✔ Metode Pembelajaran Montessori
Dr. Maria Montessori lahir 31 Agustus 1870 di Italia yakni seorang pendidik, ilmuwan, dan dokter yang menyebarkan sebuah metode pendidikan belum dewasa dengan cara memberi kebebasan kreatif bagi mereka untuk melaksanakan aktivitas dan mengatur program harian.
Montessori mengamati karakteristik universal yang ditemuai pada anak-anak, tidak peduli apakah anak berasal dari keluarga miskin atau kaya , lingkungan mana mereka lahir, agamanya apa atau bagaimana mereka dibesarkan.
Menurut amatannya, semua anak mempunyai pikiran yang gampang menyerap informasi, semua anak ingin belajar, semua anak berguru melalui bermain atau melaksanakan sesuatu, semua anak melewati beberapa tahap perkembangan, dan semua anak ingin menjadi mandiri.
Motode pembelajaran yang dikembangkan tersebut dikenal dengan Metode Montessori dan terbukti sukses diterapkan diberbagai Negara yang berbeda-beda kulturnya. Adapun sistem pendidikan yang dikembangkan berfokus membantu setiap anak untuk meraih potensinya di semua bidang kehidupan.
Montessori beropini bahwa tujuan pendidikan dalam usia dini haruslah dilakukan untuk memupuk keingintahuan anak-anak, kecintaan mereka dalam ilmu pengetahuan serta mempunyai cita-cita yang berpengaruh untuk senantiasa terus belajar.
Informasi dari situs Omni Montessori bahwa metode Montessori/sekolah Montessori diperkirakan telah diterapkan di 5.000 sekolah di Amerika Serikat, dan lebih 20.000 sekolah dari 110 Negara di dunia.
A. Prinsip dasar metode Montessori
Metode Montessori mempunyai beberapa prinsip dan prinsip ini perlu dan sangat relevan diterapkan dikala ini dalam menyebarkan gerakan literasi dan penanaman karakter.
Prinsip-prinsip tersebut diterapkan dalam membelajarkan 5 bidang utama, yaitu: 1) kemampuan berbahasa, berhitung (matematika), budaya, sensorik dan kehidupan sehari-hari. Penerapan metode Montessori di sekolah-sekolah dalam membelajarkan 5 bidang tersebut sanggup dilaksanakan sebagai berikut:
1. Kemampuan berbahasa
Peserta didik PAUD/TK dilatih untuk berkomunikasi di hadapan orang banyak, misalnya meminta belum dewasa bercerita atau mempresentasikan tema tertentu setiap ahad di kelas.
Selain itu, belum dewasa sanggup diperkenalkan dengan aksara melalui permainan.
Mereka tidak akan merasa sedang belajar, tetapi mereka akan mengingat semuanya sebab bermain.
Kemampuan setiap anak berbeda, sehingga guru tidak memaksa setiap anak melaksanakan hal yang sama di dikala yang sama.
2. Berhitung (Matematika)
Berhitung yang dilakukan untuk anak PAUD/TK belum ibarat di SD berguru perkalian atau rumus-rumus. Namun yang dilakukan yakni mengenal aneka bentuk , ukuran yang lebih besar/kecil suatu benda dan mengurutkannya, mengenal angka, nama dan sebagainya yang dikemas melaui permainan puzzle, blok , plastisin dan lain-lain.
3. Budaya
Anak-anak diajarkan untuk mengantri, perilaku sopan santun, tata krama dan kebaikan. Mereka diajarkan cara mencuci tangan yang baik dan dilakukan rutin sebelum makan.
Kegiatan bermain di halaman sekolah juga dimanfaatkan untuk mengajar anak untuk bersikap sportif dikala kalah dalam perlombaan dan juga menciptakan anak bergerak. Ketika ada dua anak bertengkar, guru mengajarkan anak untuk meminta maaf dan memaafkan yang satu dengan yang lain. .
4. Sensorik
Dalam penerapan Montessori, belum dewasa diperkenalkan dengan mainan yang melatih indra sensorik, dan penerima didik diberi kebebasan untuk mengotak atiknya contohnya botol sensorik, bermain pasir, kacang-kacangan, dan sebagainya. Selain itu diajarkan aktif bergerak melalui tari-tarian, senam permainan, mengikuti irama music dan lain-lain.
5. Kehidupan sehari-hari
Anak-anak diajarkan aneka macam ketrampilan yang membuatnya menjadi balita mandiri, misalnya cara memakai kaos kaki, sepatu, baju, dan celana sendiri, membuang sampah pada tempatnya dan lain-lain. Mereka juga diajarkan cara memegang piring dan gelas, serta makan sendiri selayaknya orang dewasa.
Semua kegemaran balita sanggup dijadikan proses belajar. Misalnya balita gemar sekali bermain air dengan cara menuang air dari wadah satu ke wadah lainnya. Dari kegemaran ini guru mengajarkan mereka menyiram flora di sekitar kelasnya dengan menekankan rasa cinta kepada tanaman, lingkungan dan alam.
B. Karakteristik Metode Montessori
1. Menekankan proses berguru eksperiental
Pembelajaran metode Montessori menekankan pengalaman pribadi yang dipadukan dengan kehidupan nyata, anak perlu bergerak, mencoba, mengamati dan melaksanakan aktivitas lansung dengan obyek yang sudah disediakan dan dirancang oleh guru.
2. Peran guru membantu menyediakan alat untuk belajar
Peran guru dalam metode Montessori lebih bertindak sebagai pemandu, mengamati anak dan memperkenalkan bahan-bahan pelajaran, alat peraga, lingkungan pada waktu yang tepat.
3. Penataan dan pemanfaatan lingkungan belajar
Tempat berguru atau lingkungan berguru anak ditata atau dirancang secara khusus ,sehingga dapat membantu anak untuk mengeksplorasi banyak hal dan berguru secara independen, ibarat menentukan rak-rak rendah dan aneka alat peraga yang ditaruh di daerah yang sudah ditentukan untuk membantu anak berguru kerapian.
4. Anak dibimbing berguru dengan pendekatan individual
Dalam kelas Montessori anak didiknya tidak lah sama umurnya maupun tingkat akademiknya. Guru akan melaksanakan pembimbingan dengan pendekatan individual sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak didiknya.
5. Penekanan pada solusi masalah
Metode pembelajaran Montessori membantu anak untuk mempunyai kemampuan mengatasi konflik dan masalahnya sendiri tanpa kekerasan dan dengan cara yang kreatif, adanya pementingan soal mengajarkan rasa saling menghargai, saling menghormati, dan mencintai, menanamkan nilai-nilai perdamaian.
Demikianlah sekilas pembelajaran dengan Metode Montessori, dimana metode tersebut selaras dengan tuntutan kurikulum 2013 yang sangat sempurna diterapkan dalam pembelajaran belum dewasa pada jenjang PAUD/TK.
Montessori mengamati karakteristik universal yang ditemuai pada anak-anak, tidak peduli apakah anak berasal dari keluarga miskin atau kaya , lingkungan mana mereka lahir, agamanya apa atau bagaimana mereka dibesarkan.
Menurut amatannya, semua anak mempunyai pikiran yang gampang menyerap informasi, semua anak ingin belajar, semua anak berguru melalui bermain atau melaksanakan sesuatu, semua anak melewati beberapa tahap perkembangan, dan semua anak ingin menjadi mandiri.
Motode pembelajaran yang dikembangkan tersebut dikenal dengan Metode Montessori dan terbukti sukses diterapkan diberbagai Negara yang berbeda-beda kulturnya. Adapun sistem pendidikan yang dikembangkan berfokus membantu setiap anak untuk meraih potensinya di semua bidang kehidupan.
Montessori beropini bahwa tujuan pendidikan dalam usia dini haruslah dilakukan untuk memupuk keingintahuan anak-anak, kecintaan mereka dalam ilmu pengetahuan serta mempunyai cita-cita yang berpengaruh untuk senantiasa terus belajar.
Informasi dari situs Omni Montessori bahwa metode Montessori/sekolah Montessori diperkirakan telah diterapkan di 5.000 sekolah di Amerika Serikat, dan lebih 20.000 sekolah dari 110 Negara di dunia.
A. Prinsip dasar metode Montessori
Metode Montessori mempunyai beberapa prinsip dan prinsip ini perlu dan sangat relevan diterapkan dikala ini dalam menyebarkan gerakan literasi dan penanaman karakter.
- Pendekatan individual dalam berguru dan mengurangi pendekatan klasikal
- Perpaduan pendidikan akademik (pengetahuan) dan kemampuan sosial
- Memupuk rasa keingintahuan anak, dan mereka didorong untuk berani melaksanakan eksplorasi.
- Konsep ajaib dipresentasikan secara faktual yang sanggup dirasakan penerima didik dalam dunia keseharian mereka.
- Ketrampilan dan rutinitas yang diajarkan di sekolah akan diterapkan anak dalam kehidupannya sehari-hari sampai dewasa
Prinsip-prinsip tersebut diterapkan dalam membelajarkan 5 bidang utama, yaitu: 1) kemampuan berbahasa, berhitung (matematika), budaya, sensorik dan kehidupan sehari-hari. Penerapan metode Montessori di sekolah-sekolah dalam membelajarkan 5 bidang tersebut sanggup dilaksanakan sebagai berikut:
1. Kemampuan berbahasa
Peserta didik PAUD/TK dilatih untuk berkomunikasi di hadapan orang banyak, misalnya meminta belum dewasa bercerita atau mempresentasikan tema tertentu setiap ahad di kelas.
