✔ Teori Dan Apresiasi Sastra Indonesia

 Genre Sastra  Karya sastra berdasarkan genre atau jenisnya terbagi atas puisi ✔ Teori dan Apresiasi Sastra Indonesia
Teori dan Apresiasi Sastra Indonesia -


Jenis-jenis Sastra Indonesia/ Genre Sastra
Karya sastra berdasarkan genre atau jenisnya terbagi atas puisi, prosa, dan drama. Pembagian tersebut semata-mata didasarkan atas perbedaan bentuk fisiknya saja, bukan substansinya. Substansi karya sastra apa pun bentuknya tetap sama, yakni pengalaman kemanusiaan dalam segala wujud dan dimensinya. Berikut ini dipaparkan ketiga bentuk karya sastra tersebut.

a. Puisi
Pengertian
Secara etimologis, puisi berasal dari bahasa Inggris, poetry "mencipta". Secara terminologis, puisi berdasarkan W.Dunton ialah ekspresi yang kasatmata atau bersifat artistik dari pikiran insan dalam bahasa yang emosional dan berirama. Penggunaan bahasanya berupa pengalaman bathin yang disusun secara khas pula. Susunan kata singkat dan padat, memakai majas untuk memperindah dari aneka macam segi: makna, citraan, rima, ritme, nada, rasa, dan jangkauan simboliknya.

Dari segi bentuknya kita mengenal puisi terikat dan puisi bebas. Puisi terikat sanggup dikatakan sebagai puisi lama, puisi yang diciptakan oleh masyarakat lama, ibarat pantun, syair,dan gurindam. Puisi usang merupakan puisi yang terikat oleh syarat-syarat, ibarat jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik, pola rima dan irama, serta muatan setiap bait Sedangkan puisi baru, puisi bebas atau yang lebih dikenal sebagai puisi modern yang mulai muncul pada masa Pujangga Baru yang dipelopori oleh Chairil Anwar yang disebut angkatan 45. Puisi modern merupakan bentuk pengucapan puisi yang tidak menginginkan pola-pola estetika yang kaku atau patokan-patokan yang membelenggu kebebasan jiwa penyair. Dengan demikian, nilai puisi modern sanggup dilihat pada keutuhan,

keselarasan, dan kepadatan ucapan, dan bukan terletak pada jumlah bait dan larik yang membangunnya.

Berdasarkan uraian di atas, sanggup dipahami bahwa puisi merupakan pengungkapan pikiran dan perasaan dengan kata-kata yang terbatas jumlahnya serta dengan bahasa yang emosional dan berirama.

Unsur-unsur puisi
Unsur-unsur puisi terbagi atas unsur lahiriah (struktur fisik puisi) dan unsur batiniah (struktur bati).
Unsur lahiriah yaitu: rima atau irama ialah persamaan suara yang terdapat pada puisi, baik pada awal, tengah, atau pada selesai baris puisi. Imaji merupakan suatu kata atau susunan kata-kata yang sanggup mengungkapkan pengalaman indrawi ibarat perasaan, penglihatan, dan pendengaran. Diksi yaitu pemilihan beberapa kata yang dilakukan penyair dalam karyanya. Kata kasatmata ialah kata yang sanggup ditangkap dengan memakai indra yang memungkinkan menculnya imaji. Gaya bahasa yang sanggup menghidupkan pengaruh serta mengakibatkan konotasi tertentu. Tipografi ialah bentuk puisi yang tepi kanan dan kiri tidak dipenuhi kata, tidak selalu dimulai dengan karakter besar pada setiap baris serta tidak diakhiri tanda titik.

Unsur batiniah yaitu: tema atau makna baik tiap kata atau makna keseluruhan. Rasa merupakan sikap penyair terhadap suatu pokok permasalahan yang ada dalam puisi, Nada ialah sikap penyair terhadap pembacanya serta nada bekerjasama dengan tema dan rasa. Amanat merupakan pesan yang akan disampaikan penyair kepada pembaca.

