✔ Buku Pjok Kelas Ix Kurikulum 2013 Revisi 2018

 Agar kegiatan pembelajaran pada jenjang SMP  ✔ Buku PJOK Kelas IX Kurikulum 2013 Revisi 2018
Agar kegiatan pembelajaran pada jenjang SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan MTs (Madrsah Tsanawiyah) sanggup berjalan dengan baik dan lancar tentunya kita sebagai Guru harus menyiapkan Buku sebagai Sumber belajar. Maka dari itu di artikel ini secara lengkap Admin akan membagikan kepada Anda Buku Guru dan Siswa dalam bentuk PDF yang bisa Anda simpan baik di HP, Notebook ataupun sanggup Anda cetak / print.

Buku yang Admin bagikan ini merupakan hasil dari Revisi 2018 untuk Kurikulum 2013, maka dari itu bagi Bapak dan Ibu yang mengampu pada kelas 9 Admin rasa file buku ini untuk mata pelajaran PJOK (Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan) akan sangat bermanafaat untuk kegiatan pembelajaran.

Hadirnya Buku ini sanggup Anda gunakan untuk Semester 1 ganjil dan 2 genap. Selengkapnya mengenai buku K13 ini sanggup Anda simak dan download sesuai dengan mata pelajaran yang Anda Ampu pada link di bawah ini baik pada kelas IX.

Buku Kurikulum 2013 SMP Kelas IX Revisi Tahun 2018

File Buku Guru dan Siswa yang Admin bagikan ini berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KEMENDIKBUD) jadi sedah tentu layak dan wajib Bapak dan Ibu Guru gunakan:
Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) untuk Kelas IX SMP/MTs yang disajikan dalam buku ini juga tunduk pada ketentuan tersebut. PJOK bukan berisi materi acara yang dirancang hanya untuk mengasah kompetensi keterampilan akseptor didik, atau mata pelajaran yang membaginya menjadi pengetahuan ihwal kesehatan dan keterampilan berolahraga. PJOK yaitu mata pelajaran yang membekali siswa dengan pengetahuan ihwal gerak jasmani dalam berolahraga serta faktor kesehatan yang sanggup mempengaruhinya, keterampilan dalam melaksanakan gerak jasmani dalam berolahraga dan menjaga kesehatannya, serta sikap sikap yang dituntut dalam berolahraga dan menjaga kesehatan sebagai suatu kesatuan yang utuh sehingga terbentuk akseptor didik yang sadar kebugaran jasmani, sadar olahraga, dan sadar kesehatan.

Aktivitasnya dirancang berbasis acara terkait dengan sejumlah jenis gerak jasmani/olahraga dan usaha-usaha menjaga kesehatan yang sesuai untuk akseptor didik Kelas IX SMP/MTs. Aktivitas-aktivitas tersebut dirancang untuk membuat akseptor didik terbiasa melaksanakan gerak jasmani dan berolahraga dengan bahagia hati lantaran merasa perlu melakukannya dan sadar akan pentingnya menjaga kesehatan jasmani baik melalui gerak jasmani dan olahraga maupun dengan memperhatikan faktor-faktor kesehatan yang mempengaruhinya. Sebagai mata pelajaran yang mengandung unsur muatan lokal, pemanis materi yang digali dari kearifan lokal dan relevan dengan mata pelajaran ini sangat diharapkan untuk ditambahkan sebagai pengayaan dari buku ini.

Buku ini menjabarkan perjuangan minimal yang harus dilakukan siswa untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Sesuai dengan pendekatan yang dipakai dalam Kurikulum 2013, siswa diajak menjadi berani untuk mencari sumber berguru lain yang tersedia dan terbentang luas di sekitarnya. Peran guru dalam meningkatkan dan menyesuaikan daya serap siswa dengan ketersediaan kegiatan pada buku ini sangat penting. Guru sanggup memperkayanya dengan kreasi dalam bentuk kegiatan-kegiatan lain yang sesuai dan relevan yang bersumber dari lingkungan sosial dan alam.

Gambaran Pelaksanaan Pembelajaran Penjasorkes
Proses pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di sekolah-sekolah Indonesia dikala ini masih memprihatinkan. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya ialah terbatasnya sarana dan prasarana pendukung kegiatan berguru mengajar, dan kemampuan guru PJOK yang kurang memadai. Salah satu dampak yang sangat terang dengan kondisi ini yaitu tingkat kebugaran akseptor didik yang sangat rendah.

Seperti halnya kemampuan guru yang mengajar mata pelajaran PJOK pada satuan pendidikan SMP/MTs yang mempunyai latar belakang pendidikan di luar bidang pendidikan jasmani, ada yang tamat SMA, D3 non Penjas, S1 Teknik, S1 IAIN, dan lain sebagainya. Kondisi ini intinya kurang tepat, tapi kita masih harus bersyukur mereka masih mau mengajar mata pelajaran PJOK.