Selain itu, belum dewasa sanggup diperkenalkan dengan aksara melalui permainan.
Mereka tidak akan merasa sedang belajar, tetapi mereka akan mengingat semuanya sebab bermain.
Kemampuan setiap anak berbeda, sehingga guru tidak memaksa setiap anak melaksanakan hal yang sama di dikala yang sama.
2. Berhitung (Matematika)
Berhitung yang dilakukan untuk anak PAUD/TK belum ibarat di SD berguru perkalian atau rumus-rumus. Namun yang dilakukan yakni mengenal aneka bentuk , ukuran yang lebih besar/kecil suatu benda dan mengurutkannya, mengenal angka, nama dan sebagainya yang dikemas melaui permainan puzzle, blok , plastisin dan lain-lain.
3. Budaya
Anak-anak diajarkan untuk mengantri, perilaku sopan santun, tata krama dan kebaikan. Mereka diajarkan cara mencuci tangan yang baik dan dilakukan rutin sebelum makan.
Kegiatan bermain di halaman sekolah juga dimanfaatkan untuk mengajar anak untuk bersikap sportif dikala kalah dalam perlombaan dan juga menciptakan anak bergerak. Ketika ada dua anak bertengkar, guru mengajarkan anak untuk meminta maaf dan memaafkan yang satu dengan yang lain. .
4. Sensorik
Dalam penerapan Montessori, belum dewasa diperkenalkan dengan mainan yang melatih indra sensorik, dan penerima didik diberi kebebasan untuk mengotak atiknya contohnya botol sensorik, bermain pasir, kacang-kacangan, dan sebagainya. Selain itu diajarkan aktif bergerak melalui tari-tarian, senam permainan, mengikuti irama music dan lain-lain.
5. Kehidupan sehari-hari
Anak-anak diajarkan aneka macam ketrampilan yang membuatnya menjadi balita mandiri, misalnya cara memakai kaos kaki, sepatu, baju, dan celana sendiri, membuang sampah pada tempatnya dan lain-lain. Mereka juga diajarkan cara memegang piring dan gelas, serta makan sendiri selayaknya orang dewasa.
Semua kegemaran balita sanggup dijadikan proses belajar. Misalnya balita gemar sekali bermain air dengan cara menuang air dari wadah satu ke wadah lainnya. Dari kegemaran ini guru mengajarkan mereka menyiram flora di sekitar kelasnya dengan menekankan rasa cinta kepada tanaman, lingkungan dan alam.
B. Karakteristik Metode Montessori
1. Menekankan proses berguru eksperiental
Pembelajaran metode Montessori menekankan pengalaman pribadi yang dipadukan dengan kehidupan nyata, anak perlu bergerak, mencoba, mengamati dan melaksanakan aktivitas lansung dengan obyek yang sudah disediakan dan dirancang oleh guru.
2. Peran guru membantu menyediakan alat untuk belajar
Peran guru dalam metode Montessori lebih bertindak sebagai pemandu, mengamati anak dan memperkenalkan bahan-bahan pelajaran, alat peraga, lingkungan pada waktu yang tepat.
3. Penataan dan pemanfaatan lingkungan belajar
Tempat berguru atau lingkungan berguru anak ditata atau dirancang secara khusus ,sehingga dapat membantu anak untuk mengeksplorasi banyak hal dan berguru secara independen, ibarat menentukan rak-rak rendah dan aneka alat peraga yang ditaruh di daerah yang sudah ditentukan untuk membantu anak berguru kerapian.
4. Anak dibimbing berguru dengan pendekatan individual
Dalam kelas Montessori anak didiknya tidak lah sama umurnya maupun tingkat akademiknya. Guru akan melaksanakan pembimbingan dengan pendekatan individual sesuai dengan kebutuhan masing-masing anak didiknya.
5. Penekanan pada solusi masalah
Metode pembelajaran Montessori membantu anak untuk mempunyai kemampuan mengatasi konflik dan masalahnya sendiri tanpa kekerasan dan dengan cara yang kreatif, adanya pementingan soal mengajarkan rasa saling menghargai, saling menghormati, dan mencintai, menanamkan nilai-nilai perdamaian.
Demikianlah sekilas pembelajaran dengan Metode Montessori, dimana metode tersebut selaras dengan tuntutan kurikulum 2013 yang sangat sempurna diterapkan dalam pembelajaran belum dewasa pada jenjang PAUD/TK.
Belum ada Komentar untuk "✔ Metode Pembelajaran Montessori"
Posting Komentar