Menentukan Makna Puisi
Pemahaman makna puisi kalau memaknai secara literal, pengertian tersirat, dan nilai kehidupan. Makna literal merupakan makna yang digambarkan oleh kata-kata dalam puisi ibarat lazim dipersepsikan dalam kehidupan sehari-hari, merupakan perbandingan atau metafora saya layaknya atau bagaikan hewan jalang.

Menentukan Tema Puisi
Tema puisi merupakan dasar atau kokok pikiran/perasaan di dalam penulisan suatu puisi. Tema puisi sanggup diketahui melalui kekerabatan kata-kata yang semakna yang ada di dalamnya.

Contoh memilih tema puisi:

SAAT ITU
Saat mentari mulai terbit
Itulah awal Aku mengenalmu dalam buku
Saat raja siang membakar
Itulah awal Aku bersamamu
Saat hujan turun dengan lebat
Itulah ketika Aku mengkhawatirkanmu
Saat bintang bertabur dan bulan tersenyum
Itulah ketika Aku memikirkanmu
Saat malam semakin larut
Saat itulah saya merasa takut untuk kehilangan dirimu

Sumber: soal ujian Nasional Bahasa Indonesia SMP/MTs.

Pembahasan
Kata yang berulang dan semakna ialah sebagai berikut:

  • Kata-kata penunjuk waktu adalah: pagi, siang, dan malam.
  • Kata-kata penunjuk kepada sikap perhatian yaitu: mengenalmu, bersamamu, mengkhawatirkanmu, memikirkanmu, takut kehilanganmu. Dengan demikian berdasarkan kata-kata itu, puisi tersebut mengatakan seseorang yang sangat perhatian/ kesetiaan pada sesuatu (apakah orang ataupun benda).


Melengkapi Puisi yang Rumpang
Puisi rumpang ialah belahan dari suatu puisi yang hilang dan biasanya dijadikan sebagai latihan dalam menulis puisi bagi siswa. Silakan Anda perhatikan puisi usang berikut:

Kalau ada jarum yang patah
Jangan disimpan di dalam laci
Kalau ada kata yang salah
Jangan disimpan di dalam hati

Puisi di atas ialah salah satu bait puisi usang dalam bentuk pantun. Apabila Anda akan menulis puisi usang dengan bentuk demikian, syarat-syarat yang harus Anda patuhi ialah jumlah larik dalam setiap baitnya harus berjumlah empat, jumlah suku kata dalam

setiap lariknya harus antara delapan dan dua belas, rimanya mesti berpola a-b-a-b (larik ke-1 dan larik ke-3 mesti sama, demikian juga larik ke-2 dan larik ke-4), dan dua larik pertama mesti memuat sampiran. Adapun dua larik terakhir mesti memuat isi, makna, amanat, atau pesan pantun.

Penyebutan puisi usang disebabkan adanya fenomena puisi setelahnya yang dianggap baru. Namun, yang lebih perlu Anda pahami ialah bahwa puisi usang merupakan pancaran masyarakat usang atau warisan budaya nenek moyang kita yang masih hidup dalam tradisi lisan. Bentuk lainnya yang juga termasuk puisi usang ialah bidal, gazal, gurindam, mantra, masnawi, nazam, kithah, rubai, seloka, syair, talibun, dan teromba.
Contoh puisi usang (pantun) yang rumpang di bawah ini:

Jalan-jalan ke Mall (...).
Janganlah hingga lupa (...).
Jika cendekia menanam budi
Kelak akan dikenang orang
Contoh puisi gres yang rumpang ialah sebagai berikut:
Pagiku hilang sudah membayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang tiba membayang (...)

Mengubah Puisi Menjadi Prosa (Parafrasa Pusi)
Parafrasa adalah pengungkapan kembali suatu tuturan bahasa dalam bentuk bahasa lain tanpa mengubah pengertian. Pengungkapan kembali bertujuan untuk menjelaskan makna yang tersembunyi.
Cara menciptakan parafrasa ialah pertama-tama hendaklah memahami puisi. Untuk memahami puisi beberapa langkah yang harus dilalui dengan seksama. Langkah-langkah tersebut ialah : (1) membaca puisi secara berulang-ulang, (2) memahami arti lugas kata-kata tiap larik dan bait, (3) menambahkan kata-kata untuk memperjelas kekerabatan makna kata dalam larik dan bait, (4) memahami makna symbolik/konotatif, (5) memparafrasekan tiap bait, (6) merumuskan makna utuh, (7) mengungkapkan amanat puisi.
Contoh parafrase puisi menjadi prosa ialah sebagai berikut:

DOA
Chairil Anwar
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namamu
Biar susah sungguh Mengingat kamu penuh seluruh
Cahayamu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk Remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
Di pintumu saya mengetuk Aku tak sanggup berpaling.

Tuhanku Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, di tengah malam yang sunyi tenang ini, saya duduk dalam keadaan melongo kemudian secara serta merta saya menyebut nama-Mu, berzikir dengan asma-Mu sembari mengingat segala dosa dan nista yang telah mewarnai setiap langkah kehidupanku di masa lalu.
Kehidupanku sungguh gelap gulita, pelita hatiku seakan padam. Betapun gelapnya hidupku dan hatiku; namun saya tetap berikhtiar sekuat tenaga untuk mengingat asma-Mu Yang Maha Agung, sekalipun hal itu kulakukan dengan usaha batin yang sangat berat.

Dengan mengingat kepada-Mu, saya mencicipi bagaikan ada cahaya panas yang terpancari dari-MU, dan cahaya aben dan menghanguskan segala dosa dan nista yang telah membeku dalam jiwa ragaku secara sedikit-demi sedikit. Hal ibarat tak pernah terlupa mengingat-Mu setiap hari dan malam, dan alhasil muncul kembali titik suci higienis dalam relung qalbuku, yang sebelumnya bagaikan kerdip lilin yang akan mati lantaran ditiup angin di tengah kelamnya malam yang sunyi sepi.

Ya Tuhan, saya kini telah menyadari dan meratapi segala perbuatanku yang selalu melanggar perintah dan larangan-Mu. Penyesalan itu muncul lantaran kurasakan jiwaku kering kerontang, sengsara tiada tara, dan terasa hancur berkeping-keping, remuk, dan hanya dengan ampunan-Mu dan rahmah-rahim-Mu yang sanggup mempersatukan kembali ibarat fitrah-Mu semula.

Pada selesai hayatku ini, gres saya sering mengingat dan memohon ampun atas segala dosa yang telah kuperbuat di masa lalu, dengan demikian saya mencicipi diriku bagaikan mengembara di negeri asing, negeri yang tak kukenal, negeri yang dihuni oleh insan yang berprilaku yang keji dan kejam daripada setan-iblis. Olehnya itu, Ya Allah Yang Maha Pemberi Hidayah dan taufik, kiranya Engaku melimpahkan taufik dan hidayah-Mu semoga saya sanggup keluar dari negeri yang pernah onar dan nista ini.

Ya Allah Yang Maha Pengampun atas segala dosa, kini saya tiba bersimpuh dipangkuan kemuliaanmu, mengetuk di pintu ampunan-Mu. Karena saya menyadari dengan seyakin-yakinnya bahwa hanya dengan kasih sayang-Mu dan mapunan-Mu, saya sanggup selamat menjalani hidup dan kehidupan di dunia fana ini. oleh lantaran itu, saya berjanji kepada-Mu bahwa saya tak akan berpaling kembali melaksanakan dosa-dosa ibarat masa silam. Aku benar-benar sadar dan hanya ingin berbakti dan menjalankan perintah dan mejauhi larangan-Mu semata.

b. Prosa
Contoh parafrase puisi di atas ialah salah satu tumpuan prosa. Karangan prosa merupakan jenis karya sastra dengan ciri-ciri antara lain (1) bentuknya yang bersifat penguraian, (2) adanya satuan-satuan makna dalam wujud alinea-alinea, dan (3) penggunaan bahasa yang cenderung longgar. Bentuk ini merupakan rangkaian insiden imajinatif yang diperankan oleh pelaku-pelaku cerita, dengan latar dan tahapan tertentu yang sering disebut dengan kisah rekaan. Unsur-unsur kisah rekaan antara lain sebagai berikut (a) tokoh dan penokohan, (b) alur, (c) latar, (d) tema, (e) amanat, (f) sudut pandang, (g) dan gaya bahasa, yang semuanya saling bekerjasama sehingga membentuk satu kisah yang utuh.

Pembagian bentuk prosa ibarat yang dikemukakan oleh H.B.Yassin ialah cerpen, novel, dan roman. Menurutnya, cerpen ialah kisah fiksi yang habis dibaca dalam sekali duduk. Novel ialah kisah fiksi yang mengisahkan perjalanan hidup para tokohnya dengan segala liku-liku perjalanan dan perubahan nasibnya. sedangkan roman ialah kisah fiksi yang mengisahkan tokoh-tokohnya semenjak kanak-kanak hingga tutup usia. Namun, kini ini istilah roman sudah jarang dipakai lantaran dianggap sama dengan novel.

Unsur-unsur pembangun karya sastra biasa disebut dengan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Menurut Jakob Sumardjo (1986) yang dimaksud dengan unsur intrinsik ialah unsur-unsur yang berasal dari dalam karya sastra itu sendiri, seperti: tema, tokoh, alur, latar, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa. Sementara itu, unsur ekstrinsik ialah unsur-unsur yang berasal dari luar karya sastra, contohnya sosial, budaya, ekonomi, politik, agama, dan filsafat. Faktor ekstrinsik tidak menjadi penentu yang menggoyahkan karya sastra.

Beberapa acara yang telah kita lakukan dalam menulis puisi sanggup pula kita manfaatkan juga untuk kepentingan menulis prosa, khususnya cerpen. Kegiatan yang dimaksud ialah mendeskripsikan objek kasatmata secara emotif dan menulis cerpen berdasarkan tokoh dalam sejarah, mitologi, atau karya sastra lainnya.

Menulis prosa pun sanggup kita lakukan dengan cara memperhatikan konvensi yang terdapat dalam sebuah karya prosa. Jika cara ini yang kita pilih, maka Anda harus memerhatikan hal-hal berikut.

  • Tentukanlah tema kisah berdasarkan duduk kasus yang Anda kuasai, kemudian konkretkan tema tersebut dengan judul yang menarik dan sesingkat mungkin, contohnya tidak lebih dari lima kata.
  • Sadarilah bahwa kisah yang konvensional selain menyertakan judul dan pengarangnya harus juga dilengkapi aspek formal cerpen lainnya, yaitu adanya narasi dan obrolan tokoh.
  • Kembangkanlah tema ke dalam unsur-unsur cerita, ibarat fakta kisah (alur, tokoh, dan latar), sarana kisah (sudut pandang, penceritaan, dan gaya bahasa).
  • Padukanlah unsur-unsur kisah dengan memerhatikan kaidah alur, yaitu insiden disusun secara logis dan kronologis, menghadirkan suspense ‘rasa ingin tahu’ menciptakan surprise ‘kejutan’ dan menjalin seluruh unsur kisah sehingga tampak utuh.


c. Drama
Semi (1988) menyatakan bahwa drama ialah kisah atau tiruan sikap insan yang dipentaskan. Kaprikornus tujuan penulisan drama ialah untuk dipentaskan. Oleh lantaran itu drama mempunyai dua aspek esensial, yakni aspek kisah dan aspek pementasan yang bekerjasama dengan seni lakon atau teater. Drama bergotong-royong mempunyai tiga dimensi, yakni (1) sastra, (2) gerakan, dan (3) ujaran. Oleh lantaran itu, naskah drama tidak disusun khusus untuk dibaca ibarat cerpen atau novel, tetapi lebih daripada itu dalam penciptaan naskah drama sudah dipertimbangkan aspek-aspek pementasannya.

Penyusun :
Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd.
Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd.
Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.
Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed.
Widya Karmila Sari Achmad, S.Pd., M.Pd.


Belum ada Komentar untuk "✔ Teori Dan Apresiasi Sastra Indonesia"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel