nur, 2000:8)
E. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Matematika Realistik
Terdapat kelebihan atau kekuatan dari pembelajaran matematika relaistik yaitu:
1. Pembelajaran matematika realistik memperlihatkan pengertian yang terperinci kepada akseptor didik tenatang kehidupan sehari-hari dan kegunaannya bagi manusia;
2. Pembelajaran matematika realistik memperlihatkan pengertian yang terperinci kepada akseptor didik cara penyelesaikan suatu soal atau kasus tidak harus sama dan tidak sama satu dengan yang lainnya;
3. Pembelajaran matematika realistik memperlihatkan pengertian yang terperinci kepada akseptor didik dimana matematika ialah suatu bidang kajian yang dikontruksi dan dikembangkan sendiri oleh akseptor didik;
4. Pembelajaran matematika realistik mengutamakan dimana akseptor didik harus melaksanakan proses dan berusaha menemukan sendiri konsep-konsep matematika dengan derma guru. (Suarsono, 2005:5)
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran matematika realistik ialah :
1. Tidak gampang untuk mengubah pandangan yang fundamental ihwal banyak sekali hal misalnya, siswa, guru dan peranan social atau kasus konstektual;
2. Tidak gampang bagi guru untuk mendorong akseptor didik biar bisa menemukan banyak sekali cara dalam menuntaskan soal atau kasus matematika;
3. Guru mengalami kesulitan untuk memberi banatuan kepada siswa biar sanggup melaksanakan inovasi kembali konsep-konsep atau prinsip-prinsip matematika yang akan dibelajarkan;
4. Tidak gampang bagi guru untuk mencari soal-soal yang konstektual yang terkait dengan materi yang disajikan.
F. Kerangka Konseptual
Penelitian tindakan sekolah yang dilaksanakan peneliti diharapkan dapat membantu guru dalam meningkatkan kemampuan menerapkan pendekatan matematika realistik dalam pembelajaran matematika. Model penelitian tindakan sekolah (PTS) menempuh langkah perencanaan tindakan – pelaksanaan tindakan – observasi/pengamatan – refleksi dilakukan secara siklik sebanyak dua siklus. Untuk lebih jelasnya ditunjukkan sketsa berikut.
C. Hipotesis Tindakan
Sebagai tanggapan sementara sehubungan dengan kasus yang dirumuskan di atas maka dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut :
1. Melalui workshop berkelanjutan di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) matematika Sekolah Menengan Atas sanggup meningkatkan kemampuan guru dalam memahami teori dan perencanaan pendekatan matematika realistik;
2. Melalui workshop berkelanjutan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) matematika Sekolah Menengan Atas sanggup meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik di kelas.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan melalui workshop berkelanjutan di Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sekolah Menengan Atas untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran matematika realistik dengan bentuk Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Perguruan Tinggi Swasta ini merupakan bentuk penelitian yang dilaksanakan pribadi oleh pengawas terhadap guru akseptor MGMP matematika Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota.
Penelitian ini dilakukan sendiri oleh peneliti jadi bukan penelitian “ collaborative action research” dengan memakai siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan MC. Toggart (1988).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di daerah pelaksanaan Musyawarah Guru Matapelajaran Matematika tingkat Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota yaitu Gedung TC Payakumbuh sebanyak 2 siklus. Sedangkan waktu pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan acara MGMP Matematika yaitu setiap hari kamis dengan frekuensi tiga kali dalam satu bulan dengan rincian sebagai berikut:
Siklus | Pertemuan | Jadwal | Waktu | Tempat |
I | 1 | Kamis, 13 September 2012 | 8.00-12.00 | Gedung TC Payakumbuh |
2 | Kamis, 20 September 2012 | 8.00-12.00 | ||
3 | Kamis, 27 September 2012 | 8.00-12.00 | ||
II | 1 | Kamis, 11 Oktober 2012 | 8.00-12.00 | Gedung TC Payakumbuh |
2 | Kamis, 18 Oktober 2012 | 8.00-12.00 | ||
3 | Kamis, 25 Oktober 2012 | 8.00-12.00 |
Dasar pemilihan waktu dan daerah ialah komitmen dari anggota MGMP Sekolah Menengan Atas yang telah berlaku semenjak tiga tahun terakhir, hal tersebut menjadi faktor yang memudahkan penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.
C. Subjek Penelitian
Penelitian peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran tuntas melalui workshop dilakukan pada guru akseptor MGMP matematika SMA Kabupaten Lima Puluh Kota sebanyak 24 orang. Adapun Dasar pengambilan subjek penelitian ini didasarkan kepada:
a. Dapat dilaksanakan terhadap guru yang berasal dari semua Sekolah Menengan Atas Negeri yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota sehingga informasi yang diperoleh dari MGMP akan gampang diperoleh guru-guru lain yang tidak ikut MGMP
b. Memudahkan peneliti untuk mengumpulkan subjek penelitian, alasannya ialah MGMP Matematika Sekolah Menengan Atas aktif dalam melaksanakan kegiatan tiga kali dalam satu bulan setiap hari Kamis pada Minggu ke dua, ke tiga dan keempat bulan tersebut.
c. Ditinjau dari segi jarak peneliti ke daerah MGMP matematika Sekolah Menengan Atas cukup bersahabat sehingga memudahkan untuk melaksanakan penelitian ini
Adapun subjek penelitian yang diambil seperti ditunjukkan tabel berikut.
