✔ Kenangan Masa Itu
Seakan hidup ini terasa cepat masih teringat terperinci di otak ini ketika - ketika berjalan menyusuri pinggiran sungai gringsing menuju ke Sekolahanku. Baju Putih yang sudah tercemar "Jatah" Pisang menyerupai peta buta citra kumpulan pulau - pulau kecil di kepulauan seribu menjadi seragam pujian ku ketika itu, seragam ke sekolah sekaligus seragam bermain bersama sahabat sebaya pada masanya. Masalah celana kami dulu unik, kadang atas putih bawah coklat pramuka, alasannya yaitu hari sebelumnya celana satu - satunya lembap kuyup sisa pulang kehujanan. kadang atasan coklat pramuka bawahan merah alasannya yaitu si coklat bau tanah resleting dol tidak bisa di tarik ke atas. Mungkin hal tersebut tidak berlaku untuk anak - anak kota pada masanya, tapi untuk kami bawah umur di desa hal itu biasa hampir setiap anak mengalami kecuali anak pak carik, pak kades, bu mantri dan cucunya mbah guru. Apapun pakaian kami , bagaimanapun seragam kami kala itu kami tetap semangat melangkah demi pendidikan kami sendiri. Kaki tanpa sepatu sudah biasa, yang luar biasa disaat uang saku kami bisa kami kumpulkan satu tahun untuk sekedar beli sepasang sepatu. Seakan aib rasanya disaat mengenakan sepatu gres kala itu, seakan artis dari ibukota. Injakan kaki sahabat menjadi salam tanda sepatu baru. Ciri - ciri anak yang mengenakan sepatu gres kala itu bisa di ketahui dari cara berjalanya. Berjalan kaku seakan sedang membawa beban berat, saking jarangnya mengenakan sepatu. Inilah gambaranku di ketika saya masih duduk di Sekolah Dasar.
Tetapi yang lebih teringat masa itu yaitu kenangan bersama bapak dan ibu guruku yang dengan tekun, kasih sayang, disiplin dan tegas. Sungguh masih teringat masa - masa itu. Yang saya salut seakan masing - masing tingkatan kelas sudah diseting dengan tipe guru yang pas. Untuk kelas bawah dengan tipe - tipe penyabar, tlaten, dan kelas diatasnya dengan tipe tegas, disiplin dan boleh dibilang galak. Tapi jujur saya rasakan betapa besar manfaat yang mereka ajarkan dulu berasa hingga kini ini. Aku akan memulai kisah ini dari masa-masa ketika dikelas satu. Masa itu yaitu masa - masa gres mengenal sekolah. Boleh di bilang sanggup bangkit diatas kaki sendiri kalau dibandingkan anak masa sekarang. Aku yang masih kecil dihari pertama masuk ke sekolah tanpa di antar orangtua hingga ke sekolah. Bersama kaka-kaka kelas tetanggaku ku di titipkan oleh ibuku. Rasa senang, takut dan aib bercampur menjadi satu. Tapi rasa itu berubah disaat memasuki kelas bertemu sosok ibu yang dengan senyum lebar menyambut kedatangan kami bersama teman-teman kecilku waktu itu, inilah sosok guru pertamaku, Seakan bertemu seorang ibu di sekolah. hari demi hari di kelas 1 kami kami menguasai A-Z dari " Ini Ibu Budi " hingga " Ibu Budi Sedang Memasak" menjadi jambalan wajib kami. 1-10 menjadi nomer sarapan kami hingga kami mengenal 1-100. Ya...masa itu pendidikan kelas 1 hanya terfokus pada "CALISTUNG" baca, tulis , hitung. Buguru dengan sabar menuntun kami menulis, buguru dengan terperinci mengeja abjad demi huruf, kata - demi kata. Buguru mencontohkan dan mengajarkan angka demi angka hingga menjumlah dan mengurang angka - angka sederhana. Sebagai selingan kami dikenalkan lagu usaha dan lagu - lagu anak karangan ibu sud yang hits pada masanya. Anak - anak masa itu belum mengenal Armada band, Boy grup band hanya amband dan risband sebagai daerah kami istirahat kala itu hehe.Kenangan yang paling indah pada ketika kelas satu yaitu disaat bisa menghafal lagu Garuda Panca Sila. Melepaskan kata Pribang-pribang saku menjadi kata Pribadi Bangsaku sangatlah sulit. Inilah awal mula dalam sejarah pertampilan di depan khalayak ramai di mulai...maju kedepan kelas untuk bernyayi. Iya masa itu masa ku pertama kalinya maju untuk tampil di depan orang banyak alasannya yaitu ku tidak mencicipi indahnya masa - masa bermain ( Taman Kanak-kanak ) apalagi PAUD hehehe...Betapa semangat mempersiapkan sendiri dirumah demi sukses menyanyikan lagu Garuda Panca Sila. "Biyung / Mamake " menjadi guruku dirumah. Sosok Guru dirumah yang terus hingga kini tetap menjadi Ibu dan Guru untuk anak-anaknya. Pendidikan memang harus saling terkait antara pendidikan di rumah dan pendidikan di