✔ Bahan Ppg Acara Berguru Ii Teori Berguru Kognitif Dan Penerapan Dalam Pembelajaran

TEORI BELAJAR KOGNITIF DAN PENERAPANNYA DALAM  PEMBELAJARAN  ✔ Materi PPG Kegiatan Belajar II Teori Belajar Kognitif Dan Penerapan Dalam Pembelajaran

1. Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif 

Teori berguru kognitif berbeda dengan teori berguru behavioristik. Teori berguru kognitif lebih mementingkan proses berguru dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif menyampaikan bahwa berguru tidak sekedar melibatkan kekerabatan antara stimulus dan respon. Tidak menyerupai model berguru behavioristik yang mempelajari proses berguru hanya sebagai kekerabatan stimulus-respon, model berguru kognitif merupakan suatu bentuk teori berguru yang sering disebut sebagai model perseptual. Model berguru kognitif menyampaikan bahwa tingkah laris seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya perihal situasi yang bekerjasama dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu sanggup terlihat sebagai tingkah laris yang nampak.  Teori kognitif juga menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling bekerjasama dengan seluruh konteks situasi tersebut. Memisah-misahkan atau membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen yang kecilkecil dan mempelajarinya secara terpisah-pisah, akan kehilangan makna. Teori ini berpandangan bahwa berguru merupakan suatu proses internal yang meliputi ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.  Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. 

Proses berguru terjadi antara lain meliputi pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya. Dalam praktek pembelajaran, teori kognitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti: “Tahap-tahap perkembangan” yang dikemukakan oleh J. Piaget, Advance organizer oleh Ausubel, Pemahaman konsep oleh Bruner, Hirarkhi berguru oleh Gagne, Webteaching oleh Norman, dan sebagainya. Berikut akan diuraikan lebih rinci beberapa pandangan mereka.  

2. Teori Perkembangan Jean Piaget (1896-1980) 

Piaget ialah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu suatu  proses yang didasarkan atas prosedur biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju kedewasaan, akan mengalami pembiasaan biologis dengan lingkungannya yang akan menjadikan adanya perubahan-perubahan kualitatif di dalam struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang sanggup didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif. Collin, dkk (2012) menggambarkan pemikiran Piaget sebagaiberikut: 


Bagaimana seseorang memperoleh kecakapan intelektual, pada umumnya akan bekerjasama dengan proses mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan mereka ketahui pada satu sisi dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena gres sebagai pengalaman atau persoalan. Bila seseorang dalam kondisi kini sanggup mengatasi situasi baru, keseimbangan mereka tidak akan terganggu. Jika tidak, ia harus melaksanakan pembiasaan dengan lingkungannya. Proses pembiasaan mempunyai dua bentuk dan terjadi secara simultan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi ialah proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan struktur kognitif yang ada sekarang, sementara fasilitas ialah proses perubahan struktur kognitif sehingga sanggup dipahami. Dengan kata lain, apabila individu mendapatkan isu atau pengalaman gres maka isu tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif yang telah dipunyainya. Proses ini disebut asimilasi. Sebaliknya, apabila struktur kognitif yang sudah dimilikinya yang harus diadaptasi dengan isu yang diterima, maka hal ini disebut akomodasi.  Asimilasi dan fasilitas akan terjadi apabila seseorang mengalami konflik kognitif atau suatu ketidak seimbangan antara apa yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau dialaminya sekarang. Proses ini akan mensugesti strutur kognitif. Menurut Piaget, proses berguru akan terjadi jikalau mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan isu gres ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses fasilitas merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan proses ekuilibrasi ialah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Sebagai contoh, seorang anak sudah memahami prinsip pengurangan. Ketika mempelajari prinsip pembagian, maka terjadi proses pengintegrasian antara prinsip 

pengurangan yang sudah dikuasainya dengan prinsip pembagian (informasi baru). Inilah yang disebut proses asimilasi. Jika anak tersebut diberikan soal-soal pembagian, maka situasi ini disebut akomodasi. Artinya, anak tersebut sudah sanggup mengaplikasikan atau menggunakan prinsip-prinsip pembagian dalam situasi yang gres dan spesifik.  Agar seseorang sanggup terus menyebarkan dan menambah pengetahuannya sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diharapkan proses penyeimbangan. Proses penyeimbangan yaitu menyeimbangkan antara lingkungan luar dengan struktur kognitif yang ada dalam dirinya. Proses inilah yang disebut ekuilibrasi. Tanpa proses ekuilibrasi, perkembangan kognitif seseorang akan mengalami gangguan dan  tidak teratur (disorganized). Hal ini contohnya tampak pada caranya berbicara yang tidak runtut, berbelit-belit, terputus-putus, tidak logis, dan sebagainya. Adaptasi akan terjadi jikalau telah terdapat keseimbangan di dalam struktur kognitif. Sebagaimana dijelaskan di atas, proses asimilasi dan fasilitas mensugesti struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif merupakan fungsi dari pengalaman, dan kedewasaan anak terjadi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu. Menurut Piaget, proses berguru seseorang akan  mengikuti pola dan tahaptahap perkembangan sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak sanggup berguru sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahaptahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu;  

a. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun) Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari acara motorik dan persepsinya yang sederhana. Ciri pokok perkembangannya berdasarkan tindakan, dan dilakukan langkah demi langkah. Kemampuan yang dimilikinya antara lain: 