Guru PJOK tradisional cenderung menekankan pada penguasaan keterampilan cabang olahraga yang sasaran alhasil yaitu prestasi. Pendekatan yang dilakukan ibarat halnya pendekatan training olahraga. Dalam pendekatan ini, guru memilih tugas-tugas ajarnya kepada siswa melalui kegiatan fisik tak ubahnya ibarat melatih suatu cabang olahraga. Kondisi ibarat ini mengakibatkan tidak optimalnya fungsi pengajaran pendidikan jasmani sebagai media pendidikan dalam rangka pengembangan kebugaran jasmani dan pribadi anak seutuhnya. Penerapan model pembelajaran PJOK tradisional sering mengabaikan tugas-tugas bimbing yang sesuai dengan taraf perkembangan anak. Mengajar SMP / MTs disamakan dengan belum dewasa SMA. Bentuk-bentuk modifikasi baik dalam peraturan, ukuran lapangan maupun jumlah pemain kurang diterapkan di dalam proses pembelajaran, hal ini mengakibatkan akseptor didik tidak bisa dan gagal untuk melaksanakan kiprah yang diberikan oleh guru.

Sebagai akhir dari kondisi ibarat ini, anak sanggup menjadi kurang bahagia terhadap Pelajaran PJOK. Tugas-tugas bimbing yang merupakan keterampilan kompleks itu sebetulnya hanya bisa dilakukan oleh belum dewasa yang berbakat dan berminat dalam olahraga serta belum dewasa yang mempunyai tingkat keterampilan gerak dasar yang tinggi. Tidak ada upaya-upaya memodifikasi kiprah gerak yang kompleks menjadi kiprah gerak yang sederhana, sanggup diramalkan tingkat keberhasilan siswa dalam menuntaskan kiprah yang harus dipelajari akan tergolong rendah.

Untuk itu kebutuhan akan modifikasi olahraga sebagai suatu pendekatan alternatif dalam mengajar PJOK mutlak perlu dilakukan. Guru harus mempunyai kemampuan untuk melaksanakan modifikasi keterampilan yang hendak diajarkan semoga sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

Karakteristik Proses Belajar Mengajar (PBM) yang Efektif
Pembelajaran merupakan suatu proses pengembangan potensi dan pembangunan aksara setiap akseptor didik sebagai hasil dari sinergi antara pendidikan yang berlangsung di sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Proses tersebut memberikan kesempatan kepada akseptor didik untuk membuatkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin usang semakin meningkat dalam sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan yang diharapkan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat, berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia.

Tujuan utama pembelajaran PJOK di sekolah yaitu membuatkan kesadaran ihwal arti penting acara fisik untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan tubuh serta gaya hidup aktif sepanjang hayat, membuatkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani, mengelola kesehatan dan kesejahteraan dengan benar serta pola hidup sehat, membuatkan keterampilan gerak dasar, motorik, keterampilan, konsep/ pengetahuan, prinsip, taktik dan taktik permainan dan olahraga, meletakkan landasan aksara moral yang berpengaruh melalui internalisasi nilai-nilai percaya diri, sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerja sama, pengendalian diri, kepemimpinan, dan demokratis dalam melaksanakan acara fisik, membuat iklim sekolah yang lebih positif, membuatkan kearifan lokal yang berkembang di masyarakat Indonesian, dan membuat suasana yang rekretif, berisi tantangan, ekspresi diri.

Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, menyenangkan, menantang, inspiratif, memotivasi akseptor didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis akseptor didik.

Prinsip Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan
Untuk memperoleh manfaat yang optimal dari proses pembelajaran, para guru hendaknya memperhatikan prinsi-prinsip pembelajaran PJOK sebagai berikut.
Di dalam mata pelajaran PJOK terdapat kompetensi dasar pengetahuan dan keterampilan. Kedua jenis kompetensi ini diajarkan tidak terpisah harus diajarkan secara bersamaan. Hal ini berarti tidak ada alokasi waktu khusus untuk berguru teori, kecuali materi kesehatan. Teori-teori berkaitan dengan konsep dan prinsip gerak diajarkan dikala praktik.
Dalam pembelajaran PJOK, intensitas biasanya diukur oleh perubahan denyut nadi ketika akseptor didik SMP/MTs melaksanakan acara fisik. Intensitas gerak pada pembelajaran minimal di antara 50 – 60 % (persen) dari Denyut Nadi Maksimal (DNM). Sedangkan para atlet biasanya berada di antara 70-90% DNM.
Idealnya, jumlah siswa yang terlibat dalam pembelajaran di antara 20-30 akseptor didik. Tetapi ukuran di Indonesia biasanya lebih tinggi, lantaran satu kelas biasanya terdiri dari 40 akseptor didik. Selama guru bisa mengelola baik alat maupun gugusan serta pengaturan kelas yang memungkinkan, rasanya tidak terlalu bermasalah kalau terdapat 40 akseptor didik dalam satu kelas.
Semakin banyak akseptor didik mengulang satu jenis gerakan, maka semakin baik hasilnya. Oleh lantaran itu, guru dituntut untuk mengoptimalkan kemampuannya dalam mendayagunakan waktu, alat, fasilitas, serta kemampuannya dalam mengatur unit pembelajaran seefektif mungkin.
Pengalaman “berhasil” akan muncul manakala akseptor didik merasa berhasil menampilkan kiprah gerak yang diberikan kepadanya lantaran akan teramati oleh akseptor didik lain atau guru. Keberhasilan ini sanggup muncul apabila kiprah gerak yang tidak terlalu sulit. Di samping itu, guru juga harus menyediakan kiprah gerak alternatif bagi akseptor didik atau siswa yang kemampuannya belum sampai. Tugas gerak alternatif ini maksudnya yaitu kiprah gerak yang dimodifikasi tingkat kesulitannya, sehingga membuat akseptor didik yang belum menguasainya menjadi bisa melakukannya.
Lingkungan pembelajaran PJOK harus bersuasana aman, nyaman, dan menyenangkan. Meskipun kiprah gerak yang diberikan cukup menantang dan sanggup membuat akseptor didik lelah dan berkeringat, tetapi suasana aman, nyaman, dan menyenangkan itu tetap harus dipertahankan. Sebaliknya, suasana yang tidak mendukung sebaiknya sanggup dihilangkan, di antaranya kebiasaan mengejek antarpeserta didik, kebiasaan merendahkan dari guru kepada akseptor didik, kebiasaan panggilan alias yang negatif, dan sebagianya.
Ketersediaan alat dan kemudahan untuk pembelajaran PJOK merupakan satu keharusan, namun apabila di sekolah tidak tersedia maka guru sebaiknya mempunyai pemikiran mencari cara untuk memperbanyak alat pada dikala belajar, termasuk di dalamnya dengan memodifikasi alat sederhana yang sanggup dipakai dalam pembelajaran. Di samping itu faktor keselamatan dalam penggunaan alat olahraga harus diperhatikan oleh guru.
Keriangan akseptor didik dalam pembelajaran PJOK sanggup didorong oleh aneka macam sebab, di antaranya guru memberikan kiprah gerak yang memang menyenangkan, permainan yang melibatkan semua akseptor didik dalam suasana kompetisi yang tinggi, dengan iringan musik, atau menyediakan kesempatan bagi akseptor didik membuatkan kreativitas mereka, dan lain-lain.
Setiap unit pembelajarannya semoga menyeimbangkan pengembangan aspek gerak dan keterampilan, aspek kebugaran, aspek pengetahuan, serta aspek spiritual dan sosial akseptor didik.