sekolah. Sosok ibu dirumah harus menjadi Guru bagi anak-anaknya dikala dirumah, begitu juga sosok ayah menjadi guru model yang senantiasa menjadi pola secara tindakan dan perkataan bagi anak - anaknya. Anak yaitu perekam terbaik, Dikala sang ayah mengajarkan Sholat sempurna waktu dengan tindakan langsung, pastilah anak akan merekam hal tersebut dan secara otomatis tergugah untuk mengikutinya tapi akan sebaliknya kalau pola jelek merekapun akan merekam hal yang mereka contohkan secara tidak sadar. Sosok guru di rumah yaitu ayah ibu kita. Bulan berganti bulan, catur wulan demi catur wulan kami lalui hingga tibalah tes catur wulan terahir, sebelum tes catur wulan terahir buguru mengumumkan untuk membayar tes sebesar Rp. 300 setiap anak. Maklum masa itu Boro-boro ada BOS,PKH, PIP, KPS, KIP,KIS dll. yang ada hanya kemadirian. Kelas dua,tiga,empat kami lalui dengan mulus tanpa kendala kenangan demi kenangan masih teringat terperinci bersama bapak dan ibuguruku kala itu, dari di teot pipinya lantaran tidak bisa porogapet, bangkit didekat papan tulis lantaran lupa satu hafalan perkalian dan lain-lain tapi kami bersama sahabat -teman tidak marah, orang bau tanah kamipun tidaklah marah. Justru kami mengenah masa - masa itu, dan mencicipi hasil dari masa-masa itu sekarang. Kami tidak mngenal jari matika perkalian memakai jari yang buguru harapkan kala itu yaitu hafal lantaran perkalian dasar yaitu penting. Alhasil kami bisa menghafal tanpa menekuk tekuk jari kami, tanpa menjejerkan baris demi baris garis untuk mengalikan. Mas itu kami semua hanya di wajibakan Hafal. hingga sehafal hafalnya, membagi ala porogapet hingga sebisa - bisanya. itu pendidikan dikelas rendah kala itu.terima kasih bapak dan ibu guruku, atas jasamu kami kini bisa menghitung, membaca lancar, dan menulis menyerupai yang kulakukan dimalam ini.Masih teringat terperinci pelajaran yang paling ku takuti kala itu yaitu menulis halus, wajib bagi kami semua kala itu mempunyai buku dengan 5 garis bantu khusus untuk menguasai goresan pena latin dengan penulisan lambata, rapi dan elok itulah menulis halus. Dengan sabar guru-guruku kala itu mencontohkan dengan goresan pena yang super rapi di papan tulis kapur yang sudah di set bergaris pula.Masih teringat terperinci di kala bapak - ibu guru kami mewajibakan kami menghafal pancasila, dan pengamalanya dalam mata PMP, kini yang kita kenal dengan PKn. Alhasil hafal, Apa yang masih teringat terperinci pada masa kelas 4 yaitu disaat setiap anak disuruh maju menceritakan wacana cita - cita kala itu disaat sahabat yang lain bercita - cita sebagai Guru,Sopir, Dokter, Tentara, Polisi, Pilot dan teman-teman wanita hampir bercita-cita sebagai Pramugari saya sendiri bercita-cita sebagai BOS alhasil semua tertawa. Kala itu saya memang bercita-cita sebagai BOS, beranggapan bahwa BOS mempunyai uang banyak, maklum saking kepenginya saking jarangnya sanggup uang saku berlebih dari orang tua, hehehe..Baju saja hingga klusu belum tentu dibelikan, baju digunakan hingga benar - benar robek hehehe... tapi disinilah ku menjadi desainer muda. Saking kepenginya mempunyai kaos gres yang tidak tercapai hobiku kala itu menggambar kaos yang didalamnya saya desain goresan pena - goresan pena dan gambar - gambar imajinasiku ketika kecil. Allah memang maha mengabulakan doa. Doa ku terjawab sehabis 16 Th kemudian. Sampai ku mau makai kaos tinggal makai, jadinya Allah memberiku kesempatan untuk mempunyai Usaha dibidang sablon, dan jual beli kaos hasil desainku sendiri. Allah maha - maha mendengar dan maha mengabulkan. Ok kembali lagi masa kecil ya..hehe...
Kini saya sudah di katakan lebih besar secara fisik, lebih berani secara mental dan lebih siap secara pikiran, kini ku memasuki kelas V. Hari pertama masuk kelas ini sangat menegangkan lantaran rumor sebelumnya Kelas ini di pimpin oleh guru yang luar biasa disiplin, tegas, dan tuntas ketika menghukum hehehe....rasa takut luar biasa. Kami semua memasuki ruangan Pojok, sebuah ruangan di dalam ruangan jadi kami harus membuka pintu kelas enam dulu sebelum berbelok kanan membuka pintu kelas V. Bangku yang menyambung dengan mejanya berbahan dasar Pohon Jati merupakan tinggalan belanda menambah suasana tegas dan keras di kelas ini.
Preesreader |
Ya ternya benar hari pertama kami semua di suruh menciptakan "Tuding" ( sebilah bambu yang diraut hingga diameter sebesar jari orang cukup umur dengan panjang kurang lebih satu meter ). Dalam hati " haduhh niscaya kena pukul besok". Di ke esokan harinya pak guru mengumumkan barang siap yang dikelas tidak disiplin, tidak mematuhi aturan, tidak mau belajar, hukumanya memakai "Tuding" yang kalian buat sendiri. Kala itu ada satu temanku yang malas menciptakan tuding tidak hingga satu jari akan tetapi masih terlihat besar ia yang paling was - was. Tapi ternyata hal ini sangat manjur ketika itu. Benar - benar luar biasa Pak Guru aturan tegas tersebut sangat manjur, Setiap anak sangat berhati- hati dalam bertindak lantaran takut akan hukuman dan merekapun berguru dengan tekun. Tidak ada yang berani menatap muka pak guru kala itu, apa lagi nyolot, dan se enaknya sendiri. Walau jumlah " tuding " banyak dan berjejer di samping meja sendiri - sendiri akan tetapi hingga simpulan taun tuding tersebut jarang digunakan hanya satu dua kali digunakan pak guru untuk menotok kami itupun lantaran benar - benar kami akui salah. Seperti PR tertinggal, menjawab salah. Tapi ternyata efek tuding waktu itu sangat manjur, Aku dan teman-teman lebih disiplin, hati-hati, serisus, dan berani tampil lantaran takut adnya hukuman yang terperinci dan tegas.
Satu tahun berlalu kami masuk ke tingkat terahir di SD saya memasuki kelas VI ( Enam ). Kelas ini berdasarkan kaka- kaka yang sudah lulus yaitu kelas penuh kesabaran, ketekunan dan " Kekencotan ( Kelaparan ) , Kekompakan dan Kesuksesan " hahaha pnajang ya Ke nya. Ternyata benar Kesabaran ( sang guru benar-benar dengan sabar menandakan hingga detail setiap pelajaran ) masih teringat terperinci sesosok guru luar biasa yang bisa mengubahku dari Anak yang sangat membenci matematika menjadi anak yang sangat suka matematika waktu itu, Ketekuna ( Anak - anak dengan tekun berguru tak mengenal lelah setiap pulang kami secara sanggup bangkit diatas kaki sendiri berkelompok dalam kelompok berguru masing masing ) yang saya salut pak guru mendatangi eksklusif pos -pos berguru kami di sore harinya..secara bergantian pak guru mengecek dan memantau perkembangan berguru kami secara langsung, kerumah-rumah kami, sungguh totalitas seorang guru dalam mendidik dan mngejar yang telah pak guru contohkan kepad kami semua, Tak ada satupun anak yang berjalan tegak disaat berjalan didepanya, semua tertunduk dengan tangan menyodor kedepan tanda hormat kepadanya, tanda hormat kepada orang tua, Ke yang ketiga yaitu Kelaparan ( hehehe yap...pulang jam 4 sudah biasa, yang saya salut kala itu yaitu dengan uang saku Rp. 50, hanya untuk membeli bubur kacang ijo satu plastik dan gorengan satu bisa untuk bertahan hingga sore, tidak ada cilung,cireng apa lagi bakso dan teman-temanya yang ada hanya kupat mendo, bubur, pecel jajan kami kala itu. Tapi kami bisa bertahan hingga seharian dengan hasil pulang " Kencot" hehehe..Ke yang ke empat yaitu :" Kekompakan " luar biasa pak guru mengajarkan kekompakan yang hingga satu tahun kami serasa menyerupai keluarga, abang adik dan bermainpun dirumah tidak lepas dari mereka semua. dan " Kesuksesan " terimakasih Pak Guru.. Motivasi kesuksesan telah kami buktikan kini Hampir semua muridmu sukses di aneka macam profesi, ya sahabat - sahabat satu angkatanku bisa dikatakan bermacam-macam profesi dari 24 anak kala itu kini sudah berubah menjadi menjadi seorang dengan aneka macam latar pendidikan berbeda, profesi yang berlainan dan kesuksesan di masing-masing bidangnya. Dan ku sendiri tetapkan ingin meraih kesuksesan menyerupai yang pak guru sampaikan kala itu. Aku menentukan meneruskan cita -citamu menjadi seorang guru mengabdi untuk negerei ini, Aku ingin memberikan motivasi kesuksesamu kepada anak - anak didiku sekarang. Dan biar ada salah satu anak didiku yang mau meneruskan cita-citaku dan mewariskan motivasi kesuksesanmu kepada generasi berikutnya dan berikutnya. Doaku selalu untukmu guruku dan terimakasih atas semua ilmu yang telah kamu berikan kepada ku. Semoga ilmu yang baik akan ku wariskan ke anak didiku.
DIRGAHAYULAH DIKAU DIRGAHAYU SELAMANYA .
HUT PGRI KE 72
SELAMAT HARI GURU NASIONAL
( Penulis amatiran : Arif Prayitno )
Belum ada Komentar untuk "✔ Kenangan Masa Itu"
Posting Komentar