1) Melihat dirinya sendiri sebagai mahkluk yang berbeda dengan obyek di sekitarnya. 
2) Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara. 
3) Suka memperhatikan sesuatu lebih lama.  
4) Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya. 
5) Memperhatikan obyek sebagai hal yang tetap, kemudian ingin merubah tempatnya.  

b. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun) 
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini ialah pada penggunaan symbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif.  Preoperasional (umur 2-4 tahun), anak telah bisa menggunakan bahasa dalam menyebarkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Maka sering terjadi  kesalahan dalam memahami obyek. Karakteristik tahap ini adalah: 

  1. Self counter nya sangat menonjol.  
  2. Dapat mengklasifikasikan obyek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.  
  3. Tidak bisa memusatkan perhatian pada obyek-obyek yang berbeda.  
  4. Mampu mengumpulkan barang-barang berdasarkan kriteria, termasuk kriteria yang benar.  
  5. Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak sanggup menjelaskan perbedaan antara deretan


  Tahap intuitif (umur 4-7 atau 8 tahun),
anak telah sanggup memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang agak abstraks. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh alasannya ialah itu, pada usia ini anak telah sanggup mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama bagi mereka yang mempunyai pengalaman yang luas. Karakteristik tahap ini adalah: 


  1. Anak sanggup membentuk kelas-kelas atau kategori obyek, tetapi kurang disadarinya. 
  2. Anak mulai mengetahui kekerabatan secara logis terhadap hal-hal yang lebih kompleks.  
  3. Anak sanggup melaksanakan sesuatu terhadap sejumlah ide. 
  4. Anak bisa memperoleh prinsip-prinsip secara benar. Dia mengerti terhadap sejumlah obyek yang teratur dan cara mengelompokkannya. Anak kekekalan masa pada usia 5 tahun, kekekalan berat pada usia 6 tahun, dan kekekalan volume pada usia 7 tahun. Anak memahami bahwa jumlah obyek ialah tetap sama meskipun obyek itu dikelompokkan dengan cara yang berbeda. 
c.  Tahap operasional konkrit (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun) 

Ciri pokok perkembangan pada tahap ini ialah anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang terperinci dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah mempunyai kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkrit. Operation ialah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi obyek atau citra yang ada di dalam dirinya. Karenanya acara ini memerlukan proses transformasi isu ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu cobacoba dan menciptakan kesalahan, lantaran anak sudah sanggup berpikir dengan menggunakan model “kemungkinan” dalam melaksanakan acara tertentu. Ia sanggup menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak bisa menangani sistem klasifikasi.  Namun sungguhpun anak telah sanggup melaksanakan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan perkara (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung di dalamnya. Namun taraf berpikirnya sudah sanggup dikatakan maju. Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif. Untuk menghindari keterbatasan berpikir anak perlu diberi citra konkrit, sehingga ia bisa menelaah persoalan. Sungguhpun demikian anak usia 7-12 tahun masih mempunyai perkara mengenai berpikir abstrak.  

d. Tahap Operasional formal (umur 11/12-18 tahun). 
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini ialah anak sudah bisa berpikir aneh dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”. Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak, dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan menyebarkan hipotesa. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat: 

  1. Bekerja secara efektif dan sistematis. 
  2. Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah diberikan dua kemungkinan penyebabnya, contohnya C1 dan C2 menghasilkan R, anak sanggup merumuskan beberapa kemungkinan.  
  3. Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional perihal C1, C2, dan R misalnya.  
  4. Menarik generalisasi secara fundamental pada satu macam isi. Pada tahap ini mula-mula Piaget percaya bahwa sebagian remaja mencapai formal operations paling lambat pada usia 15 tahun. Tetapi berdasarkan penelitian maupun studi selanjutnya menemukan bahwa banyak siswa bahkan mahasiswa walaupun usianya telah melampaui, belum sanggup melaksanakan formal-operations.  
Proses berguru yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu akan berbeda dengan proses berguru yang dialami oleh seorang anak pada tahap preoperasiaonal, dan akan berbeda pula dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional konkrit, bahkan dengan mereka yang sudah berada pada tahap operasional formal.  

Empat tahap perkembangan Piaget ini sanggup disimpulkan sebagai berikut: (Collin, 2012) 


Secara umum, semakin tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang akan semakin teratur dan semakin aneh cara berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif para muridnya biar dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajarannya sesuai dengan tahap-tahap tersebut. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan tidak sesuai dengan kemampuan dan karakteristik siswa tidak akan ada maknanya bagi siswa. 

3. Teori Belajar Menurut Jerome Bruner (1915-2016) 

Jerome Bruner ialah seorang pengikut setia teori kognitif, khususnya dalam studi perkembangan fungsi kognitif. Ia menandai perkembangan kognitif insan sebagai berikut: 

  1. Perkembangan intelektual ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu rangsangan. 
  2. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan isu secara realis. 
  3. Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang perihal apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini bekerjasama dengan kepercayaan pada diri sendiri.  
  4. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang renta dengan anak diharapkan bagi perkembangan kognitifnya.  
  5. Bahasa ialah kunci perkembangan kognitif, lantaran bahasa merupakan alat komunikasi antara manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diharapkan bahasa. Bahasa diharapkan untuk mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain.  
  6. Perkembangan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa alternatif secara simultan, menentukan tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas yang berurutan dalam banyak sekali situasi.  

Belum ada Komentar untuk "✔ Bahan Ppg Acara Berguru Ii Teori Berguru Kognitif Dan Penerapan Dalam Pembelajaran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel