✔ Sehebat Apapun Guru Membimbing Lomba Hingga Juara Tingkat Nasional, Bicara Problem Angka Kredit Guru, Akan Kalah Nilai Sama Guru Pembuat Artikel Copas Di Majalah Bulanan.
Gurune.net – Perlu teman ketahui goresan pena ini ditulis oleh teman dari negeri nan jauh disana.Simak ya sob, kayaknya menarik ni…Bangga lihat anak didik kita dikala kita berhari – hari, berbulan-bulan bahkan mempersiapkan dari satu tahun sebelumnya akibatnya siswa kita bisa menjuarai sebuah lomba baik akademik, seni, agama, maupun olahraga.
Bahkan dikala mereka menerima uang pembinaan sebesar apapun, kita hanya bisa gembira saja ga dapet bab padahal namanya uang pembinaan, eh emaknya yang kita bina buru – buru masukin tu amplop isi uang pembinaan, mending ganti aja uang emak yang dibina aja..kwkwkwk.
Ya..Bangga yang tak terkira ketika mereka juara, tapi sangat disayangkan usaha itu hanya hingga level gembira saja, Kubuka hukum wacana angka kredit di Buku 4, ko tidak muncul perihal pembinaan lomba dapet nilai? Apa memang ku yang ga lihat, ada gasi teman tau ga…muncul ga ?
Kalau memang ga ada, mungkin yang buat hukum ini dulu, gatau kalau di level bawah ada hajat besar yang digelar rutin dan butuh usaha ekstra untuk meraihnya. Ya…membina anak lomba samapi berprestasi,…….ga ada daftarnya sob dalam buku 4.
Kadang kita yang sibuk akan anak didik dalam pembinaan, kalah sama mereka yang sibuk memikirkan karirnya sendiri, ikut seminar sana sini dengan dalih meningkatkan kemampuan, kompetensi tapi dibalik itu semua hanya tuk melengkapi tuntutan angka kredit semata…
Kadang kita iri dikala mereka bisa buat buku hingga 300 judul buku dalam satu malam, diterima artikelnya di surat kabar *bayar lewat belakang….
Mereka berjuang keras untuk karirnya sendiri, angka kredit pribadi tuntas penuh tuk naik satu level…
Tapi kita yang sibuk buat denah persiapan anak missal…,
revisi berulangkali untuk tahap latihan awal, mencari acuan karya untuk presentasi didepan siswa, memberi pola dan membimbing selangkah demi selangkah semoga anak didik kita bisa juara…..
Tapi kita yang berjuang di sisi tersebut kalah dalam urusan angka kredit guru sama mereka yang berdalih membuatkan karir…
Hehehe….tulisan diatas seakan menggebu – gebu ya, di kolom pojok opini ini gurune hanya meluapkan rasa gembira menjadi guru Pembina lomba yang anak didiknya sukses tapi lupa memikirkan karirnya sendiri…
Sebagai pembelaan akan dirinya sendiri niscaya bilang, niscaya akan ada balasanya nanti…..hehehe..
Ya, memang kita harus ikhlas, tapi sangat disayangkan, sisi ini tidak tersentuh oleh mereka para pemikir diatas, …
Mungkin banyak yang takut guru pribadi bisa 4a kaya dulu sob, missal bisa hingga 4a pun guru kini sudah banyak yang canggih ko, pola pikir mereka milenial, lihat aja..mereka yang masuk perguruan tinggi pendidikan, banyak yang lulusan terbaik di sekolah menengah dan kejuruan sebelumnya…
Era ini berbeda dengan jaman –jaman bahola ko, ….
Tapia ada hikmahnya ni, kita disuruh buat KTI, PTK, RPP yang terbilang rumit, harus diklat dan seminar sekian jam…
kita jadi ngerti semua itu…
Tapi jujur saja, guru sebenarnya dibebani banyak banget administrasi, yang seharusnya bisa diringkes…agar tidak mengganggu aktifitas kita dalam bimbingan dan pembinaan kepada anak…
Kita kebanyakan diklat, tapi ternyata isi diklatnya sama, walau judul diklatnya beda…
Ya..kebiasan diklat dan diklat terus menerus, dengan tujuan semoga guru semakinmahir dan lainya….
Kupernah diklat hingga 4 kali, dan semua isi diklatnya sama sebagian besar walau judul diklatnya berbeda..
Tapi yang penting piagamnya sob, tidak mengecewakan buat nambah angka kredit guru..
Kembali lagi, kita jadi fokusnya disana sob, selalu mikir itu, jelaslah kalau ga dipikirkan kita akan tertinggal jauh sama satu liting…
Beda dengan mereka yang pakai kenaikan tingkat otomatis…
Ga mikir tu harus sekian diklat, dll..
Oya yang ga habis piker lagi missal kita jadi pembicara saja dah muter otak kita buat bahan dan berguru lama, Cuma 0,15 sob ga nyampai 1 luar biasa…
Yang lebih super lagi dah 5 tahun eh giliran mau naik kurang 0,0001 saja gabisa sob, ditunda tahun depan nyesek ga disitu…
Setelah insiden itu,ku kini jadi rajin sob, mending konsen ikut diklat, seminar dll ketimbang konsen mbimbing lomba yang seabreg lomba jumlahnya tapi ga nyantol 0,0000000001 pun di nilai angka kredit guru..
Jika output yang diperlukan ialah guru, maka konsen aja semoga kita jadi hebat, pandai, jadi guru yang terkenal, sukses dalam penelitian, sibuk kesana kemari..
Tapi jikalau output yang diperlukan ialah siswa, maka kita fokuskan keanak didik kita..
Lho kan kita harus jago dulu sebelum menghebatkan anak didik kita, gimana sir u…?
Ya itu jelas, tapi maksud gurune yang selaras dengan kebutuhan siswa kita, semisal kita menginginkan anak satu kelas cerdik matematika ya konsen kita hebatkan diri kita dimatematika, bukan cerdik bagaimana bisa menciptakan goresan pena semoga diterima di media masa….
Misal kita inginkan anak kita juara lukis, ya hebatkan kita bagaimana kita bisa pelajari itu semua hingga benar – benar bisa kita terapkan ke anak,…
Lho kan penting tu ru kita mahirkan guru bagaimana caranya mengajar yang baik ?
Ok stop dulu, antara guru yang satu dengan yang lain cara mengajarnya beda sob, kita sebagai guru punya cara tersendiri.. jangan samakan… jikalau kita diarahkan tuk bisa mengikuti satu contoh, apalagi yang nutor sebenarnya biasa – biasa saja..ah, ga kuikuti itu semua…ku lebih inginkan eksplorasi kemampuan diri tuk tingkatkan kemampuan anak….
Wah dah terlalu ngelantur ni goresan pena kusudahi dulu ya sob…dan ingat ini goresan pena ntah dari mana asalnya sob, ntar malah angka kreditku di kurangi lagi..hehehe….biasa sob, kalau kita banyak bicara kita di cap ngeyelan …” gausah neko – neko ikuti aja aturanya, beres..gausah banyak bicara”
Demikianlah sekilas info.
Belum ada Komentar untuk "✔ Sehebat Apapun Guru Membimbing Lomba Hingga Juara Tingkat Nasional, Bicara Problem Angka Kredit Guru, Akan Kalah Nilai Sama Guru Pembuat Artikel Copas Di Majalah Bulanan."
Posting Komentar