Tabel 3. Jumlah Subjek Penelitian Tindakan Sekolah
NO | Mengajar pada Kelas | Peserta Menurut Tingkat Kelas (orang) | Jumlah | |
Laki-laki | Perempuan | |||
1. | X | 3 | 6 | 9 |
2. | XI | 3 | 4 | 7 |
3. | XII | 2 | 6 | 8 |
Jumlah | 8 | 16 | 24 |
D. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian akan dilakukan secara terjadwal dan direncanakan tiga siklus. Siklus kedua sangat ditentukan oleh hasil refleksi siklus pertama dan siklus ke tiga dipengaruhi oleh refleksi siklus ke dua. Namun apabila pada siklus kedua telah tercapai indikator yang diharapkan maka penelitian tidak boleh cukup hingga siklus ke dua saja. Setiap siklus terdiri dari beberapa langkah penelitian yaitu : perencanaan, tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan penilaian serta refleksi. Operasionalnya sebagai berikut:Sikulus I
1. Perencanaan tindakan
a. Menyusun Panduan Pelaksanaan Workshop sebagi teladan bagi seluruh akseptor MGMP Matematika Sekolah Menengan Atas sehingga menerima informasi yang sama ihwal pelaksanaan penelitian.
b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Workshop (RPW) yang berisi Standar Kompetensi dan Indikator yang akan dicapai, materi, metode, langkah-langkah pelaksanaan setiap siklus dan bahan/alat yang dipakai peneliti;
c. Menyiapkan materi workshop dalam bentuk powerpoint
d. Menyiapkan sarana pendukung, ibarat format pengamatan atau lembar observasi,dan catatan lainnya.
e. Koordinasi dan informasi kepada ketua MGMP Matematika Sekolah Menengan Atas Kabupaten Lima Puluh Kota.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Peneliti melaksanakan pertemuan dengan akseptor Musyarah Guru Mata Pelajaran matematika Sekolah Menengan Atas di daerah kegiatan , untuk menginformasikan planning penelitian , materi workshop dan acara pelaksanaan
b. Peneliti memperlihatkan klarifikasi materi dengan power point yang telah disiapkan.
c. Peneliti memperlihatkan kesempatan pada guru untuk bertanya terhadap hal-hal yang belum sanggup dipahami secara baik sebelum dimulai latihan,
d. Peneliti memperlihatkan latihan yang telah disiapkan sebelumnya dan dikerjakan secara berkelompok oleh akseptor MGMP;
e. Peneliti memperlihatkan bimbingan terhadap akseptor MGMP baik secara kelompok maupun secara individu dikelompoknya;
f. Peneliti memperlihatkan sebuah test diakhir pertemuan dan mengumpulkan hasil kerja/ latihan.
3. Observasi dan evaluasi
a. Melakukan rekaman (pengamatan) terhadap sikap yang ditampilkan guru selama kegiatan,
b. Melakukan penilaian terhadap keaktifan akseptor selama kegiatan berlangsung,
c. Melakukan penilaian terhadap kegiatan kelompok berdasarkan hasil pengamatan,
4. Refleksi
a. Mencermati dan merenungkan hasil-hasil yang dilaksanakan pada setiap pertemuan dan tiap siklus;
b. Merumuskan hal-hal yang telah atau belum dilakukan peneliti dan akseptor MGMP;
c. Merumuskan hal-hal yang telah atau belum tercapai sehabis dilakukan tindakan;
d. Merumuskan apa yang perlu dilakukan selanjutnya dan bagaimana melakukannya.
Siklus II
Dalam siklus II ini , peneliti akan melaksanakan perbaikan dan penyempurnaan planning dan kegiatan kelompok berdasarkan hasi refleksi siklus I. Khususnya hal-hal yang belum terealisasi atau yang masih kurang tepat adapun langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1. Perencanaan tindakan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus ke II maka kegiatan yang dilaksanakan:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Workshop (RPW) yang berisi Standar Kompetensi dan Indikator yang akan dicapai, materi, metode, langkah-langkah pelaksanaan setiap siklus dan bahan/alat yang dipakai peneliti;
b. Menyiapkan materi workshop dalam bentuk powerpoint
c. Menyiapkan sarana pendukung, ibarat format pengamatan atau lembar observasi,dan catatan lainnya.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Peneliti melaksanakan pertemuan dengan akseptor Musyarah Guru Mata Pelajaran matematika Sekolah Menengan Atas di daerah kegiatan untuk kelanjutan siklus ke II.
b. Peneliti memperlihatkan klarifikasi materi dengan power point yang telah disiapkan
.
c. Peneliti memperlihatkan kesempatan pada guru untuk bertanya terhadap hal-hal yang belum sanggup dipahami secara baik sebelum dimulai latihan,
d. Peneliti memperlihatkan latihan yang telah disiapkan sebelumnya dan dikerjakan secara berkelompok oleh akseptor MGMP;
e. Peneliti memperlihatkan bimbingan terhadap akseptor MGMP baik secara kelompok maupun secara individu dikelompoknya;
f. Peneliti memperlihatkan sebuah test diakhir pertemuan dan mengumpulkan hasil kerja/ latihan.