Pembelajaran PJOK dalam Implementasi Kurikulum 2013 di Satuan Pendidikan SMP/MTs
Pembelajaran PJOK yaitu memanfaatkan aktivisi fisik/olahraga untuk mengembangan keutuhan manusia. Artinya, bahwa melalui pembelajaran yang melibatkan unsur fisik dan acara jasmani, aspek mental, emosional, sosial dan moral pun turut terkembangkan.

Pengembangan domain keterampilan secara umum sanggup diarahkan pada dua tujuan utama, pertama mencapai perkembangan aspek perseptual motorik (keterampilan gerak), dan kedua, mencapai perkembangan kebugaran jasmani. Ini menegaskan bahwa pembelajaran pendidikan jasmani harus melibatkan acara fisik yang bisa merangsang kemampuan penguasaan gerak keterampilan serta sekaligus bersifat pembentukan kebugaran jasmani.

Pengembangan domain keterampilan gerak merujuk pada proses penguasaan suatu keterampilan atau kiprah gerak yang melibatkan proses mempersepsi rangsangan dari luar, kemudian rangsangan itu diolah dan diprogramkan hingga terjadinya respons berupa tindakan yang sesuai dengan rangsangan itu (Schmidt and Wrisberg, 2000). Penekanan dari proses pembelajarannya lebih banyak ditujukan pada proses perangsangan yang bervariasi, sehingga setiap kali akseptor didik akan selalu mengerahkan kemampuannya dalam mengolah informasi, ketika akan menghasilkan gerak. Dengan cara itu, kepekaan sistem saraf akseptor didik semakin dikembangkan.

Kebugaran jasmani merupakan aspek penting dari domain keterampilan, yang bertumpu pada perkembangan kemampuan biologis organ tubuh. Konsentrasinya lebih banyak pada kasus peningkatan efisiensi fungsi faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya sistem peredaran darah, sistem pernapasan, sistem metabolisme, dan lain-lain) (Lutan, Rusli, 2001). Kebugaran jasmani menunjuk pada aspek kualitas tubuh dan organ-organnya, ibarat kekuatan (otot), daya tahan (jantung-paru), kelentukan (otot dan persendian); sedangkan kebugaran motorik menekankan aspek penampilan yang melibatkan kualitas gerak sendiri ibarat kecepatan, kelincahan, koordinasi, power, keseimbangan (Baumgartner and Jackson, 1995).

Pengembangan domain pengetahuan meliputi pengetahuan ihwal fakta, konsep, dan lebih penting lagi yaitu pikiran sehat dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek pengetahuan dalam pendidikan jasmani, tidak saja menyangkut penguasaan pengetahuan faktual semata-mata, tetapi meliputi pula pemahaman terhadap tanda-tanda gerak dan prinsipnya, termasuk yang berkaitan dengan landasan ilmiah. Salah satu simpul dalam domain pengetahuan ini yaitu akseptor didik mempunyai pengetahuan ihwal arti penting pendikan jasmani untuk hidup sepanjang hayat.

Pengembangan domain sikap meliputi sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh, yakni pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan, dan kemampuan untuk berempati. Tidak hanya ihwal sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, tetapi yang lebih penting yaitu konsep diri dan komponen kepribadian lainnya, ibarat intelegensia emosional dan watak, serta meningkatkan keteguhan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai peneguhan sikap spiritual. Konsep diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang ihwal kelebihannya.

Pengendalian diri merupakan kualitas pribadi yang bisa menyelaraskan pertimbangan kecerdikan dan emosi yang menjadi sifat penting dalam kehidupan sosial dan pencapaiannya untuk sukses hidup di masyarakat. Demikian juga dengan ketekunan; tidak ada pekerjaan yang sanggup dicapai dengan baik tanpa ada ketekunan. Ini juga berlaku sama dengan kemampuan memotivasi diri, kemandirian untuk tidak selalu diawasi dalam menuntaskan kiprah apapun.

Untuk menjadikan proses pembelajaran PJOK yang bisa membuatkan seluruh aspek di atas secara lengkap, dalam implementasinya para guru tentu dituntut untuk menguasai aneka macam perangkat pembelajaran, dari mulai teknik, metode, pendekatan, model, strategi, hingga gaya mengajar yang sesuai dengan kekhasan dari acara dan kiprah gerak yang dipelajari.

Model Pendidikan Gerak
Pendidikan gerak (movement education) yaitu sebuah model pembelajaran dalam PJOK yang menekankan pada pengajaran konsep dan komponen gerak. Konsep gerak terdiri dari konsep tubuh (bagian tubuh apa yang digunakan), konsep ruang (arah, bidang atau ketinggian), konsep perjuangan (lambat, cepat, kasar, halus, lancar, tersendat, dsb.), serta konsep keterhubungan (seperti sendirian, berpasangan, berkelompok, dsb.). Salah satu komponen gerak yaitu basic mendasar movement, ibarat gerak lokomotor, gerak nonlokomotor, dan gerak manipulatif.

Dalam pendidikan gerak guru tidak dianjurkan untuk memberi pola ihwal gerakan yang harus dilakukan akseptor didik, tetapi lebih banyak memberikan pertanyaan kepada akseptor didik ihwal gerakan yang sanggup dilakukan mereka, misalnya; manakah yang lebih jauh hasil lompatan memakai referensi satu kaki atau dua kaki.

Dalam pendidikan gerak tidak dikenal apa yang disebut teknik dasar, sehingga tidak perlu guru memberi pola atau demonstrasi ihwal gerakan yang dianggap benar. Justru akseptor didik seharusnya mencari sendiri (mengeksplorasi) gerakan yang bisa dipikirkannya, dan melakukannya sesuai dengan kemampuan sendiri tanpa harus membandingkannya dengan gerakan dari akseptor didik yang lain. Oleh lantaran itu para jago menyebut bahwa model pendidikan gerak lebih bersifat eksploratif, lantaran mengarahkan akseptor didik untuk mencari sendiri gerakan yang bisa dipikirkannya dan ditantang untuk bisa mengubah dan mengembangkannya juga sesuai dengan kemampuan sendiri. Semakin banyak dan semakin variatif akseptor didik menemukan dan membuatkan gerakannya, maka semakin baik manfaat pembelajaran bagi mereka.

a. Pembelajaran Pendidikan Gerak
Model Pendidikan Gerak mendukung tumbuhnya rasa berhasil (feeling of success) pada setiap akseptor didik, di samping membuatkan fundasi yang luas untuk membuatkan keterampilan dalam aneka macam jenis gerakan. Sebagaimana dinyatakan oleh para ahli, “Movement is the content of physical education” (Logsdon et al., p. 141). Di dalamnya guru sanggup secara berkelanjutan menyatukan perbendaharaan gerak yang kaya dan berkomunikasi dengan siswa ihwal gerakan yang sanggup mereka ciptakan dalam lingkungan berguru yang menyenangkan bagi semua akseptor didik.

Penggunaan metode yang didasarkan pada proses inovasi dan teknik pemecahan kasus (guided discovery atau problem solving) memungkinkan semua akseptor didik untuk menemukan metode  mereka sendiri dan cara-cara memecahkan kasus gerak. Berpikir kreatif dan pemecahan kasus yang sifatnya individual, yang bisa jadi sangat unik sifatnya pada setiap akseptor didik sebagai pemecah masalah, bukan saja didorong tetapi menjadi ciri model ini.

Seluruh akseptor didik dalam pendidikan gerak melaksanakan lebih banyak hal daripada hanya berguru keterampilan; mereka berguru menerapkan elemen gerak dan membuat solusi, baik untuk kasus gerak yang sederhana maupun yang kompleks.

Dalam praktiknya, model pendidikan gerak menganjurkan guru bisa menyediakan tanda-tanda untuk pembelajaran problem solving melalui kata-kata: “peserta didik, hari ini kita akan mempelajari gerakan lokomotor yang mempunyai ciri agresi ibarat per. Menurut kalian, gerakan apa saja yang mempunyai ciri ibarat itu?” Guru menyampaikan begitu lantaran akan mendorong akseptor didik untuk menemukan konsep dan komponen gerak ibarat melompat (leaping), meloncat (hopping), melompat-lompat (skipping), menggeser (sliding), dan menderap (galloping). Anda sebagai guru kemudian menyajikan tanda-tanda pembelajaran tersebut dengan menggali bersama definisi dari elemen gerak untuk setiap keterampilan tersebut.

Setelah secara formal menyajikan definisi dari meloncat (hopping), misalnya, Anda kemudian secara tidak pribadi mengingatkan akseptor didik bahwa ketika mereka melaksanakan loncat, yaitu ketika kita melaksanakan travel dari satu kaki ke kaki yang sama, sedangkan ketika melompat (jumping) melibatkan beberapa tipe pola gerak yang berbeda. Dengan tanda-tanda ini dalam  benak akseptor didik, siswa akan merasa didorong untuk mendemonstrasikan aneka macam agresi ibarat per dengan membuat rangkaian perpindahan gerak memakai aksi-aksi tersebut. Tugas ibarat itu menekankan pendekatan pemecahan kasus secara murni.

Guru menyajikan tantangan gerak atau kiprah dengan memakai metode yang membuatkan kemampuan “produksi” di atas akan membantu tumbuhnya perasaan sukses pada akseptor didik dengan menghargai kekhasan dan kemampuan masing-masing akseptor didik. Satu cara untuk menyediakan tantangan yaitu dengan menyajikan perluasan, yaitu dengan membuat kiprah gerak menjadi lebih gampang atau lebih sulit sesuai kebutuhan.

Berikut yaitu pola ihwal bagaimana Anda sanggup memakai ekspansi dengan pendidikan gerak. Pendekatan PJOK tradisional akan mengajarkan suatu keterampilan yang sama untuk semua akseptor didik secara langsung, contohnya dengan meminta semua akseptor didik melaksanakan roll depan. Dalam pendidikan gerak, Anda akan memakai ekspansi dengan menyatakan: “Sebagian dari kalian mungkin mau mencoba kiprah berikutnya ibarat ini. Tetapi sebagian lagi mungkin mau tetap melaksanakan gerakan yang tadi (misalnya guling balok). Untuk yang mau mencoba, cobalah untuk membuat gerakan ke arah depan dengan menjaga semoga dagu kalian melekat di dada dan mendorong tubuhmu dengan kedua tangan untuk membantu menyalurkan berat tubuh ke pundak kalian ketika berguling.”

Atau, cara lain untuk memberikan ekspansi yaitu dengan menyatakan,“Kalau kalian siap, kalian sanggup mencoba...” atau, “Untuk kalian yang akan mencoba kiprah yang lebih sulit, cobalah lakukan gerakan tadi di atas bangku…” Dengan memberi siswa pilihan dalam seluruh situasi pembelajaran ibarat itu, guru membantu siswa untuk mengambil keputusan yang sempurna bagi mereka dalam penyelesaian tugasnya.

Dengan sifatnya yang demikian, pendidikan gerak dikenal juga sebagai model PJOK yang bisa gembangkan kemampuan pengetahuan akseptor didik. Hal itu dikarenakan seluruh gerakan yang dilakukan oleh akseptor didik harus merupakan temuan akseptor didik sendiri ketika akseptor didik diminta untuk menghubungkannya dengan konsep-konsep gerak yang diungkapkan oleh guru, di samping sekaligus membuatkan kemampuan keterampilannya.

Para jago berpendapat, bahwa lebih baik menantang dan meminta akseptor didik untuk melaksanakan gerak yang secara ekspresi dipahami akseptor didik, daripada yang dilihat akseptor didik dari demonstrasi atau pola dari guru. Dalam kaitan ini, Sheila Kogan, spesialis pendidikan gerak dari Amerika, mengatakan: “Jika akseptor didik bisa memahami instruksi ekspresi guru, sampaikanlah instruksi dalam bentuk verbal. Sebaliknya, kalau akseptor didik tidak bisa memahami penjelasan verbal, barulah mereka diberi demonstrasi. Jika sehabis diberi demonstrasi akseptor didik tetap tidak bisa memahami, barulah dibantu secara kontak fisik.” Tetapi, sebaik-baiknya pengajaran PJOK, yaitu pelajaran yang disampaikan guru secara ekspresi dan akseptor didik memahaminya. Itulah membuktikan bahwa akseptor didik memahami secara pengetahuan ihwal konsep gerak yang dimaksud.

b. Kelebihan Pendidikan Gerak
Apakah yang menjadi kelebihan dari model Pendidikan Gerak dibandingkan dengan PJOK tradisional? Beberapa jago menggarisbawahi kelebihan-kelebihan dari model pendidikan gerak ibarat diuraikan di bawah ini.
Siswa diarahkan untuk menemukan balasan melalui praktik untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Misalnya siswa harus mencari balasan ihwal “bagaimana pergerakan bola bila bola ditendang pada cuilan titik bawah memakai kaki cuilan dalam” maka untuk menemukan jawabannya akseptor didik “mencoba menendang bola dengan cara tersebut” sehingga mereka menemukan sendiri jawabannya. Peserta didik yang berhasil menemukan gerakan sendiri, menerima penghargaan dari guru berupa pujian, dan guru akan terus menanyakan kemungkinan lebih lanjut dari gerakan yang sanggup ditemukan selanjutnya. Tidak perlu ada pola dan guru tidak menyinggung sama sekali ihwal konsep olahraga atau teknik dasar.
Pendekatan pengajaran dalam pendidikan gerak lebih menekankan pada tumbuhnya kemampuan memproduksi gerak-gerak gres dalam khasanah pengalaman gerak akseptor didik, intinya siswa sedang dilatih untuk bersikap kreatif untuk mencipta hal-hal yang baru. Dan ketika siswa terus menerus diberi  legalisasi (reinforcement) secara ekspresi untuk memecahkan kasus gerak, terutama yang bersifat kreatif, maka bukan tidak mungkin bahwa pembelajaran model pendidikan gerak akan menjadi wahana penumbuhan kreativitas kepada akseptor didik.
Pembelajaran yang menekankan pendekatan pola gerak bebas, di mana akseptor didik bisa bergerak bersamaan dalam ruangan secara serentak, sehingga semua siswa bisa aktif bersama. Model ini pun disinyalir sebagai pembelajaran yang mengurangi kecenderungan perintah guru dan tumbuhnya “look at him/her syndrome”, di mana biasanya siswa merasa tidak nyaman, maka model inipun dipercayai sanggup menumbuhkan kepercayaan diri akseptor didik serta mengurangi kecenderungan “memberi malu” pada akseptor didik di depan publik.