3. Observasi dan evaluasi
a. Melakukan rekaman (pengamatan) terhadap sikap yang ditampilkan guru selama kegiatan,
b. Melakukan penilaian terhadap keaktifan akseptor selama kegiatan berlangsung,
c. Melakukan penilaian terhadap kegiatan kelompok berdasarkan hasil pengamatan,
5. Refleksi
a. Mencermati dan merenungkan hasil-hasil yang dilaksanakan pada setiap pertemuan pada siklus II;
b. Merumuskan hal-hal yang telah atau belum dilakukan peneliti dan akseptor MGMP;
c. Merumuskan hal-hal yang telah atau belum tercapai sehabis dilakukan tindakan;
d. Merumuskan apa yang perlu dilakukan selanjutnya dan bagaimana melakukannya.
Siklus III
Dalam siklus III , peneliti akan melaksanakan perbaikan dan penyempurnaan planning dan kegiatan kelompok berdasarkan hasi refleksi siklus II. Khususnya hal-hal yang belum terealisasi atau yang masih kurang sempurna. Akan tetapi bila pada siklus II indikator pencapaian telah tercapai, maka siklus III tidak diharapkan lagi. Artinya penelitian ini dilaksanakan hingga siklus II.
E. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan peningkatan kemampuan guru melalui kegiatan workshop ditandai beberapa hal, ibarat berikut:
1. 75 % akseptor Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika SMA telah memahami pengertian, tujuan, prinsip, langkah-langkah dan kelemahan-kelebihan pendekatan matematika realistik;
2. 75 % akseptor Musyarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) matematika Sekolah Menengan Atas sanggup mennyusun rencana, menerapkan pendekatan matematika realistik
3. 75% akseptor Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Matematika Sekolah Menengan Atas aktif dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan workshop.
F. Instrumen /Alat Pengumpul Data Penelitian
Data yang diharapkan dalam penelitian ini sesuai dengan aspek yang akan diungkapkan, diamati atau diketahui, ibarat data ihwal aktifitas, motivasi dan kemampuan guru merencanakan dan menerapkan pembelajaran matematika realistik .
a. Data ihwal kemampuan guru dalam memahami konsep, tujuan, prinsip, langkah-langkah, dilakukan melalui obervasi ihwal hasil kegiatan individual dan kelompok;
b. Data ihwal kemampuan guru, untuk membuat planning pelaksanaan pembelajaran matematika realistik dilakukan dengan mengobservasi dan dukomentasi;
c. Data ihwal kemampuan guru untuk melaksanakan pendekatan matematika realistik laksanakan dengan observasi,
d. Data ihwal motivasi dan acara guru dalam mengikuti/melaksanakan tindakan dilakukan dengan cara observasi dan Tanya jawab,
e. Catatan-catatan
Lembaran untuk mencatat informasi kuantitatif yang terjadi terkait dengan tindakan. Misalnya prilaku spesifik yang sanggup menjadi petunjuk adanya permasalahan atau kesulitan yang ditemui, situasi positif atau negatif untuk perbaikan pada siklus berikutnya
f. Tes hasil belajar
Tes diberikan setiap selesai satu siklus, untuk melihat sejauh kemampuan guru terhadap penguasaan materi terkait dengan pembelajaran matematika realistik.
:
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan.
1. Reduksi data
Reduksi data dilakukan melalui seleksi, pengelompokan dan pengorganisasian data mentah menjadi sebuah informasi yang bermakna,
2. Paparan data
Paparan data dilakukan dalam upaya menampilkan data secara terperinci dan gampang dipahami dalam bentuk paparan naratif, dan dalam bentuk lainnya,
3. Penyimpulan
Pengambilan inti sari dari sajian data yang telah terorganisasikan dalam bentuk pernyataan atau kalimat yang singkat, padat dan bermakna.
Data dari lembaran pengamatan maupun hasil tes dalam bentuk persentase dengan rumus
NP = SP x 100 %
SI
NP = Nilai dalam Persentase
SP = Skor Perolehan
SI = Skor Ideal
Persentase ketuntasan pada setiap indikator pencapaian dan seluruhnya indikator pencapaian secara klasikal dihitung dengan rumus :
NP = %
NP = Nilai dalam Persen
ST = Jumlah siswa yang tuntas
N = Jumlah siswa seluruhnya
(Purwanto, 2001)
Untuk Bab IV dan VI Klik DISINI
Belum ada Komentar untuk "✔ Teladan Pts Pengawas Sekolah"
Posting Komentar