c. Keuntungan bagi Guru dan bagi Siswa
Seperti telah diuraikan dalam banyak kalimat di bagian-bagian sebelumnya, model pendidikan gerak dipandang sanggup memberikan manfaat atau laba yang nyata bagi akseptor didik dan bagi guru ibarat di bawah ini:
1) Keuntungan untuk Siswa:
Menumbuhkan citra diri yang positif dan meningkatkan kepercayaan diri.
Melatih berpikir kritis dan meningkatkan kemampuan memecahkan masalah.
Memperkaya perbendaharaan gerak dan sekaligus memahami konsep gerak.
Menumbuhkan dan meningkatkan kreativitas.
Melatih tanggung jawab pribadi dan tanggung jawab sosial.
Memperoleh keriangan kelas yang mempengaruhi tumbuhnya sikap dan aksara positif.
Melatih keterampilan dan interaksi sosial.
Menumbuhkan sikap egaliter dan paham kemajemukan dari nuansa kelas yang mendapatkan dan tidak mempermasalahkan untuk memperoleh balasan bervariasi.
Menumbuhkan sikap dan jiwa kooperatif lantaran kelas tidak menyediakan suasana kompetitif atau kompetitifnya rendah.
2) Keuntungan untuk Guru:
Dapat memahami apa yang menjadi pemikiran atau yang ada dalam kepala akseptor didik.
Menyesuaikan pengajaran berdasarkan respons akseptor didik.
Lebih berinteraksi dengan akseptor didik.
Menjadikan arena pembelajaran sebagai sarana untuk mendidik akseptor didik menjadi lebih utuh dalam aspek fisikal dan motoriknya, aspek mental dan kejiwaan akseptor didik, serta aspek keterampilan sosialnya.

d. Model spectrum of Teaching Style, di mana spektrum tersebut berada di antara serangkaian gaya, dari gaya mengajar berpusat pada guru hingga gaya mengajar berpusat pada akseptor didik.

a. Gaya Mengajar Komando: guru memberi demonstrasi dan penjelasan, kemudian seluruh akseptor didik melaksanakan gerakan beberapa kali, dengan instruksi guru.

b. Gaya Mengajar Latihan: guru memberi demonstrasi dan penjelasan,dilakukan dalam beberapa tahap sehingga akseptor didik paham, kemudian akseptor didik melakukan, dan guru berada di antara mereka untuk memperbaiki.

c. Gaya Mengajar Resiprokal: guru mempersiapkan lembar kiprah gerak yang harus dilakukan akseptor didik, guru memberi demonstrasi dan penjelasan serta penjelasan lembar kiprah resiprokal. Peserta
didik melaksanakan dan temannya mengamati kemudian mengisi lembar pengamatan secara bergantian. Guru berada di antara akseptor didik untuk membetulkan kesalahan dan membantu dalam pengamatan kalau diperlukan.

d. Gaya Mengajar Penugasan: dalam gaya mengajar ini, guru memilih kiprah dan akseptor didik diberi kesempatan untuk membuat keputusan apa yang akan mereka lakukan. Tugas dibagi dalam beberapa level. Pada level pertama, seluruh akseptor didik melaksanakan kiprah yang sama, dengan tahap yang mereka mampu. Pada level kedua, setiap akseptor didik melaksanakan kiprah sesuai dengan capaian pada level pertama. Pada level selanjutnya, akseptor didik mendapatkan serangkaian kiprah yang mereka bertanggungjawab untuk menyelesaikannya. Guru menyediakan sumber informasi, tetapi akseptor didik harus memperkaya dengan sumber-sumber lain yang sesuai.

e. Gaya Mengajar Penemuan Terpimpin: dalam gaya mengajar ini, guru memberikan kiprah melaksanakan gerak, dan akseptor didik diberi kebebasan untuk bagaimana melaksanakan gerak. Misalnya: guru memberi instruksi “Berdiri dalam posisi siap dan melompat sejauh mungkin di atas matras” maka akseptor didik akan melakukannya dengan aneka macam cara.

f. Gaya Mengajar Pemecahan Masalah: gaya ini hampir sama dengan inovasi terpimpin, kalau pada gaya inovasi terpimpin, akseptor didik diarahkan untuk menemukan balasan yang sama, dalam gaya pemecahan masalah, akseptor didik sanggup memberikan balasan yang berbeda. Misalnya guru memberikan kasus “bagaimana caranya supaya kita sanggup mendarat dengan kondusif dan sejauh mungkin dari posisi sebelum melompat?”

g. Gaya Mengajar Eksplorasi: yaitu gaya mengajar yang berpusat pada siswa, guru memberikan kiprah gerak yang memungkinkan akseptor didik untuk bergerak bebas melaksanakan kiprah sesuai yang mereka inginkan. Guru hanya memberi sedikit arahan. Gaya ini sanggup dipergunakan untuk mengenalkan suatu konsep, peralatan yang gres dikenal, atau untuk mengetahui apakah akseptor didik menyukai kiprah gerak. Misalnya: “Temukan berapa gerakan menendang bola yang bisa dilakukan?”

Guru sanggup mempunyai metode dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang akan diberikan dan situasi kelas atau kesiapan akseptor didik. Dalam konteks berguru gerak, pembelajaran dilakukan dengan melalui tiga tahapan pembelajaran pendidikan jasmani, yaitu:
Tahapan Kognitif: pada tahap ini, guru memberikan pemahaman kepada akseptor didik ihwal gerak baru, ihwal apa, dan bagaimana gerakan dilakukan.
Tahapan Motorik: selanjutnya yaitu tahapan motorik, sehabis akseptor didik sanggup menjawab kasus kognitif dan membentuk organisasi pola gerak yang efektif untuk menghasilkan gerak dengan membangun kemampuan kontrol serta konsistensi sikap berdiri, rasa percaya diri.
Tahapan Otomatisasi: sehabis banyak melaksanakan latihan maka akseptor didik akan memasuhi tahap otomatisasi secara berangsur-angsur.
Gerak sudah berkembang dengan baik dan sanggup mengontrol gerak dalam waktu singkat.

Penggunaan Sarana dan Prasana
Sarana dan prasarana pendidikan juga sebagai salah satu dari unsur  administrasi pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam proses berguru mengajar, sarana pendidikan merupakan hal yang dilarang diabaikan sarana prasarana pendidikan juga dipakai untuk mempermudah pemahaman akseptor didik ihwal materi yang disampaikan dengan memakai sarana prasarana pendidikan yang sempurna dalam agenda kegiatan berguru mengajar menjadi lebih efektif dan efesien. Dengan adanya sarana dan prasarana pendidikan kegiatan berguru mengajar akan menjadi lebih bermakna dan berkualitas serta menyenangkan.

Berkaitan dengan sarana dan prasarana penunjang pembelajaran PJOK, idealnya yang harus dilakukan oleh guru PJOK yaitu mengidentifikasi kebutuhan sarana dan prasarana memakai pisau bedah kompetensi dasar yang akan diajarkan di SMP/MTs, sehabis itu mengecek ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah. Hasil pendataan ini sebaiknya dikomunikasi dengan kepala sekolah dan dianggarkan secara khusus untuk keperluan di dalam RKAS sekolah.

Apabila sekolah tidak sanggup menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, maka di sini dituntut kreativitas guru sangat diperlukan, untuk membuat modifikasi media pembelajaran PJOK. Demikian juga guru sanggup menyesuaikan acara yang dipilih, sesuai dengan ketersediaan sarana dan prasarana, dan tetap melaksanakan pembelajaran yang sesuai untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

Keamanan dan Keselamatan dalam Pembelajaran
Hal terpenting dalam pembelajaran PJOK yaitu terpenuhinya aspek dalam mekanisme keamanan dan keselamatan. Peserta didik harus sanggup melaksanakan atau unjuk kerja dengan kondusif dan selamat, sesuai kompetensi yang diharapkan, dan terjadi peningkatan keterampilan sesuai dengan tantangan melaksanakan unjuk kerja gerak. Peserta didik juga berguru untuk menilai kerja yang mereka lakukan dan juga menilai rekannya. Selain itu, akseptor didik juga harus bisa beradaptasi, memodifikasi dan meningkatkan kemampuannya. Karena itu perlu diketahui mekanisme keamanan dan keselamatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani, yang mempunyai tujuan mekanisme keamanan dan keselamatan pembelajaran penjas yaitu untuk memastikan akseptor didik melaksanakan acara pendidikan jasmani dan olahraga dengan kondusif dan selamat. Keamanan dan keselamatan meliputi kemanan dan keselamatan dalam sarana, prasarana, penggunaan alat dan teknik melakukan, serta keselamatan dari sikap kekerasan verbal.

Penilaian
Mata pelajaran PJOK merupakan mata pelajaran yang unik, di dalam penilaian fokusnya tidak hanya pada penilaian proses dan hasil berguru terhadap pencapaian kompetensi dasar yang diinginkan, namun ada hal lain yang harus dinilai oleh guru PJOK, di antaranya yaitu sebagai berikut.

1. Penilaian terhadap anak
a. Penilaian kesehatan, dilakukan oleh dokter.
b. Postur (tinggi dan berat badan), dilakukan oleh guru.
c. Kebugaran fisik, dilakukan oleh guru/peserta didik.

2. Penilaian kemudahan dan peralatan, meliputi faktor keselamatan, kesesuaian, dan efisiensi.

Dalam penilaian dilakukan asesmen atau penilaian terhadap kemajuan akseptor didik, untuk melihat apakah pengalaman berguru yang direncanakan tercapai. Penilaian meliputi tiga aspek utama yaitu afektif (sikap dan perilaku), psikomotor (keterampilan motorik dan kebugaran) serta pengetahuan.

Beberapa teknik untuk melaksanakan penilaian adalah: pengamatan, tes tulis, tes unjuk gerak. Seluruh hasil penilaian dicatat dan dilaporkan kepada sekolah dan orang tua.

Pengorganisasian Kelas (Langkah-Langkah Pembelajaran)
Hal-hal yang harus diperhatikan oleh guru Pendidikan Jasmani dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan yaitu seluruh akseptor didik, baik pria maupun wanita harus menerima kesempatan yang sama, pola pengelolaan pembelajaran sebagai berikut.

1. Kegiatan Awal
Kegiatan awal sebaiknya dikemas dengan cara berikut ini, namun apabila berdasarkan guru ada cara lain yang lebih efektif dan efisien maka sangat diperkenankan untuk menerapkan hal tersebut.

a. Guru masuk kelas dengan ekspresi yang mendatangkan kenyamanan bagi akseptor didik.
b. Mintalah ketua kelas untuk membariskan teman-teman dalam bentuk bersyaf, berbanjar atau membentuk setengah lingkaran.
c. Tugaskan satu orang akseptor didik untuk memimpin doa (harapan seluruh akseptor didik mendapatkan giliran untuk memimpin doa selama pembelajaran PJOK di Kelas IX ini).
d. Guru mempertanyakan kondisi kesehatan akseptor didik, dan sekaligus mengecek kebersihan kuku, rambut, dan pakaian, bila menemukan yang tidak sesuai dengan aturan, nasihati anak secara santun dan tidak di depan teman-temannya.
e. Sebelum melaksanakan kegiatan inti, maka lakukan dulu pemanasan yang dipimpin oleh salah seorang akseptor didik yang dianggap bisa atau guru.
f. Guru mempertanyakan ihwal arti penting pemanasan sebelum melaksanakan acara fisik, contohnya “menurut kalian apakah perlu kita melaksanakan pemanasan sebelum melaksanakan acara olahraga” sehabis akseptor didik memberikan aneka macam argumen, barulah guru memberikan ihwal arti penting pemanasan sebelum melaksanakan acara fisik yaitu untuk menyiapkan otot dan sendi tubuh untuk mendapatkan beban yang lebih berat, meningkatkan kecepatan perjalanan sinyal saraf yang memerintah gerakan tubuh sehingga memudahkan otot-otot berkontraksi dan rileks secara lebih cepat dan efisien, meningkatkan kapasitas kerja fisik, mengurangi adanya ketegangan otot, meningkatkan kemampuan jaringan penghubung dalam gerakan memanjang atau meregang, meningkatkan kondisi tubuh secara psikologis, lantaran pemanasan bisa membangun kepercayaan diri dan rasa nyaman. Harapannya akseptor didik mempunyai pengetahuan dan kesadaran ihwal arti penting melaksanakan pemanasan sebelum melaksanakan acara fisik, walaupun tanpa pengawasan dari guru.
g. Sampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat yang akan diperoleh akseptor didik sehabis pembelajaran.

2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti yang harus dilakukan oleh guru antara lain sebagai berikut.
a. Mintalah salah seorang akseptor didik yang dikategorikan bisa untuk memperagakan gerak sesuai tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari itu dan akseptor didik yang lainnya diminta untuk memperhatikan.
b. Guru memotivasi akseptor didik untuk bertanya, dengan cara guru mengajukan beberapa pertanyaan ihwal pemainan sepak bola atau mengajukan permasalahan.
c. Peserta didik ditugaskan secara perorangan atau berpasangan untuk berguru aneka macam keterampilan gerak menendang bola dengan aneka macam variasi, memberhentikan/mengontrol bola bervariasi dengan aneka macam cuilan tubuh, menggiring bola aneka macam variasi, melaksanakan lemparan ke dalam, dan materi lain yang dianggap penting oleh guru.
d. Selama proses pembelajaran, sikap akseptor didik harus diamati dan berikan perbaikan terhadap penyimpangan sikap akseptor didik dengan cara yang santun.
e. Kegiatan pembelajaran dilakukan dari yang gampang ke yang sulit, dari yang sederhana ke yang rumit serta dari yang ringan ke yang berat.
f. Pada dikala akseptor didik melaksanakan gerakan, guru mengawasi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan gerakan yang dilakukan oleh akseptor didik.
g. Dalam mengajarkan materi acara air guru sanggup memodifikasi alat pembelajaran.

3. Kegiatan Akhir
Kegiatan simpulan pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru antara lain sebagai berikut.
a. Guru memberikan kemajuan yang diperoleh akseptor didik secara umum, dan memberikan akseptor didik yang paling baik dan yang rendah penampilan keterampilan gerak yang dipelajari pada hari itu.
b. Guru memberikan penghargaan kepada akseptor didik yang bisa melaksanakan acara gerak dengan baik, dan memberikan kiprah remedial kepada akseptor didik yang belum bisa melaksanakan acara gerak dengan baik.
c. Guru melaksanakan tanya-jawab dengan akseptor didik yang berkenaan dengan materi pembelajaran yang telah diberikan.
d. Melakukan pelemasan yang dipimpin oleh salah seorang akseptor didik yang dianggap bisa atau guru, dan menjelaskan kepada akseptor didik tujuan dan manfaat melaksanakan pelemasan sehabis melaksanakan acara fisik/olahraga yaitu semoga sanggup melemaskan otot dan tubuh tetap bugar (segar).
e. Memberikan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh akseptor didik dan dikerjakan di rumah dalam bentuk portofolio atau makalah dan pada pertemuan terakhir. Dalam derma kiprah ini jangan terlalu memberatkan bagi anak, kiprah ini baiknya secara berkelompok.
f. Setelah melaksanakan acara pembelajaran sebaiknya seluruh akseptor didik dan guru berdoa, dan mempersiapkan diri untuk pembelajaran berikutnya.

Selengkapnya mengenai Buku Buku tersebut sanggup Bapak dan Ibu unduh pada link dibawah ini.
Buku Guru PJOK Kelas IX Kurikulum 2013 Revisi 2018 (UNDUH)
Buku Siswa PJOK Kelas IX Kurikulum 2013 Revisi 2018 (UNDUH)

Belum ada Komentar untuk "✔ Buku Pjok Kelas Ix Kurikulum 2013 Revisi 2018"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel